SEVENTEEN

20 3 0
                                    

Setelah mengobrol lama, Alif dan Ihsan pun kembali masuk kedalam. Baru saja mereka melangkahkan kaki, langsung terdengar pecahan kaca dari arah dalam. Tanpa pikir panjang, Alif dan Ihsan berlari masuk.

Begitu sampai didalam, mereka mendapati Nita yang berlumuran darah. Lebih tepatnya, pelipis Nita terluka akibat pecah kaca tersebut sehingga mengeluarkan darah.

Di seberang mereka, berdiri seorang lelaki dengan mata yang merah nyalang. Ditangannya terdapat gelas kaca yang sudah pecah dan berlumuran darah.

"Erick!!, "sergah Ihsan yang langsung menerjang Erick. Ia memukul dan menendang Erick dengan membabi buta.

Setelah beberapa saat, Ihsan mundur beberapa langkah. Lengannya terluka akibat pecahan kaca yang ada ditangan Erick.

" Ihsan, udah!!, "teriak Nita, histeris karena luka Ihsan cukup dalam.

Alif menarik Ihsan yang ingin kembali menerjang. Alif yang awalnya diam saja pun maju, gilirannya untuk membabi buta.

" Jadi lo yang namanya Erick?!, "tanya Alif, tersenyum meremehkan.

" Siapa kamu?!, "sergah Erick, dengan mata yang masih merah nyalang.

Alif terkekeh, " Gw siapa?! Calon mantu bunda Nita nih bos, senggol dong!!, " jawabnya.

Erick semakin geram. Tanpa aba-aba, ia langsung menerjang Alif dengan kaca yang ada ditangannya. Roula menjerit tertahan karenanya.

Tanpa ada yang menyangka kalau Alif akan memukul Erick menggunakan kursi. Ia melempar kursi tersebut kearah Erick dan membuat Erick linglung sesaat.

Disaat Erick lengah, barulah Alif melawan. Ia memukul raha Erick dan menendang perutnya. Alif mengambil kembali kursi tadi dan memukul Erick menggunakan kursi tersebut. Kursinya patah, tak terbentuk.

Ijsan menyikut Roula, "agak bahaya pacar lo, kak!!, "bisik Ihsan, dibalas jitakan oleh Roula.

" Sempat-sempatnya lo becanda, pisahin sono!!, "seru Roula, mendorong Ihsan kearah Alif.

Ihsan mau tak mau harus menuruti Roula. Pasalnya, Alif sekarang benar-benar tak terkendali. Sedangkan Erick sudah tak berbentuk lagi karenanya.

Namun sekuat apapun Ihsan melerai, Alif sama sekali tak menggubris. Alif terus membabi buta Erick, membuat Ihsan kewalahan.

"Kagak bisa, cok!!, "gerutu Ihsan, lelah.

Nita menyikut Roula, " Lo aja yang lerai, kali aja si Alip cuma dengerin lo doang!!, "saran Nita, sibuk mengusap pelipisnya.

Roula mengangguk dan berteriak, " Alif, stop!! "

Dan benar saja, Alif langsung berhenti. Ia melihat sekeliling dan terkejut dengan apa yang ia perbuat. Ia lebih terkejut lagi saat melihat kursi Nita hancur berkeping-keping.

"Mampus, bakal ditendang gw nanti!?!, " gumam Alif, cemas. Ia khawatir jika Nita tidak akan mengizinkannya lagi bertemu dengan Roula.

Ihsan mendekati Alif dan menariknya mundur, "udah bang, bisa mati tu tua bangka nanti, "ujar Ihsan.

Alif mengangguk, " Iya, sorry gw hilang kendali tadi!! "

"Makanya kita mundur aja, mak gw maju soalnya!, "bisik Ihsan, dibalas anggukan oleh Alif.

Nita maju dengan pelipis yang masih berdarah. Kemudian ia berlutut, menyamakan posisinya dengan Erick yang sudah tidak berdaya. Keren bat gw, ceknah.

" Lo liat kan, mau gimana pun lo mau ganggu keluarga gw, gak bakal bisa!! Kenapa? Karena gw punya anak-anak yang sayang sama gw, sedangkan lo enggak!!, "bisik Nita, tajam, tepat pada telinga Erick.

Anything For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang