Grimsby tiba-tiba berdiri saat Ciel masih memandangi para pelayannya dari jendela.
"Kau ingin kemana?"
Mendengar teriakan Arthur, Ciel membalikkan tubuhnya. Dia menatap Grimsby yang berdiri.
"Aku mau mengerjakan sesuatu. Aku memiliki deadline tulisanku. Aku akan segera kembali."
Saat Grimsby ingin melangkah, Arthur menatapnya kesal.
"Tunggu. Kita belum tau identitas pelaku. Jadi untuk mencegah terjadinya pembunuhan selanjutnya, lebih baik kita berkumpul secara berkelompok."
Lau meniupkan asap rokoknya. Dia tersenyum.
"Benar juga. Jika pelaku ada di antara kita, bergerak sendiri itu menguntungkan sang pelaku."
Grimsby mengernyitkan keningnya mendengar itu.
"Apa maksudmu?"
Lau hanya tersenyum sambil menyesap rokoknya.
"Seperti yang kubilang."
Earl Grey menatap Lau dengan pandangan bertanya.
"Jika pelakunya tidak bersama kita, lalu siapa?"
Irene mengernyitkan keningnya. Dia menundukkan kepalanya. Reiji melirik wanita cantik itu.
"Apa maksudnya ada orang lain?"
"Walaupun begitu. Mereka takkan bisa masuk ke ruangan yang terkunci."
Semua menatap ke arah Ciel.
"Atau berkeliling di kediaman ini tanpa meninggalkan jejak kaki."
Reiji menambahkan. Ciel mengangguk mendengar perkataan Reiji.
"Bagaimana jika ternyata ada orang ke 20?"
Woodley langsung membantah pertanyaan Lau karena menurutnya itu mustahil dan takkan pernah ada.
"Tak kan pernah ada?"
Woodley menatap bertanya ke arah Lau.
"Itu bukan sebuah kemungkinan. Jikapun ada, mereka pasti bersembunyi di sini dan menunggu kesempatan. Mungkin mereka sudah ada di depan pintu."
Brak!
"Bocchan! Kami menangkap seseorang yang mencurigakan! Ayo! Masuk ke sini kau!"
Tiba-tiba para pelayan masuk dengan membawa seorang pria paruh baya dengan tubuh basah serta tubuh yang terikat. Para tamu terkejut melihat itu, tentu kecuali Reiji. Karena dia sudah tau siapa pria paruh baya itu. Jadi Reiji hanya mendengus pelan.
"Hah? Sungguh? Darimana dia-"
Belum sempat Earl Grey menyelesaikan perkataannya, Ciel menatap terkejut ke arah pria paruh baya itu.
"K-kau kan..."
Woodley menatap terkejut ke arah pria paruh baya itu. Dia mengira bahwa pria itulah pelakunya. Semua orang menanyakan siapa pria itu. Sedangkan pria itu hanya tersenyum sambil menatap ke arah Ciel yang seperti menahan kesal.
"Namaku?"
Ciel menghela napasnya pelan.
"Senang bertemu denganmu lagi, Jeremy."
Lau menatap Ciel heran.
"Earl, kau kenal pak tua ini?"
Jeremy langsung menatap Lau kesal.
"Pak tua?"
Ciel hanya mengangguk tanpa menghiraukan tatapan kesal Jeremy pada Lau.
"Orang ini adalah pendeta Jeremy Rathbone. Dia terkenal sebagai penasehat di gereja-gereja setempat."
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] Demon x Vampire (SebasRei)
Fantasyhanya menceritakan tentang Reiji yang membantu Sebastian dan Ciel dalam menyelidiki kasus pembunuhan yang terjadi di mansion Phantomhive saat ada jamuan makan malam di mansion itu. Sebastian Michaelis x Reiji Sakamaki latar diabolik lovers di pindah...