Ujian Kecil

1.3K 203 1
                                    

Pandemi menghantam Dunia. 

Hampir semua sektor perindustrian terkena dampaknya, sebab pemerintah menerapkan protokol ketat demi memutus penyebaran virus yang sedang meraja di mana - mana.

Tak terkecuali, Perusahaan milik ayah mertuaku yang juga dipimpin oleh Prabu, suamiku.

Beberapa Hotelnya di kota - kota besar, sepi dari pengunjung bahkan di musim liburan. Dan manajemen terpaksa harus merumahkan sekitar tiga ratus pegawainya di beberapa kota. 

Prabu enggan berbagi kesulitan denganku, maka ia terus berkata bahwa keadaan kondusif dan bisa ditangani. Tapi, aku tidak melihat begitu faktanya. 

Ibu mertua memberi kabar bahwa ayah mertuaku jatuh sakit karena stres menghadapi ancaman pailit juga kebangkrutan. Belum lagi tekanan dari investor yang memaksa manajemen untuk mencari cara agar roda bisnis tidak melambat apalagi berhenti mendadak.

Setiap tiba di rumah, Prabu selalu menampilkan wajah ceria dan tampak tidak terdistraksi oleh masalah yang sedang menggelayuti pundaknya. Meski aku tahu, ia yang sekarang bertanggung jawab atas nasib Perusahaan. Dengan gaya kebapakannya, ia selalu saja menyempatkan waktu bercanda dengan si kembar yang akhir - akhir ini memang sulit diajak tidur lebih awal karena menunggu bapak yang didera lembur berhari - hari sejak pandemi.

Seperti saat ini, meski aku tahu ia lelah luar biasa, begitu melihat Riri berlari ke arahnya, Prabu akan tersenyum lebar dan menggoda kedua anak kami dengan panggilan khasnya.

"Gembloongggg." Riri lompat masuk ke dalam pelukan Prabu yang dengan sigap menangkap tubuh kecil dan gembul Riri.

Dipanggil Gemblong karena Riri tipe anak berkarakter manis. Tidak pernah membalas kenakalan mbaknya yang acapkali senang mencari ribut. Entah karena menuntut perhatian bapak atau eyang ayahnya jika sedang mengobrol berdua. 

Sementara untuk anak perempuan kami, Prabu akan memanggilnya Kanjeng Ratu. Apalagi alasannya kalau bukan karena sifat manja dan tidak mau kalah si cantik berkulit caramel itu. 

Riri mewarisi ciri fisik dariku, sementara Tata tidak membuang sedikitpun karakter fisik ayahnya. Mulai dari bibir yang sedikit muncung di bagian tengah atas, kemudian hidung yang mancung dengan garis tegas, lalu sepasang mata coklat yang penuh rasa ingin tahu. 

Semua teman kami mudah menebak kalau Tata memang darah daging Prabu. Tidak ada yang terlewat warisan fisik bapaknya.

Sementara soal karakter, keduanya bersebrangan. Tata cenderung tegas sepertiku dan Riri mendapatkan kesabaran Prabu.

Kombinasi ini membuat kami berempat saling terikat sempurna. Dan aku menyukainya. Fisik dan karakter kami yang bercampur di dalam sosok dan kepribadian si kembar, membuat keduanya tak diragukan lagi memang sebagai darah daging kami. Prabu sering kali membicarakan hal ini yang kulihat, sangat menghiburnya.

Selesai membaringkan si kembar di kasurnya masing – masing, Prabu datang padaku sambil meregangkan badannya yang sudah tidak sekencang dulu saat baru bertemu denganku.

Ia melepas bajunya di ujung ranjang, sambil berdiri menatapku. Menampakkan perut yang sedikit buncit. Sebab dirinya lebih memilih menghabiskan waktu di kasur bersama si kembar daripada pergi keluar untuk olah tubuh di hari libur. Alasan klise yang sering kucibir katanya ia takut dirinya masih bisa menggoda para perempuan muda yang bekerja di kantor. Dasar!

STUCK # 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang