Satu koper besar dengan stiker hello Kitty sudah tertutup dengan rapat, baju-baju beserta perlengkapan yang dibutuhkan sudah dimasukkan kedalam koper itu.
"Mmm... Apalagi ya?"
Gadis itu melihat-lihat sekeliling ruangannya sekali lagi, memastikan apakah ada yang tertinggal didalamnya. "Udah semua sih kayaknya ya."
Drtt... Drtt...
Tas gadis itu bergetar, disusul bunyi nada dering telponnya yang terdengar, dengan segera gadis itu membuka tasnya dan mengeluarkan handphone tersebut.
Nama Sasha tertera dibenda persegi panjang canggih itu, tombol berwarna hijau langsung dipencet nya.
"Halo Var?! Lo udah beres-beres?!"
Suara cempreng itu langsung terdengar tanpa aba-aba dan ucapan salam diawal.Handphone yang semula ditempelkan pada telinga sedikit dijauhkan karena suara gadis itu yang menggelegar.
"Lo, kalo ngomong bisa kecilin dikit nggak sih suaranya Sash?"Varida mengelus daun telinganya yang terasa berdenging. "Telinga gue jadi korban nih."
Sasha diseberang sana hanya berdecak malas, "cepetan kemas-kemas, gue udah dijalan mau ke kontrakan nih."
Kontrakan? "Tunggu- lo mau nganterin gue Sash?!"
"Iya Idaaa." Balasnya panjang, "jadi cepet ya beres-beres, karena temen lo yang baik hati ini lima menit lagi bakalan sampe... Dahh"
Tutt...
Telpon dimatikan...
Demi apapun Varida merasa senag tidak karuan, matanyanya berbinar, senyumnya langsung merekah dengan lebar...
Sungguh ia kira temannya itu sedang sibuk dan tidak bisa menemaninya pindahan...
Karena sejujurnya gadis itulah yang mencarikan perumahan yang akan dirinya tempati sekarang ini, dan dia juga lah yang mengurus semuanya...
Tapi baru saja kemarin sore sahabatnya itu bilang bahwa ia tidak bisa menemaninya pindahan, dikarenakan ada kerjaannya yang bentrok. Namun, sekarang tiba-tiba saja gadis itu sudah ada diperjalanan... Sangat-sangat kejutan sekali.
Untung saja Varida belum memesan taxi untuk mengantarkannya...
Rasanya... kata terimakasih saja sepertinya tidak cukup untuk diungkapkan dan membalas kebaikannya selama ini...
oOo
Mobil hitam milik Sasha sudah memasuki area perumahan, senyuman kedua orang dalam mobil itu merekah, keduanya sama-sama merasa senang. Varida senang karena ia akhirnya mempunyai rumah yang dekat dengan tempatnya bekerja, sedangkan Sasha senang karena melihat sahabatnya yang terlihat berbinar dan begitu excited.
"Lo nanti kalo ada apa-apa jangan sungkan minta bantuan ya Da." Peringat Sasha, "pokoknya jangan gedein gengsi, sekarang Lo coba bersosialisasi sama orang-orang sini, gue yakin mereka baik-baik kok."
Bukan tanpa alasan Sasha bilang seperti itu. Dia sudah hafal betul dengan sifat dan watak sahabatnya itu yang terbilang sedikit membatasi diri dari orang-orang...
Gadis itul cenderung betah didalam kamar seharian dibandingkan bersosialisasi, dan menjalin silaturahmi kepada orang luar. Varida bilang semua itu melelahkan untuknya.
Maklum kepribadiannya yang introvert membuat gadis itu tidak bisa memulai pembicaraan dengan orang baru dan suka sekali berfikir negatif thinking terhadap apapun.
Mungkin itupula yang menjadi satlah satu alasan mengapa hanya Sasha yang menjadi sahabat gadis itu.
"Tapi gue takut Sash," ungkapnya, matanya masih fokus memandangi jalanan dari kaca jendela mobil. "Gimana nanti kalau mereka nggak wellcome sama kehadiran gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh sebrang jalan
RomanceRumah sebrang jalan itu sepi, selalu sepi... Lampunya selalu redup, padahal ada penghuninya. Entah bagaimana wujud tetangga rumah seberang jalan itu... Namun, dengar-dengar katanya yang menempati rumah seberang jalan itu adalah seorang duda?!! ____...