#3. Ikhlas dan melepaskan

167 11 0
                                    

Happy reading!!

----------


2 bulan setelah kehilangan mereka kini mulai ikhlas dengan semuanya, begitupun Renja yang mulai mengerti bahwa Ibu dan Ayahnya sudah pergi dan takkan kembali.

Hasna juga perlahan sudah menerima keadaan, walaupun awalnya ia masih belum bisa ikhlas namun seiring berjalannya waktu ia mulai menerima semuanya dan ikhlas.

Mereka sempat di tawari untuk tinggal bersama Mbak Sera, namun mereka menolak dengan alasan mereka ingin tetap tinggal di rumah yang penuh dengan kenangan ini. Mbak Sera pun tidak bisa berbuat apa-apa selain mengiyakan kemauan mereka

Hasna juga kini menjadi ahli waris, ia menerima semua harta warisan orang tuanya. Walaupun awalnya ia tidak mau, namun karena di paksa oleh adiknya akhirnya ia mengiyakannya. Kini semua harta waris di pegang oleh Hasna 100%

🌟🌟


Malam kini berganti pagi, matahari bangun dari tidurnya dan mulai melaksanakan tugasnya untuk menyinari bumi. Begitupun Hasna, ia sudah terbangun dari pagi pagi buta untuk menyiapkan segala sesuatu untuk adik-adiknya sekolah.

Pertama Hasna membangunkan Winata untuk membantunya membangunkan yang lain, setelah Winata bangun kini mereka membangunkan adik-adiknya. Di mulai dari Naya, Praya, Billa, Raisa, Alisha, dan Renja. Setelah semuanya bangun mereka semua mulai bersiap pergi keluar kamar dan bergantian untuk mandi. Saat di dapur pun mereka sudah melihat ada Arista yang sudah ada disana sambil menyilangkan sarapan juga.

"Pagi." Sapa Arista pada adik-adiknya yang baru saja menuruni tangga.

"Pagi." Ucap mereka bersamaan dengan nyawanya yang belum terkumpul, kecuali Naya yang baru bangun saja tenaganya sudah penuh 99%

"Selamat pagi Arista." Naya berjalan ke arah Arista dengan penuh semangat dan langsung memeluknya dengan erat.

"Naya cepat mandi!! kalau lama aku duluan yang mandi." Praya yang melihat Naya yang terus memeluk Arista memutuskan untuk mendahului Naya.

"Eit, eit, eit! Sesuai urutan dong..." Naya melepaskan pelukannya dari Arista lalu segera berjalan mendahului Praya ke kamar mandi.

"Yasudah cepat." Praya memutar bola matanya malas lalu duduk di kursi meja makan bergabung dengan yang lainnya.

"Iya, kamu ini bawel banget Praya." Naya langsung memasuki kamar mandi dengan cepat. Setelah 10 menit kemudian Naya keluar dengan sudah menggunakan baju seragam SMP-nya, ia segera duduk di kursi meja makan dengan sumringah.

Kini bagian Praya yang mandi, ia segera berlari kecil ke kamar mandi, ia mandi penuh dengan semangat karena ia akan bertemu dengan dambaian hatinya di sekolah. Setelah selesai ia pun keluar dan pergi ke kamar terlebih dahulu untuk mengambil tasnya.

Setelah semuanya sudah mandi kini mereka berkumpul di meja makan untuk sarapan bersama, mereka sudah siap dengan seragam sekolahnya masing masing. Mereka sarapan sambil berbincang hangat dan berencana bermain selepas pulang sekolah.

"Main ke taman biasa saja." Sambil menyuapkan nasi goreng ke mulutnya Arista memberikan saran.

"Aku kayaknya tidak bisa." Praya menatap Winata sesaat."

"Kenapa?"

"Aku mau seleksi paskibra."

"Oh masih seleksi?" Hasna yang sendari tadi hanya menyimak pembicaraan adik-adiknya mulai membuka suara.

Jatuhnya Sriwijaya 41 tahun silam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang