Pergibahan Duniawi

186 20 0
                                        

Ngambeknya anak kecil memang tidak pernah lama, biasanya dalam semalam pun mereka sudah lupa apa yang membuat kesal di hari sebelumnya.

Begitu pula yang terjadi pada bayi – bayi kami dan aku sering berharap, seandainya kita orang dewasa masih memiliki emosi bayi itu. Kita tidak perlu ribut karena pertengkaran basi.

Pagi ini, setelah bergumul mesra dengan bapack si kembar, tubuhku masih enggan beranjak dari kasur. Dan suara Tata yang imut terdengar di balik pintu yang terkunci. Pada akhirnya kami memakai kamar si kembar semalam, karena terlalu malas beranjak dan tentu saja di kamar kami sudah diinvasi mereka berdua.

"Bubuuuubu...buububuuu."

Tok tok tok. Suara ketukan pintu yang lemah membuatku segera tersadar, mereka sudah di depan pintu.

Aku menepuk perut Prabu yang telanjang, ia bergumam tak jelas dan berganti posisi untuk kembali terlelap.

"Hmm capek banget kayaknya." Kukecup pelipis Prabu sebelum beranjak dari kasur dan mengenakan pakaian kembali.

Begitu pintu terbuka, sepasang bayiku menyerbu masuk sambil meneriakkan panggilan bapak – ibunya. Tata memeluk kakiku, kuraih tubuh gembilnya dan menciumi wajahnya yang masih aroma bantal. Dan Riri sudah mencapai kasur untuk naik ke atas---

Spontan aku berlari mendekati Riri dan mengajaknya keluar kamar. Sambil berusaha membangunkan Prabu untuk berpakaian dengan benar sebelum anak – anak menemukan dirinya tidak mengenakan apapun di balik selimut.

Si kembar sering kali menaiki perut atau punggung bapaknya jika masih tidur. Biasanya, itu cara jitu membangunkan Prabu untuk mengajaknya bermain.

Sukses membawa si kembar keluar kamar, aku menawarkan segelas susu pada mereka berdua. Tata meminta turun dengan semangat dan berlari lebih dulu ke dapur. Di sana, kudapati Sinta sedang memasak.

Meski tidak masuk dalam jobdesc-nya, Sinta sering mengambil alih memasak untuk sarapan. Alasannya, karena jam mulai kerjanya untuk menemani Tata adalah jam sembilan pagi. Tugas memandikan si kembar pagi hari masih berada di tanganku.

Mood Tata sudah membaik, ia juga tidak berulah dengan menjahili Riri. Kuciumi kepalanya dengan gemas, membuat si Kanjeng Ratu melenguh sebal.

"Mbak Tata kemarin kenapa sih? Ngambek terus, hm?"

Dia menggeleng kuat, tapi itu bukan respon atas pertanyaanku, melainkan sedang memberitahu adiknya untuk tidak mencelupkan selembar tissue ke dalam susu.

"Yiyiii anann, ituuu Buuuu." Tata menarik lenganku, sembari menunjuk Riri yang masih mencoba memasukkan tissue ke dalam cangkir berisi susu miliknya.

"Itu bukan biskuit, Dek. Nanti Ibu ambilkan biskuit ya."

"Olelo Buuu." Pinta Tata setengah memekik, membuatku memutar mata mendengar suara penuh energi anak – anak bayi ini di pagi hari.

"Iya oreo. Ini satu, satu."

Daily routine-ku berjalan seperti biasa. Memandikan anak - anak setelah memastikan mereka sarapan. Iya agar sekalian bersih gitu, karena mereka sudah tidak mau disuapi makannya. Tahu sendiri kan, bayi tiga tahun mencoba makan sendiri artinya apa?

Ya, teritori tempat mereka makan akan berubah menjadi tempat pasca bencana alias berantakan. Begitu juga dengan baju yang mereka kenakan, tidak akan ada yang selamat.

Maka, jurus makan sebelum mandi pun aku terapkan.

Mama memanggil dengan panggilan video. Baru satu malam tidak bertemu si kembar, mama sudah kangen banget katanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 28, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STUCK # 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang