Alarm handphonenya tidak berguna, nyatanya gadis itu malah semakin mengeratkan pelukannya pada guling...
Ketika matahari semakin tinggi, dan sinarnya sudah muncul menembus jendela dan gorden kamarnya... Barulah mata gadis itu terbuka dengan perlahan.
Mungkin jika cuaca diluar mendung, Varida tidak akan bangun saat ini.Seperti kebanyakan orang pada umumnya, hal pertama yang dicari ketika pertama kali membuka mata adalah handphone, sebenarnya bukan untuk apa-apa, hanya untuk melihat pukul berapkah sekarang.
Angka tujuh terpampang jelas di handphone gadis itu.
"Tujuh, empat puluh." Gumam gadis itu yang belum sadar sepenuhnya.Namun, tiba-tiba saja suara perutnya berbunyi, dan menandakan ingin segera diisi, ketika itu, barulah Varida ingat sesuatu...
Betapa terkejutnya ia ketika mengingat rencananya yang semalam dan sekarang sudah gagal total.
Lalu juga, semalam dirinya lupa melakukan rutinitas sebelum tidur dan skincare routin nya, serta niatnya yang hendak joging sembari menyapa tetangganya juga gagal dikarenakan kantuk yang melelapkannya.
"Duhh, gue kok kebo banget ya." Varida merutuki kebiasaannya yang jika kelelahan tidurnya akan berkepanjangan.
Gadis itu bangkit dari tempat tidurnya, dan langsung menyambar handuk untuk segera bergegas ke kamar mandi. Tubuhnya sungguh terasa lengket sekarang ini.
Mungkin berendam dengan air hangat tidak ada salahnya bukan...
oOo
Sesuai tebakan Varida, para tetangganya sekarang ada dirumah jika hari libur tiba. Buktinya didepan rumah mereka pasti ada saja mobil yang terparkir.
Beberapa kota kue sudah siap untuk Varida bawa dan dibagikan sebagai tanda perkenalan tetangga baru, tidak lupa juga didalamnya terdapat kartu ucapan dengan kata-kata manis sebagai tanda perkenalan. Ia hanya berharap para tetangganya bisa menerima kehadirannya, dan menyukai kue bolu buatannya ini.
Sekarang juga gadis itu sudah siap dengan setelan baju casualnya. Diteriknya matahari weekend ini, Varida memilih warna baju yang terlihat damai dan redup, kalau saja ia memakai baju berwarna kuning menyala atau hijau neon mungkin bisa memantulkan cahaya...
Sebelum menutup pagar rumahnya, Varida merapalkan beberapa doa terlebih dahulu, sebenarnya ia lumayan gugup untuk melakukan ini. Setelah dirasa tenang, barulah gadis itu melangkahkan kakinya, mendatangi rumah tetangga terdekatnya satu-persatu.
Ternyata benar, semuanya baik dan menerima kehadirannya. Disebelah kanan rumahnya ada keluarga Bu Tati yang murah senyum, lalu disebelah kirinya ada Bu Eni yang easy going. Diseberang jalan juga ada Bu Yeni, dan Bu Putri yang begitu baik. Ia begitu bersyukur karena mendapatkan lingkungan tetangga seperti ini.
Dan sekarang kue bolu yang dibawanya hanya sisa satu. Yaitu untuk tetangga seberang jalan yang rumahnya berhadap-hadapan dengan rumahnya.
Rumah dengan cat putih serta abu-abu itu terlihat sepi. Namun, ada satu mobil hitam yang terparkir digarasi depannya. Varida menekan bel rumah itu beberapa kali, tapi sang pemilik rumah belum ada tanda-tanda untuk membukakan pintu.
Keringat akibat cuaca panas sekaligus lelah sudah bercucuran sejak tadi, empat kali sudah pula ia membunyikan bel namun belum juga pintunya kunjung dibuka.
"Apa nggak ada orang ya?" Pikir Varida pada dirinya sendiri.
Tapi mari kita coba satu kali lagi...
"Neng cari siapa?!"
Varida terlonjak kaget ketika mendengar suara itu, ia lalu memutar tubuhnya kebelakang melihat kearah suara itu berasal. Ada seorang ibu-ibu dengan daster pink-nya yang sedang menyipitkan mata karena teriknya matahari.
Padahal tadi baru saja jari telunjuk nya itu mendarat kearea bel untuk menekan tombol itu, tapi tetangga perumahannya sudah mengagetkan nya saja.
"Ahh, ini buk, saya tetangga baru. Niatannya mau kasih ini sebagai tanda perkenalan." Varida melirik kotak kue yang dibawanya.
"Ohhh..." Ibu-ibu itu mengangguk paham, "nggak ada orangnya kayaknya, buat saya aja kalau gitu mah neng haha."
Tawa canggung tak bisa Varida tahan dan ikut mengimbangi ibu-ibu tersebut. Gadis itu menggaruk tengkuknya bingung, kalau ia berikan kuenya, takut-takut malah si tuan rumah membukakan pintu, tapi kalau tidak memberikan kepada ibu-ibu itu, ia juga tidak enak.
Akhirnya gadis itu berbalik sekali lagi, memastikan terlebih dahulu tetangga seberang jalannya ini, ternyata masih saja sepi dan tidak ada tanda-tanda kehidupan didalamnya.
Varida berjalan menjauh, dan memilih untuk memberikannya saja. Langkahnya mendekat kearah ibu-ibu berdaster pink itu. Baru saja tangannya terulur beberapa centi untuk memberikan kue bolu itu, tapi sudah diambil dengan cepat.
"Saya Buk Yuli neng, rumah saya ada didua rumah setelah ini. Makasih ya." Ucapnya setelah menyambar kue bolu itu.
Lagi-lagi Varida hanya bisa tersenyum canggung, "ahh, salam kenal Buk, saya Varida, baru kemarin pindah. Rumah saya ada didepan situ." Jelasnya sambil menunjuk rumah yang ada didepannya.
Buk Yuli berbalik kearah belakanganya, "ouhh kita deket ternyata, kalo gitu jangan sungkan main kerumah ibu ya."
Varida mengangguk, gadis itu hendak berpamitan.
"Kamu masih muda, udah punya pasangan belum?" Buk Yuli lanjut bertanya.
Jujur, Varida paling malas sebenarnya dengan pertanyaan perihal pasangan. Namun, tetap harus ia jawab karena masih ingat dengan sopan santun. "Saya belum kepikiran buat punya pasangan Buk, Saya pamit dulu, mari."
Run! Varida merasa tidak nyaman.
oOo
Hari Senin tiba yang bertanda semua orang harus bekerja seperti biasa. Termasuk Varida, gadis itu sudah siap dan rapi, dipukul tujuh pagi ini.
Moodnya hari ini sangat baik, udara diluar sungguh sejuk, tidak ada sinar matahari pagi yang perlu dirinya tutupi. Angin sepoi-sepoi mengibarkan gorden kamarnya yang sengaja tidak ia tutup.
Tidak mendung, namun tidak juga panas. Cerah, tapi tak membuat kulit terbakar karena angin berhembus dengan nikmat.
Suara burung tetangga juga menambah kesejukan ini, rasanya ia ingin libur lagi dan memilih dirumah seharian kalau begini.
Pintu rumahnya ia buka, hiduplah udara pagi yang membuat otak tenang ini. "Hahhh, nikmatnya."
Sebelum berangkat dan menutup pintunya, Varida pemanasan terlebih dahulu beberapa menit.
Para tetangganya sepertinya sudah berangkat bekerja, karena merasa jam yang sudah cukup, barulah gadis itu mengeluarkan motornya dari pekarangan rumah.
Memakai helmnya, dan siap bekerja dengan perasaan dan hati gembira.
•
Gimana udah sampe bab 2 yaa...
Makasih buat yang udah bacaBoleh banget kasih masukan ;)
I hope you like it and enjoy the story'
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh sebrang jalan
RomanceRumah sebrang jalan itu sepi, selalu sepi... Lampunya selalu redup, padahal ada penghuninya. Entah bagaimana wujud tetangga rumah seberang jalan itu... Namun, dengar-dengar katanya yang menempati rumah seberang jalan itu adalah seorang duda?!! ____...