#6. Merayakan kesedihan

88 14 0
                                    

Happy reading!!

🌟🌟

Hari pertama di sekolah baru tidak seindah yang Praya harapkan. Ia seperti terus terusan di teror oleh setiap kertas kertas yang datang mendatanginya, entah itu yang di lemparkan langsung pada Praya atau lewat perantara.

Praya awalnya bingung dan terus berfikir apa kesalahannya sebenarnya, ia benar benar tidak tahu dan bingung. Hingga pada saat itu juga Praya menemukan jawabannya dan mulai bingung apa yang harus di lakukannya.

————————

Setelah pengenalan semua anggota osis dan beberapa guru, beserta nasihat nasihat akhirnya peserta MPLS di perbolehkan untuk istirahat. Praya dan Billa pergi ke kantin lalu di susul oleh Naya, mereka mulai memesan makanan dan duduk di meja kantin dengan tenang.

Saat sedang bergosip tiba tiba seseorang menghampiri meja mereka dan memberikan surat pada Praya.

"Permisi, Praya?" Seseorang itu memastikan.

"Iya saya, kenapa?" Praya sedikit mengacungkan tangannya.

"Ada surat buat kamu." Orang itu memberikan secarik kertas pada Praya dan langsung di terima oleh Praya dengan senang hati.

Praya pikir itu adalah surat dari Zaki yang akan di berikan padanya, karena mereka jika tidak bersama biasanya berkomunikasi lewat surat. Namun senyuman Praya tertarik kembali saat tahu siapa yang mengirimkan surat itu.

"Dari siapa itu Mas?" Tanya Billa dengan penasaran.

"Dari mereka, itu yang duduk di ujung." Orang itu memberi tahu tapi tidak menunjuk karena ia juga takut pada mereka walaupun ia laki laki.

Naya, Praya, dan Billa mulai menoleh ke ujung saat mendengar itu. Di sana terlihat gerombolan anak perempuan yang tadi melihat ke arah Praya dengan tidak suka saat upacara, anak anak perempuan itu sedang melihat ke meja mereka dengan tatapan tidak suka, tepatnya pada Praya.

"Ohh, yaudah makasih ya Mas." Saat mereka sudah menoleh lagi dan tidak melihat pada gerombolan anak perempuan yang di pojokan, Naya mulai tersenyum pada orang yang mengantarkan suratnya dengan ramah.

"Iya sama sama, saya permisi ya." Orang itu menunduk dan segera pergi dari sana.

Saat sudah memastikan orang itu pergi, Naya dan Billa mulai heboh ingin tahu isi suratnya.

"Buka Pray, buka." Heboh Naya yang duduk di depannya.

"Iya buka cepet, aku penasaran." Billa yang duduk di samping Praya tidak kalah heboh.

"Ck, iya sabar." Praya mendecak kesal lalu segera membuka suratnya perlahan.

Mereka bertiga mulai terdiam dan membaca surat itu dengan fokus, setelah selesai membaca surat itu mereka sedikit terkejut terlebihnya Naya dan Billa.

"Kok gitu sih?! Ngatur banget." Ketus Billa setelah membaca surat itu.

"Mereka emang gitu katanya ketuanya juga suka sama si onoh, si Zaki." Naya yang sudah berada duluan di sekolah dan menjadi kakak kelas mereka mulai membuka suara.

"Ya tapi gak gini juga kan, Praya sama Zaki udah nyatu duluan dari jaman Praya SMP, terus juga kan Zaki sukanya sama Praya bukan sama cabe cabean itu." Billa tak berhenti ketus dan kini emosinya sedikit meluap.

Jatuhnya Sriwijaya 41 tahun silam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang