༄★ 𝓛𝓲𝓵𝔂 ★༄

131 24 1
                                    


--------

*crak*

Suara kayu yang mulai patah dan terbakar di perapian terdengar menghiasi salah satu ruangan yang kini di tempati oleh [Name], fyodor, serta nikolai.

Fyodor masih terlihat duduk tenang sambil menikmati teh nya, ketika gadis yang berada di hadapannya itu merasa gugup setengah mati.
[Name] bahkan tetap diam saat nikolai membersihkan lukanya dengan air hangat.
melihat pria seperti nikolai berjongkok di lantai seperti itu, membuat [Name] benar-benar merasa canggung dan tidak enak.

"Katakan saja kalau sakit. kau tidak perlu menahannya" ucap nikolai.

"tidak, ini tidak sakit.." bohong [Name].
jelas nikolai bisa merasakan kaki gadis itu gemetar setiap kali ia mengusap lukanya dengan kain basah.

"apa yang kau lakukan disana tadi?"
Pertanyaan fyodor yang tiba-tiba membuat [Name] tersentak. ia meremas mantelnya dengan suara tercekat di kerongkongan, tidak bisa menjawab.
Melihat [Name] begitu gelisah, fyodor hanya tersenyum tipis dan meletakkan cangkir teh nya kembali.

"kau bisa pulang sendiri?"

"Um..iya, sepertinya saya bis-akh!"
gadis itu meringis ketika nikolai menekan lukanya. entah di sengaja atau tidak, tapi pria berambut putih itu hanya tertawa kecil setelah melakukannya.

"sepertinya tidak bisa" ucap fyodor lagi.

[Name] diam dan tidak menjawab lagi.
ketika fyodor sedang mengalihkan pandangannya, gadis itu perlahan mengangkat wajah, melihat sosok pria bersurai hitam sebahu itu dengan mata terpana.
Kulitnya terlihat sangat pucat untuk orang yang tergolong sehat, matanya berkilau ketika terkena pantulan cahaya dari perapian, serta wajahnya yang begitu tampan membuat gadis itu seperti terhipnotis.

"Sudah selesai"
Suara nikolai membuat gadis itu tersadar kembali. ia melihat lututnya sudah di bungkus perban dengan begitu rapi.
bahkan ia tidak menyadari kapan nikolai melakukannya.

"Ayo, kami akan mengantarmu pulang"

"Ah itu..saya rasa tidak perlu. tuan, terimakasih. tapi saya tidak ingin merepotkan"

[Name] buru-buru berdiri ketika fyodor berjalan ke arahnya. semakin pria itu mendekat, semakin dalam ia menundukkan kepalanya.

"Nikolai"

"Ya?"

"Apa masih sempat?"

"Hum...waktu kita masih satu jam lagi"

Fyodor dan nikolai saling bertukar pandangan, kemudian mereka menatap [Name] sebelum akhirnya nikolai mengangguk tanda mengerti.

"Kami tidak bisa membiarkanmu pulang sendirian seperti ini" ucap fyodor.

"Tapi tuan-"

"[Name]" panggil nikolai.

"Jangan membantah ucapan tuanku"

Seketika gadis itu teridam lagi. ia hampir saja lupa kalau yang berbicara dengannya adalah majikannya.
ia merutuki betapa bodohnya dirinya karna menolak tawaran yang pastinya bukan hal yang mudah di dapat seperti itu.

"Maafkan saya..."

Fyodor tersenyum dan berjalan keluar lagi diikuti oleh [Name] dan nikolai.
[Name] duduk di depan, di samping nikolai yang menyetir untuk mengantar gadis itu pulang.
Sejujurnya, ia tidak benar-benar menyesal karna sudah berbuat nekat seperti tadi.
sebagai hasil yang ia dapat, [Name] bisa mendengar bahkan bertemu langsung dengan seseorang yang selama ini selalu ia kagumi, sekaligus membuatnya penasaran.

Jalan menuju rumah [Name] tergolong sangat sepi. mereka harus melewati gang-gang kecil yang lumayan sulit di capai kendaraan beroda empat.
Tapi untung saja tidak jauh. setelah melewati gang itu, mereka sampai di sebuah tanah lapang dimana hanya terdapat satu rumah sederhana di sana dengan kandang ternak serta gudang.

 𝐀𝐦𝐞𝐭𝐡𝐲𝐬𝐭‧₊˚✧ 𝐅𝐲𝐨𝐝𝐨𝐫 𝐝𝐨𝐬𝐭𝐨𝐞𝐯𝐬𝐤𝐲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang