bab 7 - ketahuan?

257 18 4
                                    

pukul 20.30 malam, Rafa dan Devan telah sampai di rumah. setelah menaruh motor di garasi yang berada dirumah mereka, Rafa dan Devan pun masuk ke dalam rumah.

yang pertama mereka lihat adalah Mahesa yang sedang duduk di ruang tv, "bang" panggil Rafa

Mahesa tidak menjawab, ia hanya menoleh dengan tatapan yang seakan akan mengatakan "ada apa?"

"gak apa apa, manggil doang" ucap Rafa dengan cengirannya.

Mahesa menggelengkan kepalanya, "ketemu bang Aksa gak pas jalan ke rumah?"

Rafa yang baru saja mau menaiki tangga seketika mengurungkan niatnya, sedangkan Devan sudah terlebih dahulu naik ke lantai atas.
"bang Aksa? gak ketemu tuh, emang dia pergi kemana malam malam begini?"

"abang juga gak tau, katanya sih ada keperluan mendadak" ucap Mahesa.

Rafa membuat ekspresi wajah seperti tidak yakin, "keperluan mendadak lagi? yakin gak bang? kok gua curiga ya"

Mahesa yang sedang memainkan laptopnya pun menoleh kepada Rafa, "curiga gimana? mungkin emang ada keperluan mendadak"

Rafa menghela nafasnya, "bang, lo itu terlalu positive thinking. coba lo pikir deh, masa iya setiap keperluan mendadak selalu malam malam begini?"

kali ini Mahesa mengalihkan penuh atensinya kepada Rafa,"ya.. siapa tau emang kebetulan aja kan?"

Rafa berjalan menghampiri Mahesa dan duduk di sebelahnya.

"gini ya bang, ada satu hal yang buat gua curiga sama bang Aksa"

Mahesa mengerutkan dahinya pertanda ia bingung.
"satu hal apa?"

"beberapa hari kemarin, Orion bilang ke gua sama Devan kalo dia liat bang Aksa masuk ke apartment cewek, cewek bang!" ucap Rafa dengan ekspresi wajahnya yang sudah berubah serius.

Mahesa terdiam sejenak.
'kenapa sama kaya yang Vano bilang ya? apa yang Vano liat beneran Aksa?' ucapnya dalam batin

"kalau abang gak percaya, gua punya fotonya yang dikirim Orion waktu itu" ucap Rafa sambil membuka ponselnya.

"nih bang, liat deh. ini bang Aksa kan?"

Mahesa mengambil ponsel Rafa untuk melihat fotonya dengan lebih jelas, ia terkejut saat melihat fotonya yang memang benar itu Aksa.

wajahnya memang tidak terlihat, namun sebagai kakak yang sudah hidup bersama sedari kecil tentu saja Mahesa sangat mengenali punggung adiknya itu.

"iya.. ini bang Aksa" ucapnya dengan masih melihat foto yang dikirim Orion.

Rafa langsung berdiri dengan hebohnya, "nah kan, dia ngapain coba ke apartment cewek malam malam begitu? apalagi dia bilangnya ada keperluan mendadak di kampus, dia bohongin lo bang!"

Mahesa menyetujui ucapan Rafa, dalam batinnya ia berkata 'Aksa, kenapa bohongin abang?'

melihat Mahesa yang terdiam setelah melihat fotonya, Rafa memegang bahu Mahesa dengan kedua tangannya.

"bang, gua gak maksud buat lo overthinking, tapi ini emang harus banget gua kasih tahu ke lo. sekarang terserah lo mau langsung tanya ke bang Aksa atau mau lo selidiki dulu"

Mahesa menganggukkan kepalanya sebagai balasan untuk Rafa. setelahnya, Rafa berjalan menaiki tangga meninggalkan Mahesa yang masih terkejut dengan fakta yang baru saja ia ketahui.

••••••••••

Aksa membuka pintu rumah, ia pulang setelah selesai dari kampusnya.

langkahnya terhenti ketika ia langsung melihat Mahesa yang menatapnya dengan tatapan yang sedikit berbeda dari biasanya. dengan ragu ragu ia kembali melangkah mendekati Mahesa.

pikiran pikiran buruk seketika mendatangi Aksa.
apakah abangnya itu tahu soal ia dan Alsha? apakah abangnya sedang marah padanya? apakah abangnya tahu fakta dari alasan bodoh yang ia ucapkan kepadanya?

"bang.." panggil Aksa setelah berhadapan dengan Mahesa.

Mahesa terdiam cukup lama sampai akhirnya ia berkata "abang mau ngomong sama kamu boleh?"

Aksa menelan liurnya, apakah pikiran buruknya benar benar terjadi?

"boleh bang.. tapi gue ke kamar dulu ya, abang tunggu di sofa aja"

Mahesa mengangguk mengiyakan, dirinya tahu bahwa Aksa merasakan takut saat ia meminta untuk berbicara sesuatu kepadanya.

terlihat jelas dari mata dan gelagatnya.

Mahesa duduk di sofa menunggu adiknya sembari meminum kopinya, ia menoleh saat mendengar langkah kaki Aksa yang sedang menuruni tangga.

Namun, setelah sampai di anak tangga paling dasar Aksa malah terdiam sambil menatap Mahesa dengan ragu.

"sini, Aksa. abang mau ngobrol"

Aksa mengangguk dan kembali berjalan menuju sofa tempat abangnya menunggu.

Aksa menarik nafasnya sebelum berkata "mau ngomong apa bang?"

Mahesa terseyum tipis
"kamu akhir akhir ini suka keluar malam dan pulang pagi, ada urusan apa sih" ucapnya dengan nada yang dibuat bercanda

"gua ada urusan sama temen kampus gua bang, ya.. biasalah, abang tau sendiri kan anak kampus ada tugas gimana aja?" ucap Aksa, ia sedikit gelagapan saat membalas pertanyaan Mahesa.

Mahesa kembali tersenyum, satu sampai 5 detik ia masih terdiam. sampai akhirnya "oh jadi urusan mendadak kamu itu tentang tugas ya sa? sama cewek? berduaan aja? tugas apa kalo abang boleh tau"

Aksa terkejut setengah mati saat mendengar ucapan abangnya yang terdapat pertanyaan berturut-turut.

gawat, dirinya benar benar ketahuan.

"bang.. gua bisa jelas-"

"kamu kok bohongin abang sih sa? padahal abang gak pernah bohongin kamu loh"














To be continued..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rumah untuk adik adik - Lee HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang