Bab 6 🦊

4.7K 284 6
                                    

Weh tau gk Weh tadi draft gw ilang coy, jadi terpaksa deh gw ngambil ulang naskah gw di akun old, sekalian nyapa penghuni lapak gwಥ⁠╭⁠╮⁠ಥ

Target vote bab ini 55★

...

~ Veni, vidi, Vici ~

÷÷÷÷

- Saya datang, melihat dan menaklukan -

...

Happy Reading guys!!!
.
.
.
.
.
.

"Tch, bisa bisanya gue harus ketemu lagi ama iblis ini," decihnya melanjutkannya dalam batin.

.......

"Lo apain Dimas?" Tanya Afandra yang kini didudukan diatas kasurnya, menatap tajam Grace yang juga balik menatapnya.

Srek..

Afandra memundurkan tubuhnya, mengambil jarak dari Grace yang hendak menyentuh rambutnya seraya memelototi nya penuh peringatan.

Melihat itu Grace hanya terkekeh sebelum menarik kembali tangannya.

"Tenanglah. Daddy tak pernah mengingkari janji yang Daddy buat, Daddy tidak melakukan apapun pada anak itu." Ucap Grace tanpa beban, kemudian mendudukan dirinya pada sofa single dibelakangnya.

"Gue gak percaya sama kata kata lo, bisa aja lo bohongin gue. Sama kayak dulu," ucap Afandra melanjutkannya dalam batin, ia kembali merasa sesak ketika teringat salah satu alasan terbesar yang membuatnya benar benar membenci Grace.

Grace sedikit tertegun ketika tanpa sadar, dirinya tenggelam pada saat bersitatap dengan netra Afandra yang sedikit bergetar, Ia bisa merasakan kebencian yang terpancar dari mata anak itu.

'Tak masalah jika kau membenciku, aku sudah siap menerima semua konsekuensinya sejak dulu, lagipula sudah terlambat jika mengakhirinya sekarang,' batin Grace teringat semua yang telah ia lakukan untuk memenuhi ambisinya.

"Cih," decih Afandra memalingkan wajahnya dengan jijik.

Grace yang tersadar kemudian mengambil handphonenya dan mencari no seseorang, setelahnya ia menekan tombol panggilan. Tak lama kemudian terdengar suara seseorang diseberang.

"Hans, apa kau masih mengawasinya?"

"Ya tuan, saya masih mengawasi pergerakan target"

"Arahkan kameramu pada target" titah Grace dan mengalihkan panggilan telepon menjadi panggilan vidio, lalu tak lama kemudian terpampanglah seorang pemuda yang sedang duduk dikursi pekarangan rumah Afandra.

Grace memperlihatkan layar itu pada Afandra yang terdiam seketika.

Grace yang melihat itu lalu mematikan panggilan itu dalam sekejap.

"Saya yakin kamu mengerti apa yang saya mau Afandra Cana Kalingga," ucap Grace penuh peringatan, yang semakin membuat Afandra mengepalkan erat tangannya.

"Daddy menantikan jawaban baik darimu ketika makan malam nanti, dan Daddy harap... kau tidak mengecewakan Daddy." ucap Grace menepuk kepala Afandra lalu pergi keluar menghilang dari balik pintu.

Sedangkan itu Afandra hanya bisa menundukan kepalanya menatap kosong tangannya yang terkepal.

'Lagi lagi kayak gini, kenapa!! kenapa!!! Kenapa gue gak bisa ngelawan pria yang nyakitin Bunda... Bunda maafin Afan, lagi lagi Afan ngecewain Bunda.' Batin Afandra mengepalkan tangannya semakin erat ketika setetes air mata jatuh pada kepalan tangannya.

Freedom Dream Afandra (Ongoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang