🥰 Bab 9

5 2 0
                                    

🥰 Bab 9 🧙‍♂️🧙‍♂️🧙‍♂️

Sepanjang perjalanan pulang seluruh rombongan disajikan pemandangan alam yang indah dan sangat menakjubkan. Hutan pinus di sepanjang jalan dan gemercik air yang mengalir di dalam sungai sisi kanan dan kiri jalan. Pak sopir mengendarai busnya dengan kecepatan sedang. Tidak terlalu cepat tetapi tidak juga terlalu lambat, agar para penumpangnya bisa leluasa menikmati keindahan alam selama dalam perjalanan.

Tiba-tiba ketenangan itu terusik oleh laporan Sang kondektur bus bahwa bagian belakang bus seperti mengeluarkan percikan api. Tentu saja hal itu membuat Pak supir khawatir dan kekhawatiran pun bertambah ketika dia tidak bisa mengendalikan busnya karena rem tiba-tiba blong. Dalam kepanikan itu, Andini seperti melihat beberapa orang berkuda dalam hutan pinus itu. Ya, itu beberapa orang teman Jaka yang menunggangi kuda. Tetapi teman-temannya tidak bisa melihat mereka semua.

Salah seorang penunggang kuda melambaikan tangannya kearah Andini dan memberikan kode agar tetap tenang. Andini tersenyum sebagai tanda terima kasih. Bus melaju semakin tidak terkendali untunglah Pak sopir berusaha tetap tenang, dan meminta kepada seluruh penumpang untuk berdoa. Kekhusyukan pun tercipta, memohon segala perlindungan kepada Allah sebaik-baik pelindung.

Andini bangkit dari kursinya dan pergi ke depan duduk bergantian dengan Mbak Maya yang terlihat sangat ketakutan.

“Mbak Maya duduk di tempatku saja, biar aku yang duduk di sini, ya.”

“ Terima Kasih ya Andini, aku sangat takut.”

“ Berdoa saja Mbak, semoga tidak terjadi apa-apa.”

Saat jalan menurun Pak sopir mematikan mesinnya mobil tetap melaju menuruni jalan. Semakin cepat, cepat dan cepat.

Saat itulah Andini melihat kalungnya menyala dan seperti sebuah komando, orang-orang berkuda itu semakin mendekati bus dan mengawalnya di sisi kanan dan kiri bus, seketika cahaya merah menutupi bus. Tetapi tak ada yang menyadarinya  hanya Andini saja yang tahu. Cahaya merah itu seperti ikut mengendalikan laju bus terbukti dengan jalannya yang mulai terkendali.

Pak sopir kembali menyalakan mesin dan seperti ada yang ikut menahannya. Sopir mengarahkan busnya ke sebuah lapangan yang kosong. Dan bus pun berhenti dengan sendirinya.

Dengan berhentinya bus hilanglah pula cahaya merah tadi dan rombongan orang berkuda itu.

Alhamdulillahirobbilalamiin.”

Puji syukur terucap dari seluruh teman-teman Andini dalam bus tersebut. Kecurigaan Andini kembali tertuju kepada Satrio, karena sebelumnya dia sudah mengancam Andini ketika di pantai tadi. Kini Andini mulai merasa bersalah, karena dendam Satrio kini semakin membabi buta dan tidak hanya membahayakan diri saja, tetapi mulai membahayakan jiwa teman-temannya yang lain.

Tidak berapa lama datanglah mobil derek yang akan membawa mobil bus tersebut. Pihak EO dengan cepat menghubungi bus lainnya untuk mengangkut rombongan. Sehingga dengan cepat dan kesigapan mereka semua masalah dapat segera teratasi. Tak lupa mereka juga memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada Pak Heru selaku pimpinan dan seluruh karyawan yang ikut serta atas ketidaknyamanan ini.

🧙‍♂️👸🧙‍♂️👸🧙‍♂️👸

Benar kata pepatah antara benci dan cinta itu tipis sekali. Kini Andini mulai berpikir Satrio kemarin sangat dia cintai kini dengan begitu tega ingin membunuhnya. Kebencian dan dendam sudah membuatnya gelap mata dan menghalalkan segala cara agar dendamnya bisa terbalaskan.Dendam yang telah membuat Satrio kehilangan sosok ibu kandungnya. Ayah sudah menceritakan semuanya kepada Andini dulu dia meninggalkan Satrio dan ibunya di kampung dan pergi merantau ke kota untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Satrio dan ibunya mengalami kesulitan dan penderitaan silih berganti sejak kepergian ayahnya. Hingga akhirnya sang ibu mengalami depresi. Satrio kecil harus merawat dan mencari nafkah untuk menghidupi dia sendiri dan ibunya. Satrio kecil sampai remaja ditempa berbagai cobaan dan penderitaan, membuatnya tumbuh dewasa dengan terus memelihara dendam itu. Sampai akhirnya ibunya meninggal dunia dan Satrio memutuskan untuk mencari ayahnya dengan bekal identitas sang ayah yang masih tersimpan di rumah. Hal ini membuat Andini tidak aneh jika Satrio ingin sekali membunuhnya.

Malam ini Andini sedang berusaha  menyelesaikan buku komiknya. Sudah tiga hari dia tidak bertemu Jaka, menurut Pak Heru ada kerabatnya yang sedang sakit dan Jaka meminta cuti untuk mengunjunginya. Saat Andini sedang fokus pada tab nya, sinar merah kembali datang dan keluarlah sosok Jaka dari dalamnya. Bukan kepalang senangnya dia saat itu, rindunya akhirnya bisa tercurahkan. Jaka tersenyum dan mendekatinya.

“Hai, apa kabar?”

“Baik, Kak” Jawab Andini balas tersenyum.

“Maaf ya, aku ada kepentingan yang tidak bisa aku tinggalkan.”

“Iya,Kak, tidak apa-apa. Apa sekarang sudah beres urusannya?”tanya Andini ingin tahu. Jaka mengangguk.

“ Terima Kasih, Kak, kemarin saat nyawaku terancam teman-temanmu sudah membantuku.”

“Sama-sama, itu memang sudah menjadi tugas mereka. Guru yang memerintahkannya.”

“Kamu mau tidak pergi berjalan-jalan ke duniaku, ada pesta malam ini di tempatku.” Ajak Jaka.

Andini mengangguk tanda mengiyakan. Mereka berdua menuju cahaya merah tadi, terus masuk dan masuk ke dalamnya.

Ternyata benar kata Jaka suasana di sini sedang ramai sekali.Andini di sambut oleh pohon bernyanyi lalu ada Toba si raksasa tinggi besar yang sengaja menjemputnya di gerbang depan. Hadir pula para pangeran tampan berkuda yang langsung tersenyum dan menganggukkan kepalanya begitu melihat Andini.

Meriahnya suasana pesta malam itu membuat Andini melupakan ingatannya pada dendam Satrio yang beberapa hari ini mengganggu pikirannya. Apakah pikiran dia dan Jaka terhubung? Mungkinkah ada keterikatan emosional dan pikiran dia dan tokoh komiknya. Sepertinya dia mulai menyukai Jaka. Ah mudah sekali hatinya berpindah dari Satrio ke Jaka. Mencintai tokoh komiknya? Mungkinkah?

💕💕💕

Ikuti kelanjutan kisahnya yuk, di episode selanjutnya.

Semoga dapat terhibur.🥰🥰🥰

World Without Sadness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang