#9. Perasaan tak tenang

33 5 0
                                    

happy reading!!

🌟🌟

Tahun baru sudah tiba, tepatnya satu minggu sebelum pernikahan Kakak Tiya di selenggarakan mereka mulai mengemasi barang-barang yang mereka butuhkan nanti dalam koper masing-masing.

Hasna membantu adik-adiknya untuk membereskan barang-barangnya dalam koper agar tidak berantakan dengan teliti, dan Arista juga sama.

Arista mulai membantu Praya membereskan kopernya yang sangat berantakan karena Praya yang tidak peduli dan hanya menumpukan barang-barangnya.

"Yang bener Pray." Arista duduk di samping Praya lalu segera mengeluarkan barang Praya yang bertumpuk.

"Males..." Praya menghela nafas berat lalu menegakkan tubuhnya.

"Gimana mau jadi ibu yang baik kalau beresin koper aja gak mau." Arista menyinggung Praya dengan santai tanpa menoleh padanya.

Praya menatap Arista dengan raut wajahnya yang sulit di artikan. Ia kembali menghela nafasnya lalu mulai mengemasi barang-barangnya ke dalam koper dengan benar di bantu Arista.

Winata, Naya, Alisha, dan Renja juga ikut membantu saudari-saudarinya untuk mengemasi barang-barang mereka. Naya, Alisha, dan Renja membantu Billa mengemasi barangnya dengan benar sambil sedikit berbincang.

"Nanti kalau udah sampai sana telepon ya." Renja berbicara menatap Billa dengan matanya yang berbinar.

Billa hanya mengangguk dan terus fokus pada barangnya. "Iya..."

Setelah beberapa saat akhirnya mereka pun selesai, Hasna menyuruh adik-adiknya untuk mengumpulkan koper mereka di ruang keluarga lalu di iyakan oleh mereka.

Kini mereka berkumpul di ruang tamu sambil sambil mengatur ngatur semuanya.

"Hasna kok tanggal 9 sih? Tanggal 9 kan udah nikahannya, kenapa gak tanggal 8 aja?" Raisa mulai membuka suara.

Hasna menoleh ke arah Raisa lalu hanya tersenyum tipis. "Gapapa, nanti kita datang waktu malamnya. Kata Tante Sera juga gapapa."

"Yang penting kita datang." Lanjutnya.

Raisa akhirnya hanya mengangguk walaupun sebenarnya ia sangat ingin datang saat pernikahan di selenggarakan di siang hari agar ia bisa mencicipi banyak hidangan yang ada di prasmanan nanti.

"Semuanya udah, nanti kita tinggal berangkat aja." Arista berbicara sambil menoleh pada Hasna. Hasna pun hanya mengangguk lega.

"Nanti disana hati-hati, sebelum lepas landas berdoa dulu." Winata memulai kembali perbincangan.

Semuanya pun mengangguk pada Winata. Entah kenapa Winata memiliki feeling yang tidak enak saat ini, seperti akan terjadi sesuatu yang buruk pada mereka. Namun, Winata memutuskan untuk memendamnya sendiri dan tak memberi tahu siapapun.

Saat jam sudah menunjukkan pukul 10 malam mereka pun mulai kembali ke kamarnya masing masing dan mulai terlelap, kini waktu untuk mereka bermain main di alam mimpi.

------------

------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
















-

-

-

-



Maaf baru up guys, hehe.

nanti ke depannya ku usahain lebih sering up.

Jatuhnya Sriwijaya 41 tahun silam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang