AL

76 7 0
                                    

Al baru saja selesai memandikan Toby dan menidurkannya di baby crib. Begitu memastikan bayinya pulas, dia pun keluar kamar. Ditatapnya lorong dan tangga yang biasanya gaduh dan ramai oleh langkah kaki Zoey, tapi kini lengang dan sepi.

Biasanya pada jam segini, Ella sudah sibuk membuat sarapan di dapur. Harum masakannya akan tercium kemana-mana. Kini tidak ada lagi harum itu kecuali aroma kayu-kayuan dari pengharum ruangan.

Al benar-benar sendirian.

Perlahan, Al berjalan menuju kamar Ella. Dibukanya kenop pintu yang berderit. Kamar itu sudah rapi. Lemarinya kosong. Hanya tertinggal baju yang dibelikan Al untuk Ella di sana. Perempuan itu tidak membawanya. Juga beberapa barang yang Al berikan untuknya di atas meja rias.

Di cermin meja rias, tertempel foto box Al, Ella, dan Zoey. Al meraih foto itu, melihatnya dengan perasaan sedih. Saat kehilangan Maura, ia hanya kehilangan satu orang. Tapi kini ia merasa kehilangan keluarganya.

Semakin menatap Ella, ia mengingat bagaimana dulu ia melihat perempuan itu di Pasar Natal. Perempuan yang menarik perhatiannya. Perempuan yang membuat jantungnya berdegup keras untuk kali pertama dalam hidupnya.

Saat berbalik dan hendak keluar, Al menangkap kertas yang ada di nakas. Ia pun duduk dan meraih kertas itu. Sebuah surat untuknya dari Ella.

Dear Al,

Aku dan Zoey pamit ya.
Aku titip Toby. Dia adalah bagian darimu dan Maura. Jaga baik-baik ya, Al. Supaya Maura senang dan tenang di sana.
Berat rasanya untuk pergi dari sini, Al. Tapi akan jauh lebih berat lagi kalau aku mengharapkan sesuatu yang memang bukan milikku.
Terima kasih buat semuanya, Al.
Semoga kau bisa berdamai dengan masa lalu. Karena ada Maura di situ. Dan, ada aku juga, yang akan selalu rindu dengan kita yang dulu.

Ella

Al meremas kertas itu dan menunduk. Ia pun sadar, seharusnya tidak membiarkan Ella pergi. Tempat Ella di sini. Bersamanya.

***

Almost is Never Enough (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang