Part 1

356 42 6
                                    

Surya perlahan mulai terbenam di sisi barat, seorang pemuda bernama Cakra Mahendra atau yang bisa di panggil mas Cakra oleh adik-adiknya berjalan memasuki sebuah rumah sederhana peninggalan orang tuanya.

Perlahan langkah kakinya berhenti di depan pintu, menatap ke sekeliling rumah yang gelap karena lampu belum dinyalakan. Menghela nafasnya, ia yakin adik-adiknya lupa untuk menyalakan lampu padahal sudah berulang kali ia ingatkan.

Setelah menyalakan lampu, Cakra kembali berjalan menuju ke kamarnya untuk beristirahat setelah seharian bekerja menjaga toko bunga peninggalan orang tuanya. Belum juga sampai ke kamarnya, ia melihat adik bungsunya tengah berjongkok sambil menatap lantai dan jangan lupakan mulutnya yang berkomat kamit.

Ia tau kalau adik-adiknya memang aneh jadi ia hanya membiarkannya saja sampai adiknya itu selesai dengan acara mengobrol bersama lantai rumah mereka.

Melangkahkan kakinya melewati sang adik, Cakra kembali berjalan menuju ke kamarnya. Baru beberapa langkah, suara adiknya membuatnya menghentikan langkah kakinya. Mungkin adiknya itu sudah sadar akan kehadirannya.

"Mas Cakra udah pulang?" tanya Alsaki Radiyan, atau yang biasa dipanggil Saki.

"Belum, masih di toko," jawab Cakra.

"Tapi kok mas Cakra udah disini?"

Cakra memutar bola matanya malas. "Ya berarti udah pulang dong Saki."

Ucapan Cakra hanya di balas cengiran oleh Saki.

Cakra menatap ke sekeliling mencari keberadaan adik pertamanya. "Kai mana?"

Saki memasang wajah berpikir dengan tangan yang berada di dagunya. Wajah Saki yang tengah berpikir benar-benar membuat Cakra gemas apalagi pipi adiknya itu yang cubby membuatnya ingin mencubitnya.

"Oh, mas Kai lagi main di rumahnya kak Jean."

Cakra menganggukkan kepalanya paham. "Udah makan?"

"Udah, tadi aku bikin nasi goreng. Masih ada sisanya diatas meja makan kalo mas mau."

Mendengar tawaran adiknya itu, Cakra langsung berbalik dan berjalan menuju ke meja makan. Disana ia melihat sepiring nasi goreng yang terlihat menggugah selera. Menarik kursi, Cakra pun mulai menyuapkan nasi goreng itu kedalam mulutnya.

Baru satu suap, Cakra merasa nasi goreng itu berbeda dengan nasi goreng pada umumnya.

Menatap kearah Saki yang duduk di depannya. "Lu masukin apa aja ke nasi gorengnya?"

"Ya seperti nasi goreng pada umumnya. Nasi, sayur, telur, cuma aku tambahin mie sama yogurt doang sih."

"Lu nemu resep darimana sih?"

"Gak tau, aku cuma masukin bahan-bahan yang ada di kulkas doang."

Selain suka mengobrol dengan lantai, adiknya yang satu ini juga suka sekali bereksperimen terhadap makanan.

Mendengar suara langkah kaki, Cakra langsung berbalik dan melihat adik pertamanya baru saja pulang dari rumah tetangga mereka dengan kantung plastik yang berada di tangannya.

Cakra mengambil kantung plastik itu dari tangan adiknya. "Apa nih?" tanya Cakra.

"Itu makanan dari kak Jean," jawab Kaivan Gentala atau yang biasa dipanggil Kai.

Cakra mengeluarkan rantang dari dalam kantung plastik dan menaruhnya di atas meja. Dia menatap kearah adiknya. "Lu udah makan?"

Kai menganggukkan kepalanya. "Udah tadi bareng sama kak Jean."

Cakra mengambil beberapa lauk dan menaruhnya di atas piring, lalu ia mulai memakan makanannya. Lebih baik ia makan makanan dari Jean daripada nasi goreng buatan Saki yang rasanya sangat luar biasa, luar biasa tidak karuh-karuhan.

GEMINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang