"Kamu tidak pernah menyadari apa yang kamu miliki, sampai itu hilang."-oceng
🌊🌊🌊
Aluna perlahan membuka matanya hal pertama yang ia lihat adalah ruangan bernuansa biru laut dihiasi bintang dan gambar pantai di dinding. Ini adalah kamarnya sendiri!
"Itu semua mimpi kan? Haha iya mimpi."
Aluna menghela nafas lega. Bersyukur semua yang dia alami hanyalah sebuah mimpi, buktinya dia sekarang berada di kamar miliknya kan?Aluna segera bangkit dari kasurnya melangkah ke pintu balkon dan membuka pintu itu. Cahaya matahari langsung masuk menyinari kamarnya. Ternyata dia bangun kesiangan.
Pintu kamar Aluna terbuka. "Eh? Anak mama udah bangun?"
Aluna membalikkan tubuhnya. "Iya ma, barusan aja bangun." Senyuman manis terukir di wajah cantik Aluna.
"Gimana keadaannya? Udah baikan?" Rosa mengelus Surai panjang dan lembut milik anaknya.
Dahi Aluna mengerut. "Luna baik-baik aja kok ma, kenapa mama nanya kaya gitu?"
"Mama khawatir nak, kemarin kamu pingsan di pantai. Mama takut kamu kenapa-kenapa."
"Hah?!" Aluna sontak melebarkan matanya dengan mulut yang terbuka lebar.
Tidak mungkin, Aluna menggeleng. Ini semua hanya mimpi! tidak! Semua yang dia lihat hanya sebuah mimpi! Tidak ada kejadian seperti itu di dunia ini!
"Ma? Bisa tinggalin Luna sendiri gak?" ucap Aluna memohon.
Rosa mengangguk, "Kalau gitu mama pergi dulu ya, nanti jangan lupa sarapan, dari kemarin kamu belum ada makan."
"Iya ma." Setelah kepergian Rosa, tatapan Aluna menjadi kosong, kepalanya terus menggeleng menghalau pikiran buruk di otaknya.
🌊🌊🌊
Sudah seminggu lebih lamanya Aluna menunggu kedatangan Deeren, ternyata laki-laki itu tak kunjung menampakkan wujudnya.
Ternyata semua yang dia alami seminggu lalu benar adanya. yang dia lihat semua tentang Deeren.
Aluna masih menjalani hari-hari nya seperti biasa, walaupun pikirannya terus berkeliaran bebas tentang Deeren.
Aluna menghela nafasnya lelah, sepulang dari kampus dia langsung pulang ke rumah, dan tidak ingin singgah ketempat yang menjadi tempat favoritnya itu.
Melempar tas kesembarang arah. lalu melompat keatas kasur, yang langsung menenggelamkan tubuhnya.
"Gue liat, Deeren tiba-tiba berubah, iya berubah! Setelah melompat ke air, gue liat semuanya. Sebenarnya itu ga bikin gue terkejut, cuma gue takut aja dia mati tenggelam, terus gue malah jadi tersangka, cuma gara-gara gue sendiri yang liat kejadian itu." Aluna bergumam sendiri menatap langit-langit kamar.
Dia melihat tubuh Deeren yang tiba-tiba berubah saat melompat ke air. kaki Deeren berubah secepat kilat layaknya sihir, menjadi ekor berwarna biru tua, lalu pakaian tiba-tiba menghilang, dan hanya menampakkan tubuh atletis Deeren.
"Gila!!!" teriak Aluna tak masuk akal dengan semua kejadian itu.
"Pokoknya kalau gue ketemu tu orang, bakal gue minta penjelasan!"
🌊🌊🌊
Aluna keluar dari kamar dengan wajah lesu menuju ke ruang tamu, yang sudah di isi oleh mama, papa, dan Abang nya.
Dia mendudukkan tubuhnya ke sofa sebelah Angkasa, lalu memeluk tubuh laki-laki itu dari samping, membuat Angkasa terjengit kaget.
"Kalau mau peluk tu aba-aba dulu, jangan bikin orang jantungan dong," ucap Angkasa yang tak di pedulikan Aluna.
Aluna menatap Angkasa dengan bibir cemberut lalu mengeratkan pelukannya. "Jahat banget, gue lagi galau nih."
"Idih, bisa galau juga Lo, kirain ga bisa." Angkasa membalas pelukan Aluna, namun tangannya dengan jahil menarik-narik rambut gadis di pelukannya.
"Ishh gak usah di tarik!" Aluna menatap Angkasa dengan wajah yang garang. Rosa dan Gibran hanya terkekeh melihat interaksi manis dari kedua anak kesayangan mereka.
"Iya deh iya, utututu gemas nya." Angkasa tersenyum manis kemudian mencubit pipi Aluna.
"Dih apaan sih." Aluna menepis tangan Angkasa, membuat Angkasa melotot.
"Oh? gitu cara main Lo?" Seringai terukir di bibir Angkasa, membuat Aluna was-was. dia tau apa pertanda dari senyuman smirk Angkasa ini!!!
Gadis itu segera mengambil bantal sofa, dan menutupi wajahnya. "Gak usah deket-deket!" teriak Aluna saat Angkasa berusaha mengambil bantal dari tanah Aluna.
"Hahahaha," tawa Angkasa menggelegar melihat ketakutan Aluna.
"Aaaaa!! Mama, papa tolong!" Bukannya menolong Rosa dan Gibran malah asik tertawa melihat tingkah laku anak-anak kesayangannya.
Bantal itu dapat di tarik oleh Angkasa, tentu! Karna kekuatan Angkasa lebih banyak dari pada Aluna yang sudah lelah menyembunyikan wajahnya.
Dan "mwah." Satu kecupan kecil langsung mendarat di pipi Aluna, dan pelakunya adalah Angkasa.
Angkasa tertawa terbahak-bahak, sedangkan Aluna menatapnya dengan wajah datar. Walaupun wajahnya terlihat datar, tapi hatinya sekarang sudah sedikit tenang, setidaknya pikiran tentang Deeren bisa menghilang sejenak.
🌊🌊🌊
Deeren:nungguin yak?
Sejauh ini, foto di atas si yang paling jauh.⭐⭐⭐⭐⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
DEELUNA(Hiatus)
Fantasy"kau sebagai yang terpilih." -Deeluna ____________ Cerita ini hanya cerita fantasy, dan fiksi belaka, dan tentunya tidak asli, seperti cintanya padaku😓 Cerita murni hasil fikiran sendiri, jika ada kesamaan dari dalam cerita tersebut dengan cerita l...