2.

243 15 0
                                    

Mereka baru beristirahat 2 jam sebelum mereka terbangun karena mendengar suara pelayan perempuan Phantomhive berteriak sambil menggedor salah satu pintu. Reiji dan Shu membuka mata mereka mendengar keributan itu. Mereka berdua saling berpandangan sebelum keluar dari kamar.

Saat mereka sudah di luar kamar, ternyata Yui dan para adik mereka juga keluar. Mereka semua saling berpandangan sebelum berlari ke arah asal suara.

"Ada apa ini?"

Pertanyaan Earl Grey tak dijawab oleh para pelayan.

"Biar aku buka paksa."

Meyrin, pelayan perempuan itu menyingkir dan membiarkan Sebastian untuk membuka paksa pintu itu.

Setelah pintu terbuka, mereka terkejut karena melihat hal yang tak pernah mereka bayangkan. George Von Siemens 'meninggal dunia' tepat di kursi yang berada di depan perapian.

"Sebenarnya ada apa ini?"

Mereka semua langsung melihat ke arah asal suara. Mereka melihat Ciel sudah membeku di tempatnya melihat keadaan tuan Siemens.

"Tuan Siemens?"

Reiji melirik ke arah Sebastian dan mendapati sang kepala pelayan iblis sedang melirik ke arah Ciel yang sedang mengamati situasi. Reiji menatap ke arah sekitar. Dia jelas mendengar suara pecahan barang saat akan sampai di depan pintu kamar ini. Namun, dia tak menemukan barang yang pecah di kamar ini.

"Permisi."

Seorang Professor mendekati tubuh Siemens untuk memeriksa.

"Tuan Siemens sudah meninggal dunia."

Reiji mengernyit keningnya. Tak ada bekas luka di dada Siemens yang merah. Sebastian melirik ke arah Reiji. Dia tersenyum kecil saat melihat kerutan di kening sang vampire.

"Maaf jika lancang, tapi di sini sepertinya panas sekali."

Semua tamu sontak menoleh ke arah salah satu pelayan di mansion Phantomhive. Ciel memejamkan matanya sambil menghela napas pelan.

"Bard, Finny, pindahkan tubuh tuan Siemens ke ruang penyimpanan wine."

Yang disebut namanya langsung memindahkan tubuh Siemens ke ruang penyimpanan wine. Setelahnya, mereka kembali ke kamar itu.

"Polisi tidak akan cepat sampai di cuaca yang seperti ini. Lihat lah."

Lau membuka sedikit gorden di jendela itu. Badai masih sangat lebat.

"Bagaimana jika kita memeriksa alibi masing-masing?"

Mereka semua serentak mengangguk.

"Aku, Irene, Phelps-san dan Professor ada di ruang billiard."

"Aku juga ada di sana."

Grimzby mengangguk mendengar suara Earl Grey membenarkan bahwa sang pengawal Ratu juga ada di sana.

"A-aku ada di ruang minum."

"Aku juga."

Lau menambahkan perkataan Woodley. Ran Mao hanya mengangguk membenarkan itu.

"Kami semua tidur di kamar masing-masing."

Reiji menambahkan yang diangguki oleh Shu, Yui dan para adik mereka.

"K-kami juga bebas dari tuduhan."

Earl Grey mengangguk mendengar perkataan para pelayan Phantomhive.

"Maaf lancang, Earl. Apa yang anda lakukan?"

Ciel mengulum bibirnya kesal. Dia memejamkan matanya dan menunduk.

"Tidur di kamarku."

"Apa ada saksi?"

"Iia."

Ciel memejamkan matanya sambil menghela napasnya pelan.

"Jadi, Earl. Bisa saja kau pelaku utamanya."

Semua tamu melirik ke arah Ciel. Sebastian dan para pelayan hanya menatap tuan mereka dalam diam.

Malam itu berakhir dengan Ciel yang diborgol bersama Professor Arthur di kamarnya.

Di sisi lain, Reiji memilih untuk tidak tidur dan menatap badai dari jendela di kamar mereka. Shu melirik sang adik.

"Apa ada yang mengganggumu, Rei?"

Reiji menggeleng pelan. Dia membalikkan badannya dan keluar dari kamar mereka.

"Aku ingin keluar sebentar."

Shu menatap pintu yang sudah tertutup sempurna.

Reiji berjalan pelan di kesunyian lorong. Semua tamu diberikan kamar di lantai yang sama. Saat dirinya mau sampai di pintu kamar Siemens, dia melihat Sebastian masuk ke kamar itu. Dan tak lama kemudian Earl Grey menyusul masuk diikuti dengan suara pukulan dan seperti tusukan.

"BEKERJA SENDIRIAN MEMANG MENYEBALKAN!"

Reiji tersentak pelan mendengar teriakan Earl Grey yang keluar dari kamar itu. Dia berteleportasi ke samping pintu kamar itu.

Reiji melihat Sebastian mulai bangun dan mencabut tongkat yang menusuk dirinya. Setelah itu Sebastian langsung ke dapur untuk menyiapkan makanan tiga hari kedepan. Saat melewati Reiji, Sebastian tersenyum miring sambil melirik ke arah Reiji.

"Menjijikan."

Reiji mendecih jijik melihat itu. Dirinya langsung kembali ke kamarnya dan beristirahat.

.
.
.

Keesokan harinya mereka dihebohkan dengan teriakan Finny, salah satu pelayan di mansion Phantomhive. Mereka semua langsung bangun dan berlari ke arah suara.

Sesampainya di kamar Siemens, mereka semua terkejut melihat Sebastian sudah dalam keadaan mengenaskan. Yah kecuali Reiji yang hanya berpura-pura terkejut dan Earl Grey yang berpikir kenapa posisi Sebastian berubah dari saat dia membunuh sang kepala pelayan.

Tak lama, Ciel datang dengan borgol yang sudah terbuka. Dirinya langsung menduduki perut Sebastian.

"Okiro, Sebastian."

Ciel menarik kerah pakaian Sebastian.

"Mau sampai kau bercanda?! Bangun, Sebastian."

Ciel bahkan menampar wajah Sebastian dengan tangan yang masih memakai cincin. Mereka semua meringis melihat wajah Sebastian yang terus ditampar oleh Ciel. Tangan Ciel yang ingin menampar wajah Sebastian lagi ditahan oleh Bard.

"Bocchan, cukup. Dia sudah mati."

Ciel menyeringai tipis. Sangat tipis hingga tidak ada yang menyadarinya kecuali orang dengan penglihatan yang tajam.

"Shinenoka?"

Ciel semakin meraung dan memaksa Finny, Meyrin serta Bard untuk menariknya. Ciel menyempatkan diri untuk menarik pin kepala pelayan di dada Sebastian.

Setelahnya Ciel dipasangkan jas di bahunya. Dia juga meminta maaf kepada para pelayannya karena terlalu emosional.

"Bagaimana jika membicarakan perihal kasus ini setelah sarapan? Aku sudah lapar."

Semua sontak mengangguk mendengar perkataan Earl Grey. Ciel langsung menghampiri Tanaka dan memasangkan pin kepala pelayan di dada Tanaka.

"Sudah lama sekali aku tidak memakai pin kepala pelayan ini."

Ciel tersenyum kecil.

"Hanya sementara."

Tanaka tersenyum kecil dan membungkuk.

"Kepala keluarga Phantomhive tidak boleh bersedih hanya karena kematian seorang pelayan."

Ciel mendengus dan tersenyum. Dirinya menundukkan wajahnya.

"Kaku sekali, Jiya."

Reiji mendengar semua itu. Dirinya tidak beranjak dari depan ruangan itu. Reiji tersenyum sebelum menyusul tamu lain ke ruang makan untuk memulai sarapan mereka.














TBC

Haloo. Gmna nihhh?

Jangan lupa vote dan komennya yaaa

[End] Demon x Vampire (SebasRei)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang