Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!
Sudah 2 minggu sejak Kavita menangis memelukku. Sejak kejadian tersebut, keadaan kami lebih canggung dari terakhir kali. Ditempat kerja pun saat tanpa sengaja beradu tatap, selalu aku yang lebih dulu memutus kontak. Sepertinya Kavita pun mengerti akan kecanggungan kami, dia juga tidak berniat untuk mempersempit jarak.
Apakah tembok yang mulai kubangun ini sudah mulai berfungsi?
"Libur berapa hari?" Tanyaku pada Janu yang sedari tadi menemaniku bekerja, tidak... dia hanya duduk sambil menikmati ice coffee, menemaniku ngobrol.
"Beberapa hari..." jawabnya yang lalu menyeruput minumannya, jemarinya sibuk mengetik sesuatu di ponsel. Janu mengalihkan pandangannya padaku, "Apa Elo gak ngasih tau kak Kavita... maksud gue, setiap weekend loh, Will. Dia sama pacarnya ke bar, ya meski gak sampek mabok, sih.... Tapi, 'kan..."
"Gue gak bisa dan gak mau, Jan." Potongku. Kedua alisnya menyatu tanda tak paham. "Udah gak usah dipikirin. Lanjut aja noh, bacaan au lesbimu..."
"Dasar halu, bacaan dan imajinasi yang menjijikan. Logikanya tuh cowok ya sama cewek. Jangan pernah ngehayal hal yang menjijikan. Jangan buat Kavita malu punya temen kayak Kalian."
Wirasana berdiri diantara kami dengan kedua tangan dikantung celana memasang wajah arogan.
"Logika emang bisa membawamu dari A sampai Z, tapi imajinasi bisa membawamu kemana aja, Pak Joko." Dia mendengus remeh lalu melenggang pergi.
"Wow!" Kagum Janu, "kata siapa?"
"Kata mbah Albert Einstein." Jawabku cuek.
"Mau makan siang dia?"
"Dia gak pernah makan siang disini."
"Lah?! Terus?"
"Nyamperin ceweknya!" Jawabku ketus.
"Widih... lagi pada ngumpul, nih!" Suara si kembar, Mahesh, terdengar dari depan, mereka masuk beriringan menghampiri kami. Si kembar duduk di kanan kiri Janu di meja counter.
"Lagi pada ngomongin apa?" Tanya Mesha penasaran, Mahesh menyendok potongan cake Janu.
"Si abang yang menyala." Gurau Janu.
"Pak Joko?" Tanya Mesha polos yang mengundang gelak tawa semua.
"Gak usah dengerin banyolan Janu. Dia mah bartender konyol, penampilan aja yang keren dia mah aslinya prik."
"Diem ya, Lo nyet! Anak DKV lulus kuliah kok jadi barista... noh, perusahaan bapak Lo nganggur!"
"Ck!" Aku mencebik, si kembar cuma senyam senyum melihat perdebatan kami.
"Mesh... Hesh, bilangin noh, kakak Lo, jangan keseringan minum. Wilsa gue suruh ngomong doang gak mau dia..."
Wajah Mahesh tampak tak senang. "Dapet cowok modelan kayak gitu dari mana sih tuh kakak gue. Kayaknya baik tapi ngerusak."
Tentu aku tahu tentang kekhawatiran mereka semua. Kavita tipe orang yang kurang suka minum air putih, pagi hari dia harus minum kopi, siangnya pasti beli minuman yang bikin seger. Ditambah sekarang tiap weekend selalu mengkonsumsi alkohol.
"Gue bahkan sempet mikir... seandainya kak Wilsa cowok, gue beneran bakal..."
"STOP!" nafasku memburu, keheningan tercipta beberapa saat. "Ucapan Lo jahat banget... itu nyinggung gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
HEAVY HEART (WINRINA) ✔️
FanficIni adalah seni menyakiti diri sendiri. Ketika iklas melepaskan tanpa ada beban di hati. Mari berjalan bersamaku dengan menebalkan topeng, di mana masyarakat masih menjunjung tinggi normalitas.