Impian

989 80 28
                                    

Sarada memandang ke arah Desa Konoha yang tampak damai dan tenteram di bawah sana.

Wanita itu sedang mengamati desanya dari atas patung Hokage. Desa Konohagakure, desa yang telah dibangun kembali pasca pertarungan besar yang mempertaruhkan eksistensi dunia shinobi.

Konohagakure kini telah pulih kembali.

Hampir 10 tahun berlalu sejak saat itu.

Banyak hal yang telah dilaluinya, perjuangan dan pengorbanan yang telah dilakukannya, kini membuahkan hasil.

Sarada mencapai cita-citanya. Dirinya bersumpah untuk membangun kembali desa Konoha seperti sedia kala dan mengembangkannya lebih dari yang lalu.

Dia ingin memastikan kehidupan yang aman bagi warga desa. Menjamin kedamaian untuk setiap elemen desa tanpa terkecuali.

Tentu itu menjadi tanggung jawab yang besar, namun Sarada memilihnya sendiri. Wanita itu tak menyesali jalan ninja yang dipilihnya.

Angin di siang hari berhembus pelan, membelai helaian rambut Sarada yang panjang menutupi punggungnya. Jubah putih kebesarannya juga berkibar.

Sarada menerawang masa lalu.

Tepat di tempat ini, seseorang menjanjikan padanya untuk menjadi tangan kanannya, dan melindunginya.

Orang itu, bahkan sebelum Sarada menjadi Hokage, selalu melindunginya setiap saat. Mereka berjuang bersama melawan nasib dunia dan bencana langit. Mereka ditakdirkan untuk berdampingan dalam kisah hidup mereka, menuju impian masing-masing yang saling berkesinambungan.

Sarada tersenyum sendu.

Meski, banyak yang harus dikorbankan.

"Mataharinya terik."

Suara yang terdengar familiar di telinga Sarada muncul dari belakang. Sebuah topi Hokage bertengger di kepalanya, menutupi wajahnya dari sinar matahari langsung.

Perlakuan itu membuat suasana hati Sarada menghangat.

Dia bahkan tidak menyadari kehadiran orang itu.

"Mataharinya terik, kamu akan kepanasan. Jangan paksakan dirimu," ujar Boruto. Pria itu berdiri di samping kiri Sarada, ikut menatap jauh ke arah Konoha.

"Berlebihan. Aku sudah terbiasa dengan sinar matahari," balas Sarada.

"Selama ada aku, takkan kubiarkan." jawab Boruto santai.

"Hei, kamu berjanji untuk jadi tangan kananku bukan untuk ini, kan?" canda Sarada.

Boruto, yang biasa berekspresi dingin, terlihat melunak. Dia hanya menunjukkannya pada orang terdekatnya.

"Melindungimu adalah tugasku, termasuk melindungimu dari sinar matahari."

"Ya ampun!"

Boruto dan Sarada, dengan impian yang selaras, mereka saling mendukung. Boruto bahkan menjadikan Sarada sebagai salah satu tujuannya dalam hidup, dia ingin melindungi Sarada saat wanita itu menjadi Hokage.

Bahkan sejak lama, pria itu menganggap Sarada sebagai sosok yang berharga, lebih dari yang dibayangkannya. Sarada heran kenapa dia baru menyadarinya seiring waktu berlalu.

"Terima kasih karena selalu berada di sisiku," ucap Sarada bersungguh-sungguh. Sebenarnya, tidak ada ungkapan yang cukup untuk mendeskripsikan rasa terima kasihnya.

Boruto tersenyum. Dia mendekatkan wajahnya pada Sarada, namun terhenti karena dahinya membentur topi Sarada.

Sarada tertawa renyah. Boruto mengusap kepalanya, meski dia tak mengungkapkannya, jelas dari sorot matanya pria itu tampak kesal dan mulutnya menggerutu.

BORUSARA WEEK 2024Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang