Gelak tawa mereka terdengar selama film kartun itu berputar, saling memukul dan meledek, atau kembali terdiam serius mengikuti alur cerita.
Namjoon melirik saat beberapa menit berlalu dan Seokjin terdiam walau sekitarnya tertawa keras, termasuk dirinya.
Mengeratkan genggaman tangan dan mengusap-usap ibu jarinya pada punggung tangan sang pemuda yang ia tahu tengah berusaha menyembunyikan tangisnya.
Sesaat kemudian manik matanya membola, kembali melirik pelan saat kepala sang pemuda bersandar lembut pada bahunya.
Kali ini ia harus menekan dadanya yang semakin berdebar kencang.
"Apaan nih? Kenapa rasanya....""Masa iya Jackson bener?"
"Nam.....chill out.....aku bukan Somi. Tangan kamu keringetan banget" Seokjin terkekeh pelan mengusak pelipisnya pada bahu sang pemuda.
DEG
"Kamu bukan Somi.....tapi kenapa aku deg-degan ga karuan gini?" Namjoon memandangi sang pemuda yang semakin menyandarkan kepalanya.
Pipi bulat putihnya sedikit menyembul saat ia tersenyum. Surai pirang halus menyentuh pipi berdimplenya. Harum lembut vanilla yang menguar semakin membuat wajahnya terasa amat panas.
Ia membasahi bibirnya yang kering kemudian mendekat pada kening sang pemuda.Suara musik keras menandakan film telah selesai membuat Seokjin menegakkan kepalanya. Bersamaan dengan Namjoon yang mengaduh saat bibirnya terbentur kening sang pemuda.
"Oh! Ahahahaa......sorry...sorry..."
"Yaahhh....bedarah, Nam..." Seokjin tertawa menatap bibir bawah tebalnya lalu mengeluarkan tissue dari tas kecilnya.
"Sorry aku ga liat kamu bangun..." Diusapnya darah yang menitik itu lembut.
"Kamu sakit ga?" Namjoon mengusap ruam merah di tepi kening Seokjin dengan ibu jarinya.
"Ya sakitlah!" Pemuda itu mengusap dahinya.
"Sorry...." Sedikit tertunduk, Namjoon mengecek barang-barang bawaan mereka di sekitar kursi.
"Eh?" Seokjin menarik lengannya pelan.
"Kok diem sih? Aku becanda kok tadi....bukan marahin kamu...""I-iya....tau kok...." Namjoon berusaha tersenyum sebelum berdiri.
"Kemana lagi sekarang?" Ia bertanya tanpa menoleh. Meregangkan tubuh lalu menyelipkan kedua tangan dalam saku celananya."Biasanya abis nonton baru dinner sih....tapi aku ga mau kamu kelaparan..."
"Jadi sekarang kita makan lagi" Seokjin tergelak seraya berdiri dari kursinya."Udahan aja yuk...." Namjoon melirik hati-hati.
"Maksudnya......jangan buang-buang uang kamu buat traktir aku hari ini..."
"Aku beneran ga enak...""Aku yang ngajakin simulasi ngedate, kamu yang bayarin"
Seokjin memiringkan kepala lalu tersenyum mengacak rambut sang pemuda. "Terus mau kemana? Pulang?"
"J-jangan! Eh....t-terserah sih...." Namjoon tertunduk memalingkan tubuhnya.
Keduanya pun berdiri berdampingan. Bioskop itu masih ramai dengan lalu lalang pengunjung yang baru saja keluar seperti mereka.
Beberapa pasang muda mudi pun terlihat berdatangan untuk menunggu jam film selanjutnya."Kamu ga lapar?" Seokjin melirik sang pemuda yang masih terdiam di sampingnya.
"K-kayanya simulasi kaya gini malah ngebebanin kamu ya..." Namjoon terkekeh pelan menundukkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Way Ticket [Short Story]
FanfictionMemories can be made, even in a short amount of time hurt-comfort, angst