ABOUT MYSELF

1K 37 1
                                    







Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!




















Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



















"Wil...besok jadi 'kan temenin buat beli hp baru?", tanya wanita cantik yang berjalan kearahku.

Aku meliriknya, dia berhenti tepat disebelahku, "hmmm, jam berapa emang perginya?" Dia menampar lenganku, dasar si paling physical attack. "Gak usah pura-pura lupa, deh!" sungutnya.

Aku menghela nafas, sekarang benar-benar menengok padanya, tapi masih berkutat pada daftar menu-menu. "Kak, please deh! Elo cuman bilang sore...sore itu jam berapa...?!" tanyaku sedikit ngegas.

Ia terkikik geli, "maaf, deh ya...Wil, lagian jam pulang kerja soreku jam berapa coba?!" Aku memalingkan wajahku darinya, kembali fokus pada lembaran-lembaran ditanganku. "Jam 5..." jawabku lirih.

"Nah, 'kan!!!" menampar lenganku sekali lagi, "Gak usah sok lupa, deh! Besok gue tunggu diparkiran! Naik mobil! Motormu tinggal aja!" Kemudian dia pergi setelah sempat menjulurkan lidah, mengejekku.


Kuhembuskan lagi nafas, kali ini lebih panjang dari sebelumnya. Kavita Yasawirya, manager tempatku bekerja, dan...orang yang sama yang telah menawan hatiku. Mengurungnya; hatiku, tergembok dengan kunci yang entah dimana. Perasaan ini telah lama ada, tumbuh dan berkembang, tapi tepatnya kapan pun aku tidak tahu. Karena pada kenyataannya aku telah lama bersamanya dan juga keluarganya, tepatnya saat usiaku 10 tahun.

Jatuh suka lalu menjadi jatuh hati ( makanya setiap hari makan hati ). Jatuh cinta, kukira karena aku selalu menyukainya, perasaanku padanya adalah hal yang wajar. Tapi seiring bertambahnya usia dan wawasan... perasaan ini menjadi kekhawatiran tersendiri dihatiku, kurasa bukan hanya rasa khawatir tapi juga rasa takut. Ketakutan akan banyak hal.

Kak Kavi, begitu aku memanggilnya, dia selalu baik, selalu pengertian, tapi terkadang menjengkelkan. Kak Kavi yang kusuka, yang telah kuanggap sebagai saudara, meski sebenarnya hanya dia yang menganggapku saudara. Karena pada kenyataannya hanya aku yang terjatuh pada perasaan bersalah tanpa ujung. Atau masyarakat menyebutnya 'perasaan menjijikan'.

Dan karena khalayak hanya mau menerima apa yang disebut normal, maka telah lama pula aku berjalan dengan mengenakan topeng yang mereka sebut 'hidup normal yang semestinya'.



Dan aku, Wilasa Kanaya, orang yang mengenakan topeng tersebut, menebalkan topeng setiap harinya dengan senyum lebar.





















Dan aku, Wilasa Kanaya, orang yang mengenakan topeng tersebut, menebalkan topeng setiap harinya dengan senyum lebar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

WILASA KANAYA



















TBC

Other kind of feedback would be very much appreciated.

HEAVY HEART (WINRINA) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang