Ketujuh cowok berwajah tampan memasuki sebuah rumah yang halamannya sudah seperti taman bermain anak-anak. Rumah yang awalnya sunyi, seketika ramai oleh mereka.
Ian, Arlo, dan Alif langsung rebahan di karpet lembut Aksa, sedangkan Ray dan Gibran duduk di sofa depan televisi. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, mereka semua kelelahan.
Dari arah dapur, terlihat tangan-tangan mungil Mala membawakan nampan berisikan air untuk mereka bertujuh. Ade langsung sigap menerima nampan tersebut dari Mala.
"Eh Mala, gak usah repot!! Kami bisa sendiri kok, " Seru Arlo, bangkit dari posisi rebahannya.
"Tapi kok kamu bisa ngangkat nampan seberat itu?!, "tanya Gibran, heran.
Aksa membusungkan dadanya. " Adek gw gitu loh!!, "serunya, membuat yang lain tertawa.
Ade membagi air yang Mala bawa tadi pada mereka. Kemudian pergi ke dapur untuk meletakkan nampan tadi. Mala duduk disamping Aksa, bersandar padanya.
" Mala ngantuk ya?, "tanya Aksa, merangkul Mala. Mala mengangguk, mengiyakan.
Aksa mengisyaratkan kepada Ade untuk membawa Mala ke kamarnya. Ade yang baru saja kembali dari dapur langsung sigap memindahkan Mala ke dekapannya.
Selepas kepergian Ade yang mengantar Mala ke kamar, Arlo memulai pembicaraan yang sedari tadi ia tahan. Ia berpindah dari karpet ke sofa.
"Jadi, dimana lo ketemu sama mereka?!, " tanya Arlo, serius. Ian dan Alif juga mengikuti Arlo duduk di sofa.
Aksa menarik nafas seraya menjawab, " Di parkiran toko elektronik tadi, ar! "
"Kalian sendiri, kok bisa tau kalo gw lagi di serbu!?, "tanya Aksa, balik.
Ian angkat suara, " Mala yang hubungi gw tadi, dia bilang kalo kalian lagi dikejar sama orang gak jelas, makanya gw hubungi ni pada buat bantuin!! " Aksa mangut-mangut, mengerti.
"Trus nih anak kok bisa ikut? Tumbenan bener?!, "seru Aksa, menunjuk Gibran.
Gibran nyengir. " Kebetulan aja tadi gw lagi bareng Ray!, "jawabnya, cengengesan.
" Gimana lo lip? Gak papa nih, temenan sama rival lo?!, "seru Arlo, menggoda Alif.
Alif tertawa. " Ya gak papa, masa cuman gara-gara rival, gak boleh temenan!! Ya gak, gib?!, "ujar Alif, merangkul Gibran. Gibran membalas rangkulan Alif sembari tertawa.
Aksa mengambil laptopnya, mulai sibuk mengerjakan apa yang tadi tertunda. Sedangkan yang lain sibuk dengan dunia mereka sendiri.
Ian dan Arlo bermain game PS milik Ade. Sementara Ray, Alif, dan Gibran sibuk dengan buku mereka, dengan kata lain mereka sedang belajar.
Aksa mengusap wajahnya, akhirnya pekerjaannya selesai. "Gw udah dapet semuanya!!, "serunya, membuat yang lain mengalihkan pandangan mereka padanya.
" Dapet apaan?!, "tanya Ian, mendekati Aksa. Arlo mengikutinya.
" Info soal Zefa!!, "jawab Aksa, meneguk airnya.
Arlo mengambil alih laptop Aksa, memeriksa apa yang sudah Aksa dapatkan. Selagi Arlo sibuk dengan laptop Aksa, tiga orang yang sibuk belajar tadi sudah duduk dihadapannya.
Kurang lebih lima menit Arlo membaca seluruh isi laptop Aksa. Setelah itu, ia diam seribu bahasa sembari menutup wajahnya. Mereka berlima saling pandang, tidak ada yang berani bertanya kepada Arlo.
Lima menit berlalu, barulah Arlo mulai bicara, " Jadi selama ini dia kesusahan gara-gara bokap gw dan gw gak tau soal itu!? "Arlo diam sejenak, "gw emang bodoh!!," sambungnya, kali ini suaranya sedikit serak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anything For You
Acak[On going][update setiap jumat] Arshakalif Firhan Rafisqy, cowok yang kerap dipanggil Alif ini dikenal kasar dan cuek di SMA Chandra, tiba-tiba menyatakan dirinya menyukai seorang Roula Cassandra Adair. Namun, mengingat Rola yang memiliki trauma dim...