Bab terakhir yang bisa dipublish di WP, ya, tapi tenang cerita ini masih bisa di baca kelanjutannya di KBM app.
Happy Reading
*****
Ayumi memutuskan pergi ke rooftop gedung tempatnya bekerja untuk menenangkan diri. Tangisnya kembali pecah, tak pernah disangka jika kejadian beberapa hari lalu akan menjadi sebab namanya tercemar."Foto-foto itu dikirim sehari setelah makan malam. Harusnya, Pak Yovie Tahu tentang rumor itu, lalu kenapa diam saja bahkan bersikap seperti tidak ada yang terjadi. Aku benar-benar seperti pelakor." Ayumi meremas mahkota kepalanya yang terbungkus jilbab.
"Allah, tidakkah ini berlebihan untukku? Mengapa Engkau memberikan semua kejadian ini secara terus menerus. Masalah satu belum selesai, datang masalah yang lain. Akhhh ..," teriak si gadis meluapkan semua emosi dan kesesakan hatinya.
Tak jauh dari tempat si gadis duduk bersimpuh. Seorang lelaki tengah mengamati pergerakan Ayumi. Sebenarnya, sang lelaki berada di tempat itu sebelum adanya Ayumi. Namun, suasana hati yang buruk membuat si gadis tidak mengetahui keberadaannya.
Tepat berada di sebelah Ayumi, si lelaki berkata, "Menyesal karena sang pemilik utama mengetahui lebih cepat perselingkuhanmu dengan Yovie? Harusnya, saat pertama kali kamu berhubungan dengan lelaki beristri sudah tahu resiko seperti ini pasti terjadi. Tidak perlu berdrama seperti sekarang."
Kepala yang semula tertunduk, kini mendongak ke arah sumber suara. Ayumi menyipitkan mata melihat siapa lelaki yang berkata tadi.
"Tak perlu menatap tajam seperti itu. Bukankah hari ini kamu adalah pemeran utama yang sedang naik daun? Bagaimana rasanya tidur dengan semua orang?" tanya si lelaki sekali lagi.
"Bisakah Bapak diam jika tidak mengetahui hal yang sebenarnya. Saya dan Pak Yovie tidak memiliki hubungan spesial seperti yang mereka tuduhkan." Suara Ayumi bergetar hebat bahkan setelah itu isakannya terdengar memilukan. "Bisakah kalian jangan menghakimi seseorang, hanya karena sebuah foto tanpa tahu kejadian yang sebenarnya." Tangis si gadis kembali pecah.
"Tidak perlu menangis seperti orang yang teraniaya," ucap sang lelaki. Dia dikenal sebagai salah satu pemegang saham pasif perusahaan tempat Ayumi bekerja.
Lelaki itu memang terkenal pedas dan tajam saat berkata. Jadi, tak heran jika ucapan yang dikeluarkan begitu menyakitkan. Semua karyawan mengenal tabiat menakutkan serta sikap tegas dan dingin pria di hadapan Ayumi.
"Saya memang teraniaya. Saya dan Pak Yovie sama sekali tidak tidur bersama sebagai pasangan selingkuh."
Kedua tangan sang lelaki masuk ke saku celana, kaki kanan menyilang di depan serta sebelah garis bibirnya terangkat ke atas. "Dua orang dewasa berbeda jenis kelamin dalam satu kamar hotel, jika tidak melakukan hal-hal dewasa. Apalagi yang akan dilakukan? Tidak mungkin kalian berdua main monopoli atau kelereng. Pas bersenang-senang layaknya pasangan suami istri. Naif sekali perkataanmu," cibirnya.
"Apa yang saya katakan adalah benar. Saya berani bersumpah atas nama Allah. Kami tidak pernah melakukan hubungan terlarang itu."
Tangan si lelaki terangkat ke atas. Mengusir omongan Ayumi. "Jangan sok suci, Yum."
Si gadis menatap benci pada pria di hadapannya. Walau masih tersisa isakannya dan tubuh yang lemah. Ayumi berdiri. "Terserah pendapat Anda. Silakan memberi penilaian sendiri. Menjelaskan pun, percuma. Tidak ada yang mempercayai apa yang coba saya jelaskan."
Maju satu langkah hendak pergi meninggalkan tempat ternyaman yang digunakan beberapa saat lalu. Namun, pergelangan tangan si gadis dicekal oleh Zakaria, lelaki yang selalu mengeluarkan kalimat-kalimat hinaan sejak tadi.
"Mengapa harus Yovie jika hanya utuk bersenang-senang. Masih banyak laki-laki single lainnya yang bisa kamu ajak menginap di hotel. Kamu bahkan bisa mendapatkan segala fasilitas yang lebih mewah dari yang kmu dapat sekarang," ucap Zakaria makin menyesakkan hati Ayumi.
Tangan kanan si gadis terayun hendak menampar atasannya itu, tetapi dengan gerakan yang lebih cepat mampu di tahan oleh Zakaria.
"Percuma menamparku, tidak akan mengubah image buruk yang terlanjur menyebar. Sekali murahan tetap murahan. Saya tidak suka punya karyawan pelakor sepertimu."
"Saya bukan pelakor," ucap Ayumi keras.
"Lalu, sebutan apa yang pantas untuk perempuan ketiga di dalam pernikahan seseorang? Pelacur modern atau pelakor syar'i?" Zakaria menjeda kalimatnya seperti mencari kata yang pas untuk selanjutnya.
"Keterlaluan Anda, Pak." Ayumi sangat geram. Matanya merah karena marah.
"Oh, saya tahu. Sebutan yang pas untukmu seperti yang sedang tren jaman ini. Kalau tidak mau disebut pelakor apa kamu ingin disebut sugar baby? Begitu, iya? Memalukan."
"Anda?"
"Apa?"
"Sepertinya, Anda sangat paham dengan dunia seperti yang disebutkan tadi. Tak heran, banyak mengetahui istilah-istilah menyakitkan seperti itu." Si gadis berusaha kuat demi membalas perkataan buruk atasannya itu.
Cukup sudah semua hinaan tadi. Jangan sampai sikap diam dan hormat Ayumi semakin membuat lelaki di depannya bertindak sewenang-wenang.
"Wah ... wah. Ada maling teriak maling rupanya."
"Cukup," kata Ayumi, "Anda boleh tidak percaya apa yang saya coba jelaskan tadi. Tidak masalah. Allah Maha tahu yang saya dan Pak Yovie lakukan tidak salah." Ayumi memilih pergi meninggalkan lelaki menjengkelkan itu.
"Hebat!" teriak Zakaria, "muka tembok juga. Bukti sudah terlihat jelas masih menyangkal dan berani bersumpah atas nama Allah."
Si gadis cuma bisa menggelengkan kepala. Dia tetap melangkahkan kaki meninggalkan tempat yang semula begitu tenang. Zakaria diam, memilih menatap gedung-gedung tinggi di hadapannya.
"Haruskah aku mengadakan meeting darurat untuk membicarakan perselingkuhan Yovie dengannya. Kabar negatif ini, pasti merusak citra baik perusahaan di mata para mitra dan customer," gumam Zakaria sendirian.
Akhirnya lelaki itu memilih pergi dari tempat itu juga. Niat hati mencari inspirasi di lantai paling atas gedung bertingkat tersebut, tak dinyana pikirannya malah ruwet dengan masalah perselingkuhan sang direktur.
Terus berjalan ke arah divisinya, Ayumi menulikan pendengaran. Sepanjang perjalanan bisik-bisik yang mencemooh tentang sikapnya terdengar keras. Gadis itu mulai menyesali keputusannya menerima bantuan sang atasan. Andai akan seperti ini akhirnya, lebih baik dia menjadi gelandangan di pantai malam itu. Namun, semua sudah terlanjur. Memutar ulang kejadian tiga hari lalu, tak akan bisa dia lakukan.
Hampir mencapai ruangan divisinya, Ayumi merasakan sesuatu yang tak biasa. Ruang divisinya sunyi seakan tak berpenghuni. Membuka pintu, gadis itu dikejutkan oleh sosok lelaki yang bersedekap menatapnya dari ujung kepala hingga kaki.
"Dari mana? Aku mencarimu sejak tadi."
"Apa saya mesti melapor kepada Bapak ke mana saya pergi?"
"Kamu marah padaku, Yum?" kata sang lelaki yang tak lain adalah Yovie.
"Marah pada Bapak? Untuk apa?" Ayumi mencoba membuka pintu lebar-lebar supaya tidak menimbulkan fitnah yang lebih besar lagi. Yovie jelas telah menyingkirkan semua teman sedivisinya. Jika tidak, mana mungkin tak seorang pun karyawan ada di tempat tersebut.
"Aku bisa jelaskan semua dan membersihkan namamu. Masalah foto itu, cuma hal sepele dan kerjaan orang iseng saja."
Ayumi melotot sempurna. "Sepele menurut Bapak, tapi nama baik saya dipertaruhkan."
"Dengar dulu. Aku bisa jelaskan, tapi untuk saat ini biarkan gosip yang terlanjur menyebar seperti itu adanya."
Mata si gadis melotot sempurna mendengar perkataan tersebut.
*****
Banyuwangi, 15 April 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan) Istri Kedua Sahabat Ayah
SpiritualTak pernah ada yang tahu tentang alur kehidupan seseorang di dunia ini. Suka duka, datang silih berganti seperti kisah Ayumi. Terbiasa melihat keharmonisan rumah tangga kedua orang tuanya, satu pertengkaran hebat mematahkan seluruh asumsi indah bahw...