1. Ini Sekolah Elit!

169 19 0
                                    

"Habis ini kita karaoke aja gimana, Gem?"

Gempa menoleh pada teman sekelasnya yang juga anggota OSIS itu. Manik-nya memejam dengan senyum yang masih lekat diwajahnya.

"Boleh 'deh. Sekalian ajak 'si Gopal, kita butuh uang tambahan," ucapnya dengan bergurau.

Fang tertawa. "Bisa aja Lo! Kalo mau yang banyak duit gue juga ada!"

Mendengar itu Gempa tertawa. Tangannya yang masih memegang tumpukan kertas-kertas OSIS diserahkan pada Fang.

“Lancar rezeki lo! Btw gue titip, 'ya.”

Fang melunturkan senyumnya. “Maksud lo?”

Gempa menggeleng, "Gue izin ke Yaya kalo mau pulang cepet, jadi titip itu buat Yaya.” Fang mengangguk mengerti.
Keduanya kemudian melanjutkan jalan dengan diam. Sebelum kumpulan siswa yang berkumpul di koridor membuat keduanya penasaran.

"Rame-rame ada apaan 'sih?" guman Fang yang masih bisa didengar Gempa.

Gempa mengulum bibirnya, perasaannya sangat tak enak sekarang ini. "Ayo kita lihat Fang," ajak Gempa mulai berlari pada kerumunan itu.

Ꮚ•••Ꮚ

Tangan yang penuh dengan kapal itu mencoba melindungi wajahnya dari siraman air kotor. Meski usahanya sia-sia karena air kotor itu tetap mengenai wajah serta seragamnya.

“Kalo gini baru cocok~”

Anak bermata jingga bak api yang membara tertawa terbahak-bahak. Gigi-giginya yang runcing membuatnya terlihat seperti antagonis dalam cerita.

Sedangkan itu, dibelakangnya laki-laki berwajah serupa namun dengan mata biru langit tengah menutup hidungnya. Rautnya terlihat jijik saat menatap korban bully dari sang kakak kembar.

“Eeeww! Blaze jangan deket-deket, bisa-bisa ketularan bau lagi!” serunya.

Blaze menengok adik kembarnya yang berjalan menjauh dengan tangan yang masih menutupi hidungnya. Tangannya kini membuang ember yang tadinya berisi air kotor pada kepala korban rundungannya itu.

“Lagi seru-serunya juga!” Dengan tenang Blaze berjalan mendekati adiknya.

Seragam kumal yang basah karena air pel, rambut yang kini berbau tak enak, dan kepala yang semakin menunduk membuat Blaze senang.

“Sekolah elit gini bisa-bisanya nerima murid 'kek itik buruk rupa,” ejek Blaze.

Gempa dan Fang yang bersusah payah untuk memasuki kumpulan siswa akhirnya bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi.

Manik Gempa terbelalak saat mendapati rekan sekelasnya lagi-lagi menjadi korban bully. Dengan berani dirinya mendekati teman kelasnya tersebut.

Blaze mendengus. Pahlawan kesiangan datang, batinnya.

Gempa mengambil ember itu dari kepala teman sekelasnya. Wajah yang memerah itu terlihat malu, bibirnya tergulum dan manik-nya bergetar.

“Lo gak papa, Li?” tanya Gempa.

Bukannya menjawab pertanyaan Gempa, dirinya justru lebih menundukkan kepalanya. Melihat itu, Gempa berdiri lalu berjalan kearah Blaze. Tanpa aba-aba dirinya memukul wajah Blaze, membuatnya terjatuh.

“Lo gila?!”

Gempa menoleh. “Gila? Gilaan Abang lo Ice!! Hali salah apa sampe-sampe Abang lo lakuin ini sama dia!?” Gempa kini berdiri dihadapan Ice, dengan kasar mendorong adik Blaze itu dengan wajah marah.

“Ngapain lo belain dia? Lagian ini bukan urusan lo! Berhenti ngikutin masalah orang ngapa!!” teriak Ice membalas mendorong Gempa.

“Dia temen gue dan wajar gue bantu dia!”

“Temen apaan 'sih? Gak malu temenan sama dia?” Ice menautkan alisnya, dirinya tengah meremehkan ucapan Gempa.

“Ngapain gue malu punya temen 'kek Hali? Justru gue malu punya sepupu 'kek kalian!” seru Gempa.

Fang mendekati Gempa, dirinya mencoba meleraikan rekan OSIS nya dengan teman kelasnya.

“Kalian tenang dulu!” tegas Fang menatap keduanya bergantian.

Tangan Fang mencoba memberi jarak antara keduanya sampai suara Blaze mengalihkan perhatian ketiganya.

“Asal lo tau! Gue juga malu punya sepupu yang temenan sama orang 'kek dia!!” Blaze berdiri sembari mengusap liurnya.

“Ngesok banget lo. Berani banget bilang malu punya sepupu 'kek kita,” lanjut Blaze.

Melihat Gempa yang kembali marah membuat Fang dengan sigap menahannya.

“Satai Gem,” bujuk Fang.

Ice mendelik. “Lo juga gak usah ikut-ikutan. Jangan belagu, mentang-mentang Abang lo alumni disini?”

Imajiner muncul di pelipis dahi Fang. “Kok lo bawa-bawa Abang gue 'sih?!” tanya Fang tak terima.

“Lah!” Ice melipat kedua tangannya, memberikan pose menantang. “Emang bener 'kan.”

•••ᘛo0oᘛ•••

JjLl: “Udah banyak book Halilintar jadi ini itu, sekarang cuma jadi ini.”

Tentang KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang