bab 2 - terimakasih, Mahesa

259 18 0
                                    

waktu sudah menunjukkan angka 21.10 wib saat Mahesa sampai di rumah nya.

setelah memarkirkan mobilnya di garasi rumah, Mahesa segera berjalan menuju kamar adik bungsunya.

tok..tok..tok..

berkali kali ia mengetuk pintu, namun pintu itu masih belum terbuka. Mahesa mengetuk pintu itu lagi.

tok..tok.. tok..

"Devan" panggilnya saat tetap tidak kunjung dibukakan pintu.

"Devan, ini abang"

cklek

akhirnya pintu itu terbuka dan muncul lah sosok yang sedari tadi ditunggu untuk membuka pintu.

Devan keluar dari kamarnya dengan rambut yang sedikit berantakan dan mata yang terlihat sayu. ah sepertinya ia baru saja terbangun dari tidurnya.

"kenapa bang" ucap Devan sembari bersandar di dinding samping pintu kamarnya.

Mahesa langsung memberikan tote bag bertuliskan ibox itu tanpa membalas ucapan Devan.

Devan menerima tote bag itu dengan kening yang sedikit mengkerut.

lalu ia membuka tote bag nya untuk melihat apa yang ada didalamnya. seketika matanya membola saat melihat isi dari tote bag itu adalah ipad keluaran terbaru. ia langsung menatap Mahesa dengan mata yang sudah tidak sayu lagi, ia kegirangan.

"ini buat gua bang? serius?" tanya nya dengan senyuman merekah.

Mahesa mengangguk lalu mengusap kepala Devan dengan lembut "dijaga baik baik ya, jangan sampe kecemplung lagi kaya ipad kemarin"

Devan terkekeh mendengarnya "siap bang! makasih banyak ya bang, gua janji bakal ngejaga ipad ini dengan lebih hati hati"

"sama sama. yaudah sana kamu tidur lagi, tumben banget jam segini udah tidur?"

"hehe.. ketiduran bang, abis main game online"

"yaudah, abang ke kamar ya"

setelah mendapat anggukan dari si bungsu, Mahesa berjalan meninggalkan Devan yang masih tersenyum senang sambil menatap box ipad barunya.

sebelum benar benar ke kamarnya, Mahesa mengecek keadaan dua adiknya terlebih dahulu.

yang pertama ia cek adalah Aksa.

Mahesa baru saja berniat ingin mengetuk pintu kamar adik pertamanya, namun ia urungkan saat pintu itu terbuka tanpa harus ia ketuk terlebih dahulu.

"loh bang, ada apa?" tanya Aksa sembari menutup pintu kamarnya.

Aksa tidak memakai piyama nya, justru ia berpakaian rapih seperti ingin pergi keluar. dan itulah yang membuat Mahesa langsung bertanya "mau kemana?"

"gua ada keperluan di kampus mendadak, jadi gua mau ke kampus sekarang. teman teman yang lain juga sama kok"

Mahesa terdiam sejenak.
"hati hati ya, kira kira bakal pulang jam berapa?"

Aksa terlihat sedang berpikir. "kurang tau deh bang, nanti gua kabarin aja ya"

Mahesa mengangguk dan mempersilahkan Aksa untuk segera berangkat ke kampusnya.







dan saat ini Mahesa sedang berada di depan kamar Rafa, adik keduanya.

"Rafa, abang masuk ya?" kali ini ia tidak mengetuk pintu, namun langsung memanggil sang adik.

"masuk aja bang!" sahut Rafa dari dalam.

setelah membuka pintu, Mahesa menghampiri Rafa yang sedang duduk di kursi belajarnya. ia menepuk pelan bahu Rafa yang membuat sang empu mendongakkan kepalanya menatap sang kakak.

"jam segini masih belajar, emang gak capek?"

"capek sih bang. tapi mau gimana lagi, bentar lagi ada ujian sekolah, gua harus belajar lebih giat biar bisa dapet nilai yang memuaskan"

"oh iya, kamu sebentar lagi lulus ya. adek abang udah besar ternyata" ucap Mahesa dengan sedikit terkekeh.

"gua kan emang udah besar bang, abang baru nyadar ya?" ucap Rafa dengan wajah yang dibuat angkuh.

"iya nih, perasaan kemarin masih abang gendong. kok sekarang udah mau lulus sma aja ya?"

mendengar itu, Rafa langsung beranjak dari duduknya dan langsung memeluk abang kesayangannya.

"abang.. makasih ya" ucapnya sambil mengeratkan pelukannya.

Mahesa membalas pelukan itu "hm? makasih buat apa?"

"ya... makasih buat semuanya. abang udah ngelakuin banyak hal buat gua, Devan, dan bang Aksa sejak mommy udah gak tinggal bareng kita lagi" ucapannya terjeda sejenak.
"dan sejak papi ninggalin keluarga kita" suara Rafa melirih pada saat mengatakan kalimat itu.

Mahesa tersenyum tipis dan tangannya terangkat untuk mengusap kepala Rafa dengan sayang.

"udah kewajiban abang, kamu gak perlu berterimakasih gitu"

"gak! gua harus berterimakasih, soalnya kalo gak ada abang.. gua gak tau kehidupan gua bakal tetap menyenangkan atau gak setelah mereka pergi"

Mahesa tersentak saat merasakan punggung yang sedang ia peluk terasa sedikit bergetar. ia melepas pelukannya dengan perlahan.

benar dugaannya, Rafa menangis.

"eits, kok jadi sedih gini sih? udah ah gak usah nangis, abang bakal terus usahain biar hidup kalian selalu baik baik aja karna itu emang udah tugasnya abang. udah ya nangisnya? udah capek belajar, nanti jadi capek nangis juga"

Rafa mengusap air matanya, "terimakasih banyak abang, Rafa sayang abang"

Mahesa tersenyum mendengarnya, dadanya terasa hangat, namun juga terasa seperti ada ledakan yang ingin segera dikeluarkan.

"Abang sayang Rafa juga"

••••••••••

Mahesa membaringkan tubuhnya, awalnya ia ingin langsung tertidur saat merasakan nyaman pada saat tubuhnya menyentuh kasur dikamarnya.

namun, ia teringat dengan Aksa yang baru saja pergi keluar pada malam hari ini. tidak biasanya, karna biasanya Aksa akan pergi pada pukul 7 sampai 8 malam jika memang ada keperluan mendadak.

Mahesa menggelengkan kepalanya. mungkin saja keperluan mendadak di kampusnya itu memang baru dikabarkan pada pukul 9 malam tadi, makanya adiknya itu pergi pada pukul setengah 10 malam.

namun Mahesa tetap memikirkannya, ia sedikit mengkhawatirkan Aksa.

waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam setelah tadi ia menghabiskan waktu setengah jam di kamar adik keduanya.

Ponsel yang sudah ditaruh dinakas pun diambil kembali olehnya untuk mengirim pesan kepada Aksa guna sekedar menanyakan apakah ia sudah sampai atau masih dalam perjalanan.







pukul 01.30 wib

Mahesa terbangun dari tidurnya. ia langsung mengambil ponselnya dan membuka aplikasi chatting yang ternyata masih berada di room chat dengan Aksa.

ia mengernyitkan keningnya, sudah dini hari dan adiknya itu belum membalas pesannya. apakah ia belum pulang juga?

Aksa

Aksa
udah sampe kampus belum?
10.15

Aksa.
belum pulang? atau emang gak pulang?
pesan abang tolong dibalas, Aksa.
supaya abang gak khawatir sama keadaan kamu.
01.35












To be continued..

Rumah untuk adik adik - Lee HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang