Sementara itu Intan dan Vegan menyelidiki sekolah pada malam hari. Sebenarnya itu ide dari Vegan. Katanya lebih mudah menyelinap masuk ke gedung sekolah pada malam hari, mau tak mau intan harus setuju.
" duh, kenapa harus malam sih? Udah dingin, seram lagi" gerutu Intan. Gadis itu sibuk menggerutu dari tadi. Seharusnya sekarang ia rebahan di kamarnya sambil menikmati drama china favoritnya bukan malah keluyuran di sekolah. Tapi, penyelidikan ini tentu lebih penting daripada nonton drama,
" kita kan rencananya mau masuk ke ruang kepsek, gimana caranya bisa masuk kesana kalau siang? "Ucap Vegan.
Suasana koridor sekolah yang hening cukup membuat bulu kuduk gadis cantik itu berdiri. Di tambah lagi dengan gerimis yang sudah turun sejak setengah jam lalu.
Mereka mempercepat langkah mereka agar cepat sampai di lantai lima dimana ruang kepsek terletak.
" sstt! Ve, kayak nya aku denger suara langkah kaki deh" ucap Intan hampir berbisik.
Cowok itu langsung menghentikan langkahnya, dan segera menarik Intan untuk bersembunyi dibalik tembok di ujung koridor hampir didekat toilet.
Tap...
Tap....
Tap....
Tap...
Langkah kaki itu berjalan pelan dan santai menuruni tangga. Mereka berdua menahan nafas agar tidak ketahuan.
Tap...
Tap...
Tap...
Sosok itu terlihat menuruni tangga ke lantai 3, Vegan mencoba mengintip untuk melihat siapa gerangan. Karena lampu di Koridor sudah dimatikan oleh satpam sekolah sehingga vegan tidak bisa melihat jelas.
Tapi dari perawakannya bisa disimpulkan kalau dia adalah seorang perempuan.
"Ve, coba perhatiin! Apa aja yang bisa dijadikan petunjuk," bisik Intan.
Vegan menatap sosok itu lagi, dia mengenakan pakaian serba hitam, dengan topi dikepala. Ia juga memakai sneakers hitam.
Tingg...
Klentingg....
Ah, sepertinya dia menjatuhkan sesuatu. Vegan menyipit untuk memperjelas penglihatannya.
Sosok itu menunduk untuk memungut kembali benda yang ia jatuhkan.
Drrtttt... Drrttt.... Drrttt
Tiba-tiba ia menoleh kebelakang kearah tempat persembunyian Intan dan Vegan karena HP Vegan baru saja bergetar. Getarannya cukup keras karena suasana malam itu benar benar sunyi.
"Shittt!! " umpat Intan dengan cepat menarik tangan Vegan untuk masuk kedalam salah satu toilet cuma itu pilihan satu satunya. Karena ujung dari koridor itu memang toilet untuk lantai tiga.
Sosok itu berjalan kearah ujung koridor, ia terus berjalan hingga ke depan toilet.
Intan menahan nafas sambil melotot pada Vegan. Posisi mereka saat ini berdiri diatas closet agar kaki mereka tidak keliatan dari luar.
Gagang pintu bergerak, Intan memberi isyarat agara mereka masuk kedalam bak kamar mandi. Vegan melotot tanda penolakan.
Intan tanpa mempedulikan Vegan segera masuk kedalam bak, untung saja bak itu sudah tidak ada airnya walaupun masih lembab. Vegan yang tidak punya pilihan juga ikutan masuk, mereka berbaring didalam bak yang sedikit berlumut dan lembab. Intan menahan diri agar tidak muntah.
Sosok itu membuka pintu ketika tidak melihat siapapun dia berpindah ke toilet yang lainnya.
Setelah sepuluh menit Intan dan Vegan keluar dari dalam bak.
" sialan! Besok kalau mau ngelakuin hal kayak gini kamu harus memastikan ponselmu dalam mode silent" Omel Intan, gadis itu sibuk membersihkan kotoran dan lumut yang sedikit menempel di pakaiannya.
" aelah, ini baru namanya petualangan" kata Vegan santai, cowok itu tidak ambil pusing membiarkan saja pakaian nya terkena lumut dan kotoran tanpa ada niat untuk membersihkan seperti yang dilakukan Intan.
"Tau gini mending sama Leonard deh" gumam Intan masih dengan kekesalan.
"Cieee lah kamu naksir sama leo kan?"
" dih apaan? " delik Intan berjalan keluar dari toilet tapi sebelum itu ia terlebih dahulu memastikan tidak ada siapapun diluar.
" ngaku deh, iya kan? Nih ya, dari beberapa kesempatan aku ngeliat kamu terus ngelirik leo, " goda Vegan dengan sedikit kekehan ringan.
" kalau iya kenapa? "
" ya enggak apa-apa. Tapi, sayangnya Leo udah punya gebetan. " Vegan berjalan beriringan dengan Intan menuju koridor lantai empat.
Intan mengangkat bahunya acuh kemudian berkata " daripada bahas tentang perasaan aku. Kenapa kita tidak membahas hal yang lebih jelas. Seperti siapa orang tadi? Ngapain dia disekolah tengah malem gini? " ucap Intan
" sama seperti kita" Vegan memasukan kedua tangannya kedalam saku celana.
"Mencari bukti kematian Abraham juga? "
"Bukan. Tapi, mencari sesuatu yang dia butuhkan, sama seperti kita berdua yang juga mencari sesuatu yang kita butuhkan." jelas Vegan.
Mereka sudah akan menaiki tangga ke lantai lima. Intan melirik layar HP yang dia pegang, sudah pukul 11 malam. Waktu dimana ia biasanya tidur atau belajar dikamarnya namun sekarang ia harus berkeliaran di sekolah untuk menantang bahaya.
Walaupun kepsek sendiri yang menyuruh mereka untuk mengungkap kematian Abraham tapi karena kecurigaan mereka terhadap sekolah mereka akhirnya memilih untuk menyelidiki ruang sekolah secara diam-diam daripada meminta izin kepada kepala sekolah.
" menurutmu dia siapa? " tanya Intan ketika mereka sudah sampai di Koridor lantai lima. Di lantai lima tidak ada ruang kelas, yang ada hanya ruang kepsek, ruang komite dan ruang untuk rapat para petinggi sekolah.
" gak tau. Yang jelas dia salah satu anak sekolahan kita,"
Intan mencoba mengintip kedalam ketika mereka berdua sudah didepan ruang kepsek.
" gelap" Intan menatap Vegan.
" yaudah ayo masuk" Kata Vegan
Keduanya masuk kedalam setelah Vegan dengan keahliannya berhasil membuka pintu. Mereka memeriksa setiap sudut ruangan mencari sesuatu yang mencurigakan.
"Tidak ada yang bisa membantu disini, " Intan menghela nafas berat, mereka sudah memeriksa hampir seluruhnya tetapi tidak menemukan sesuatu yang bisa membantu untuk penyelidikan.
"Laci nya dikunci, pasti ada sesuatu didalamnya, " ujar Vegan menatap laci meja kepala sekolah.
Tidak ada yang bisa mereka lakukan lagi keduanya segera pergi dan akan mendiskusikan bersama yang lain apa yang selanjutnya akan di lakukan pada laci tersebut.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Serial murder
Mistério / SuspenseCalista Putri Seorang remaja SMA yang biasa saja. dia remaja biasa yang bersekolah di salah satu SMA elit di kota yang ia tempati. Calista siswi biasa, punya teman tapi tidak banyak. mengerjakan tugas jika ada tugas tetapi tidak ambisius. dia menikm...