Simbol

1K 80 24
                                    

_Prompt Day 3: Scar
.
.
.
.

Kedua mata biru secerah langit pagi itu, selalu menjadi favorit Sarada.

Kedua mata biru bagaikan samudera yang dalam, selalu menyeretnya ke dalam pusaran pesonanya.

Kedua mata biru yang penuh akan binar cahaya, menyinari siapapun yang melihatnya.

Kedua mata biru yang selalu menatapnya penuh kelembutan dan sarat akan kasih sayang, tak pernah berubah.

Sarada merasakannya dengan jelas.

Namun, demi melindungi dirinya, satu mata biru itu menghilang.

Tergores luka yang dalam, sulit disembuhkan, membekas hingga waktu yang lama—bahkan mungkin selamanya.

Tidak ada lagi kedua mata biru yang terbuka sempurna, memandangnya.

Goresan di mata Boruto, menyesakkan hati Sarada tatkala melihatnya.

"Ini bukan salahmu,"

Meski Boruto berkata begitu, sudut hati Sarada masih menyalahkan dirinya sendiri. Bahkan jika suatu hari nanti sorot mata Boruto berubah untuknya, Sarada akan menerimanya.

Namun, meski tiga tahun lama tak bertemu, tatapannya... Masihlah sama.

Meski satu matanya tertutup, sorot lembut itu masih tidak berubah untuknya.

Sarada merasakannya dengan jelas.

~Simbol~

Bahkan, meski bertahun-tahun telah berlalu, Boruto masih menatapnya dengan sorot mata yang serupa.

Lembut, penuh kasih... Dan cinta.

Usai mereka menyelesaikan segala urusan dunia shinobi yang penuh akan perjuangan dan pengorbanan, mereka semakin yakin akan perasaan satu sama lain.

Begitu banyak rintangan yang menghadang mereka, namun selama mereka saling memiliki satu sama lain, maka segalanya akan baik-baik saja.

Namun, tentu saja. Meski dunia Shinobi kembali pulih, meski kehidupan kini mulai ditata kembali, ada hal-hal yang tak bisa kembali seutuhnya.

Sarada mengusap kelopak mata Boruto yang tertutup menggunakan jemarinya. Goresan luka di mata itu, membekas untuk seterusnya.

"Apa... Kamu tidak berniat untuk menyembuhkan matamu? Mudah melakukannya dengan kemampuanku yang sekarang,"

Bukannya Sarada ingin melupakan kesalahannya, hanya saja, dia merasa ini tanggung jawabnya—bahwa mata biru Boruto tidak seperti yang dulu.

Boruto balas menatapnya. Tidak ada sedikitpun keraguan atau setitik kebencian di mata birunya yang tersisa. Justru, Sarada merasakan cinta yang begitu dalam untuknya.

"Aku berulang kali mengatakannya padamu, ini bukan salahmu, dan..."

Boruto menggantungkan kalimatnya, menurunkan tubuhnya dan mengecup bibir Sarada dengan lembut.

Mereka saling memagut untuk beberapa saat.

Boruto melepaskan bibirnya dari bibir Sarada, tersenyum lembut. Dia menyingkirkan rambut Sarada yang menutupi sebagian wajahnya, tidak ingin melewatkan seinci pun keindahan paras Sarada yang berada dibawah kungkungannya.

Boruto meraih tangan Sarada, menautkan jemari mereka dengan erat. Lelaki itu mengecup telapak punggung tangan Sarada dengan perlahan.

"...ini sebagai simbol cintaku padamu. Sebagai simbol, bahwa aku takkan pernah melepaskanmu dari pandanganku. Simbol dimana aku melindungimu segenap jiwaku, hidup dan matiku."

Sarada dapat merasakan hatinya menghangat.

Sarada juga rasakan hal yang sama. Perasaan yang Boruto rasakan, juga dirasakannya.

Dengan hidup dan mati, mereka telah bersumpah setia untuk satu sama lain hingga akhir hayat. Di depan pendeta, di depan orang-orang yang mereka kasihi dalam hidup.

Sarada selalu merasa berterima kasih Tuhan menghadirkan Boruto di sisinya.

Betapa Boruto mencintainya, dari perkataan maupun tindakan, selalu membuat Sarada tidak habis pikir—layakkah dirinya mendapatkan semua itu?

Setetes air mata meluncur menuruni pipinya.

Sarada tersentak.

Air mata itu bahkan bukan miliknya.

Lantas...

"Boruto, mengapa kamu menangis?" Sarada menatap Boruto yang menangis di atasnya.

Wanita itu mengusap lembut pipi Boruto, menghapus air matanya. Lelaki itu nampak rapuh, bahkan kelopak matanya yang tertutup juga meneteskan air mata.

"Aku... Hanya merasa begitu bahagia. Bisa bersatu dan memilikimu seutuhnya... Adalah mimpi yang tak terbayang olehku sebelumnya,"

Wajah Sarada basah. Disana, air matanya dan air mata Boruto bercampur. Mereka menangis bersama, berbagi perasaan dan kebahagiaan.

"Aku merasakan hal yang sama," ucap Sarada, dengan suara yang bergetar. Dirinya kembali berbicara, "...memilikimu, adalah anugerah yang tak akan kusia-siakan, memiliki cintamu adalah mimpi yang tak pernah kusangka akan menjadi nyata. Aku mencintaimu, jauh di lubuk hatiku. Selalu,"

Malam itu, mereka bersatu seutuhnya. Saling berbagi kasih, saling mendamba, saling memiliki.

Goresan di mata Boruto menjadi simbol cintanya kepada Sarada. Takkan pernah hilang, seperti cintanya yang takkan hilang untuk Sarada. Bahkan hingga ajal menjemputnya, simbol itu akan abadi.

Seperti cinta mereka yang abadi.

.
.
.
.

END.
.
.
.
.

MWEHEHEHE AGAK DEWASA DISINI TP TENANG, AMAN YA? AMAN YA?


Oke kira2 segitu dulu untuk hari ketiga!

Btw, kan di eps 1 anime udah diliatin boruto matanya kegores. Dulu mah mikirnya paling kena serangan musuh yang hebat gitu, sampe matanya luka.

Lah kok.

Karena melindungi Sarada 😌 itu ngaruh banget ke penampilan boruto juga alur cerita. Borusara bukan sekedar romansa, mereka menjadi titik utama alur cerita, menjadi bagian dari hidup satu sama lain. Boruto punya luka di mata karena melindungi Sarada, Sarada membangkitkan MS bersimbol matahari karena Boruto.

kurang gede apaa bukti cinta boruto dan sarada? Yg gak bisa lihat itu, rugi deh.

Anw, akhir kata.

Kindly vote and comment. See you tomorrow!

BORUSARA WEEK 2024Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang