SMA FI salah satu sekolah elit yang terletak di kota Padang. Memiliki banyak prestasi dan menjadi incaran semua orang setiap tahunnya membuat sekolah itu memiliki citra yang sangat baik di masyarakat.
Hanya saja beberapa hari lalu telah terjadi sebuah tragedi yaitu seorang siswa mereka ditemukan bunuh diri di toilet sekolah. Polisi datang untuk memeriksa tkp, namun setelah pihak sekolah memberi penjelasan pihak kepolisian segera menutup kasus tersebut. Karena memang dari bukti-bukti memang terlihat jelas kalau siswa tersebut bunuh diri.
Kejadian itu hanya menghebohkan di hari pertama. Hari berikutnya pembelajaran dilaksanakan seperti biasa dan seolah memang tidak ada hal besar yang terjadi.
Seorang siswi dengan rambut ikal sepunggung berjalan santai di koridor lab Sains. Dia baru saja keluar dari ruang guru sehabis mengantarkan buku, kebetulan sekali tadi dia suruh pak Harto membawa buku tugas anak kelasnya.
Namanya Calista Putri, postur tubuhnya tidak terlalu tinggi. Dia memiliki rambut lurus sepunggung dan bola mata hazel yang menarik. Dia siswi biasa disekolah, Calista tidak cupu tetapi juga tidak terkenal. Dia termasuk kedalam golongan siswa yang hanya dikenal oleh teman sekelas.
Dia juga punya teman tetapi tidak banyak, Calista tidak buruk dalam bersosialisasi tetapi dia lebih nyaman kalau tidak dekat dengan banyak orang. Menurutnya hidup akan terasa nyaman jika hanya menjadi biasa, tidak bersinar terlalu terang dan tetap legowo.
Namun kesehariannya yang damai itu terganggu karena tiba-tiba ketua kelas XI IPA 1 memintanya untuk datang ke lab Sains.
Sial sekali, hanya Calista yang disuruh datang sedangkan ketiga temannya tidak. Padahal seharusnya anak IPA 1 tidak mengenalnya karena kelasnya yang merupakan IPA 3 juga letaknya tidak berdampingan dengan IPA 1.
Calista berhenti didepan pintu, sebelum masuk dia mengintip kedalam yang berisi sekitar 6 orang. Dahinya berkerut ketika dia Ingat ke-enam orang itu, mereka adalah siswa terkenal di sekolahnya atau yang biasa disebut sebagai anak emas sekolah. Yaa, sudah menjadi rahasia umum setiap sekolah memiliki beberapa murid kesayangan. Biasanya mereka yang menonjol di bidang tertentu dan sering membanggakan sekolah.
"Masuk, Cal!"Sabrina yang menyadari Calista berdiri didepan pintu menyuruhnya masuk.
Calista melangkah pelan, ia sedikit gugup ketika duduk di samping Sabrina. Setidaknya dia mengenal Sabrina, si juara satu dikelasnya. Bisa ia duga kalau gadis itulah yang membuatnya terjebak disini karena tidak ada selain Sabrina yang mengenalnya.
"Ini sebenarnya ada apa, Sab?" Tanya Calista pelan.
"Vegan, kamu jelasin sama dia apa misi kita, " ujar Sabrina.
Misi? Misi apa yang dimaksud Sabrina? Lalu Calista hampir saja tertawa mendengar nama cowok yang baru saja disebut, Vegan? Jangan-jangan nama lengkapnya Vegetarian lagi. Sebisa mungkin calista menahan diri agar tidak tertawa, karena tentu mereka semua akan tersinggung, calista baru saja datang langsung menertawai nama orang. Walaupun ia tidak ingin berteman dengan mereka tetapi juga tidak ingin menjadikan mereka musuh. Tidak akan baik jika di sekolah memiliki musuh dari kalangan siswa kesayangan guru.
"Kamu yakin? Aku baru tahu kalau dia anak sekolahan kita, "Vegan Melirik Calista tak yakin. Sebagai siswa ter-friendly tentu saja dia hampir mengenal semua siswa di SMA FI.
Calista merutuk dalam hati, dia pikir Calista mau dikenal? Enggak lah. Apalagi dia tidak pernah punya keinginan untuk dekat dengan mereka.
"Kita kekurangan anggota, ngga ada salahnya kita menambahkan dia sebagai anggota baru. Kalau aku yakin sih pilihan Sabrina pasti ngga sembarangan, " Aqlan si ketua OSIS mengeluarkan pendapat, suaranya tegas dan berwibawa cocok dengan jabatannya.
"Kalian ngomongin apa sih? Anggota apa?"tanya Calista kebingungan.
"Jadi gini..."Viona menyipit untuk melihat name tag di baju Calista.
"Jadi gini Calista" Viona melanjutkan setelah mengetahui nama Calista dari name tag gadis itu. "kamu tahu kan dua hari lalu mayat Abraham ditemukan di toilet sekolah?" Tanya Viona
Calista mengangguk singkat.
"Kepala sekolah tidak mau polisi datang ke sekolah kita, beliau menyuruh kami untuk menyelidiki. Tapi kami kekurangan anggota, Sabrina memberi saran kalau kamu akan sangat membantu dalam penyelidikan kami, "jelas Viona kemudian.
"Aku ngga pintar seperti kalian. Aku tidak tertarik untuk melakukan penyelidikan apapun, " dengus Calista tidak suka, dia tidak suka ketenangannya di sekolah harus di pusingkan dengan segala macam penyelidikan. Lagipula Abraham juga sudah mati jadi untuk apa menyelidiki? Untuk mendapat keadilan? Keadilan macam apa? Menghukum si pembunuh?
"Sayangnya kamu tidak bisa menolak, Calista Putri". Kata Leonard, si manusia datar idaman siswi seantero sekolah. Sekaligus peringkat kedua seangkatan setelah Intan yang menduduki peringkat pertama. Terkadang Calista heran kenapa pria itu bisa disukai oleh siswi-siswi, selain otaknya yang pintar tidak ada yang menarik dari seorang leonard. Sikapnya dingin, wajahnya memang tampan tetapi juga tidak terlalu menarik.
"Aku berhak menolak dan aku tidak bisa dipaksa oleh kamu, " Calista menatap Leonard sengit kemudian menatap sekelilingnya datar,
"Ataupun kalian,"Calista berdiri dan hendak pergi.
Leonard mencekal pergelangan tangan Calista kemudian berbisik "termasuk jika satu sekolah tahu semua masa lalu kamu?"
"Kamu anak Bina bangsa kan? " Leonard menyebutkan sekolah menengah pertama yang pernah menjadi tempat Calista menuntut ilmu.
Calista menegang, dia menyentak tangan Leonard dan kembali duduk.
"Baiklah!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Serial murder
Mystery / ThrillerCalista Putri Seorang remaja SMA yang biasa saja. dia remaja biasa yang bersekolah di salah satu SMA elit di kota yang ia tempati. Calista siswi biasa, punya teman tapi tidak banyak. mengerjakan tugas jika ada tugas tetapi tidak ambisius. dia menikm...