"Seokjin belum datang lagi?" Jackson melirik tas makeup sang pemuda yang masih teronggok di atas mejanya.
Namjoon menggeleng tanpa melepaskan pandangannya dari buku yang sedang ia baca.
"Kalian berantem?"
"Ha?" Pertanyaan itu sontak menegakkan kepala sang pemuda.
"Udah hampir seminggu ini Seokjin ga dateng ke bioskop, kamu juga ga nyariin"
"Udah lupa ya gara-gara udah deket sama Somi?" Jackson terkekeh nakal.
Namjoon mendengus pelan dan menutup bukunya. "Jack...."
"Salah ga sih kalo aku kecewa sama ucapan dia waktu itu?"
"Aku ngajak dia nonton bener-bener tulus buat bales kebaikan dia.....bukan buat deketin Somi atau apalah...."
"Mana dia ngerti, Nam....."
"Kamu seneng banget tiap ketemu Somi....ya pastilah Seokjin bakal mikir kalo kamu pengen banget deket sama dia" Jackson duduk bersandar pada tumpuan lengan di belakang tubuhnya.
Tak menjawab, dahinya sedikit berkerut memikirkan ucapan sang sahabat.
Hari itu Namjoon merasa sangat gugup, beberapa kali berganti pakaian hingga akhirnya sweater abu-abu yang kini tergantung di bawah matahari itu menjadi pilihannya.
Terus mengeluh kebingungan harus apa jika nanti mereka bertemu pada sang pemuda yang tertawa geli sambil menata rambutnya di pantulan cermin.
Bahkan saat perempuan yang ternyata adalah junior Seokjin di universitas itu berlari menghampiri mereka, jantungnya seolah akan melompat keluar.
"Salah ya?" Namjoon berujar lirih.
"Kalo aku jadi Seokjin sih, aku bakal getok kepala kamu terus bilang kalo kamu ga ngehargain usaha aku" Jackson tertawa sebelum meninggalkan sang pemuda yang masih terdiam.
Matanya melirik pelan pada tas yang masih tertutup rapat di atas mejanya.
Namjoon merangkak dari tempat tidurnya, membuka tas makeup itu dan mengeluarkan lipbalm vanilla milik sang pemuda lalu mendengus tersenyum saat aromanya menguar memanjakan indera penghidunya."Whoa! Woowww......ini beneran kamu?!" Sosok dengan mata dan bibir membulat itu berteriak kaget setelah membuka pintu apartemennya.
"Mau nganterin tas makeup kamu...takut mau dipake" Namjoon mengulurkan tas kotak berwana pink dalam genggaman jemarinya.
"Ahahaha.....ga usah repot-repot, Nam....padahal aku bisa....."
"Sorry......"
"Nam.....aku yang harusnya minta maaf..." Seokjin meraih tas makeupnya lembut.
"Sorry aku ga peka kalo kamu udah ngasih tiket itu cuma buat kita berdua..."
"Guess i was too excited for both of you to meet..." Ia menundukkan kepalanya.
Namjoon membulatkan matanya kaget. "J-Jackson cerita ya?"
"Ha?" Mata membulat itu bergantian datang dari sang pemuda.
"Jackson....." Namjoon mengusap tengkuknya, menyesali pertanyaan bodoh yang ia sudah tahu jawabannya. Mereka selalu berdua dan tidak mungkin sang sahabat memiliki waktu untuk bertemu dengannya.
"Ngga ya?"
Seokjin tersenyum geli. "Ngga kok, Nam....aku yang sadar dari pas kita balik"
"Sorry juga aku ga langsung minta maaf waktu itu..."
"Aku ngerasa....."
KAMU SEDANG MEMBACA
One Way Ticket [Short Story]
FanfictionMemories can be made, even in a short amount of time hurt-comfort, angst