ELLA

84 4 0
                                    


Aku takut keliru.
Karena hati terkadang abu-abu.

Ella melangkah menuju kamar rawat Al di rumah sakit dengan langkah terburu-buru. Diikuti Ben di belakangnya. Mereka tadi sedang berada di supermarket—kebetulan Ben sedang cuti—ketika mendengar kabar terjadi kebakaran di kantor Al dan lelaki itu terjatuh di tangga darurat karena terburu-buru.

Langkah Ella tiba-tiba terhenti di ujung pintu. Begitu juga dengan Ben. Dia melihat seorang perempuan cantik duduk di samping tempat tidur Al. Rasa tidak suka merayapi hati Ella. Sepasang mata Ella menyipit melihat keakraban Al dan perempuan itu. Siapa, sih, perempuan itu? Ada hubungan apa dengan Al? Ella dan Ben pun melanjutkan langkah, menghampiri tempat tidur Al tanpa suara.

"Syukurlah, kau tidak mengalami luka serius," kata perempuan cantik itu.

"Yah, aku juga bersyukur," sahut Al. Lantas mengalihkan pandangan pada sosok yang mendekati tempat tidurnya. Matanya tampak terkejut mendapati Ella tidak sendirian. "Hai, El, Ben," ucapnya.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Ella.

Al tersenyum simpul. "Tidak apa-apa. Tanganku terkilir saja. Paling seminggu sudah dibuka bebatannya."

"Kau harus rawat inap, Al?" sambung Ben bertanya.

"Kalau sore ini hasil observasiku baik, aku sudah boleh pulang, kok," jawab Al.

Ella mengangguk. Dia mengalihkan pandangannya pada perempuan yang menemani Al. Perempuan itu pun balas menatap Ella. Penuh tanda tanya. Ella pun menjulurkan tangan. "Hai, aku Ella. Sepertinya kita belum pernah bertemu ya?"

Perempuan itu bangkit berdiri dan menjabat tangan Ella. "Carissa."

Oh, ternyata ini Clarissa, pikir Ella. Dilihatnya Ben ikut memperkenalkan diri pada Carissa. Ella tahu saat ini ia sama sekali tidak tersenyum.

"Kalian... pasangan?" Carissa menatap Ella dan Ben.

Ella menggeleng. "Bukan."

"Ella dan Ben ini sahabatku." Al menyahuti. "Mereka juga berteman."

Carissa hanya memberikan senyum formal. Matanya memperhatikan Ella dari atas hingga ke bawah dan berhenti di perutnya. Ada kilasan rasa tidak suka dalam pandangan Carissa, Ella bisa merasakannya. Karena ia pun juga sama.

***

Hari sudah gelap ketika Ella, Ben, dan Clarissa sampai di rumah Al. Dari hasil observasi, kondisi Al baik-baik saja, sehingga rumah sakit memperbolehkannya pulang. Hanya tangannya yang masih dibebat.

Dalam hati, Ella berharap Carissa segera pergi. Namun, harapannya tidak terkabul. Perempuan itu masih berada di rumah, menemani Al yang berbaring di kamar. Dengan perhatian yang terkesan berlebihan, Carissa menyuapi Al, tapi sesekali melirik Ella.

Pasti dia sengaja. Ella menyadari itu. Ya, Carissa menyukai Al. Bahasa tubuh dan sikapnya terbaca sangat jelas.

"Ella, aku mau bicara denganmu. Boleh?" tanya Carissa yang bersiap pulang di ujung pintu dapur.

"Bicara saja." Ella menanggapi dingin.

Carissa bicara perlahan, "Kau mencintai Al?"

Almost is Never Enough (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang