Zenna menatap layar komputer nya dengan datar, memikirkan semua yang telah terjadi dalam hidup nya.
Ibunya yang jatuh sakit, dan membutuhkan banyak biaya pengobatan, serta kakaknya yang juga sedang melanjutkan studi S2 diluar negeri, dan tentunya juga membutuhkan banyak biaya.
Membuat Zenna harus merelakan dirinya untuk menanggung itu semua, disaat sang ayah telah kembali ke pencipta nya.
Bekerja menjadi sekretaris tak akan mampu membiayai semua itu , hingga Zenna harus merendahkan dirinya dihadapan sang bos, dalam arti kata dia menjual dirinya kepada bosnya.
Dan memang benar, uang yang diterima Zenna tak sedikit, bahkan jauh mencukupi segalanya.
Permainan sekali itu, Zenna harapkan usai, tapi faktanya sudah setahun lebih tak pernah usai, dia masih menemani hari-hari panas bos nya itu.
Dan tanpa Zenna sadari ia telah membawa perasaan dalam permainan ini.
"Zenna, keruangan saya. Dan bawakan laporan keuangan bulan ini, " ujar Abimanyu, sang bos saat melewati meja Zenna.
Zenna yang mendengar ucapan bosnya itu sempat terlonjak kaget, tapi setelah itu ia segera meraih laporan yang diminta oleh Abi, dan mengantarkannya kedalam ruangan itu.
Ketika berada di depan pintu kerja Abi, Zenna langsung mengetuknya, menunggu Abi mengizinkannya masuk.
Saat telah berada di dalam, Zenna langsung menutup pintu nya, dan berjalan perlahan kearah Abi.
"Bos, ini laporan yang Anda minta, " ujar Zenna, menyodorkan berkas itu pada Abi yang sedang menggunakan kacamata baca itu.
Adakah yang berkata, Abi akan terlihat menawan saat menggunakan kacamata, dia terlihat dewasa sekali.
"Kamu, terlihat cantik dengan kemeja biru itu Ze, tapi lebih cantik lagi jika kancing bagian dada mu, terkancing semua, " ujar Abi, dengan mata yang fokus dengan kertas-kertas dihadapannya.
Sedangkan Zenna yang mendengar panggilan in formal Abi itu, kebingungan. Tak biasanya. Karena, dilingkungan perkantoran mereka akan terus berbicara informal.
"Maaf, bos. Sa-"
"Kita hanya berdua disini, panggil aku 'Mas'. Jangan bos, " ujar Abi, dan kali ini matanya menatap teduh mata Zenna.
"Tapi, ini masih dikantor, bo-eh mas, " ujar Zenna, segera meralat panggilan nya.
"Tapi, ini diruangan saya, Ze. Kamu bisa manggil saya, Mas, " ujar Abi, terlihat tak ingin dibantah, membuat Zenna hanya bisa menganggukkan kepala nya, mengiyakan.
"Baik, Mas. "
"Bagus, " puji Abi. "Sekarang, kesini! " perintah Abi, menunjuk pahanya.
Zenna yang mendengar perintah Abi itu, tak bisa untuk tak membesarkan matanya.
"Mas, kamu jangan gila. Kita masih dikantor, " ujar Zenna, menolak perintah Abi.
Abi yang menerima penolakan itu, tentu tak suka, dengan tatapan tajam dia menatap Zenna. "Kesini Zenna, atau saya yang kesana. Dan kamu tidak akan selamat?" ancam nya.
Tahu Abi bukan lah orang yang bermain-main dengan ancaman nya, membuat Zenna tak punya pilihan lain untuk mendekat, dengan gugup dia mendudukkan tubuhnya di paha Abi.
"Ini, semua karena kancing kemeja kamu, yang bikin saya horni, Zenna, " bisik Abi, dengan lidah yang menjilati leher putih Zenna.
Selain itu, tangannya juga tak tinggal diam untuk meremas payudara Zenna. Hal itu mampu membuat Zenna mendesah.
"Ouhhh, Mass, " desah Zenna, berusaha menjauhkan tangan Abi dari payudara nya.
Tapi, usahanya itu, tampak sia-sia sekarang. Karena tangan Abi kian keras meremasnya.
Jika tadi hanya satu payudara yang diremasnya, tapi sekarang kedua payudaranya yang diremas Abi.
"Ouhhhh, " desah Zenna, sambil berpegangan dengan meja dihadapan nya.
"Saya suka desahan kamu, Ze. Merdu, " bisiknya, dan dengan kurang ajar, tangan nya, telah membuka kancing-kancing kemeja Zenna, mengeluarkan payudara itu dari cup nya.
Setelah puas bermain dengan payudara Zenna, Abi dengan segera membalikkan tubuh sexy itu, untuk berhadapan dengannya.
Lalu, pria itu langsung menundukkan tubuhnya, untuk menghisap pentil menggoda Zenna.
Hal itu, kembali mampu membuat Zenna mendesah kenikmatan, dan tangan nya, meremas rambut hitam Abi, untuk menyalurkan apa yang dirasakan.
Puas dengan permainan nya, kemudian Abi menarik gesper nya, menurunkan celana bahan ,sekaligus celana dalam nya,untuk membebaskan kejantanan nya yang telah sesak.
Setelah itu, baru membantu Zenna didalam menaikan roknya, sekaligus melepaskan celana dalam Zenna yang telah basah kuyup itu.
Setelah itu, barulah Abi memasukkan kejantanan nya kedalam lubang kenikmatan Zenna.
Memompa nya dengan tempo yang berbeda, dimana awalnya pelan, berubah cepat, dan kembali pelan.
Apa yang dilakukan Abi itu, mampu membuat Zenna frustasi, ditengah mencapai kenikmatan nya.
"Mass, ohh, faster ahhhh, " desahnya, dengan wajah yang sudah mulai memerah, karena kenikmatan yang dirasakan nya.
Bukan mengikuti apa yang diinginkan Zenna, Abi malah memperlambat gerakan nya, hal itu, mampu membuat Zenna frustasi.
"Mas, ahhh. Pleaseee faster, " rengeknya.
"Say my name, Zee, " bisik Abi, lalu menghisap leher Zenna, untuk meninggalkan jejak.
"Mas Abi... Ahhh, please faster!! " Abi yang mendengar namanya itu disebut, menganggukkan kepala nya. Tampak begitu puas.
"Oke, baby. " setelah itu, Abi menggerakkan kejantanan nya, dengan kecepatan yang diinginkan Zenna.
Apa yang dilakukan Abi itu, mampu membuat Zenna mendesah kenikmatan, sampai memperoleh pelepasan.
"Ohhhhh, ahhh, " desah Zenna, sambil memeluk leher Abi.
Lalu, tak lama setelah itu Abi juga memperoleh pelepasan nya, dan membuang semua spermanya itu dalam milik Zenna.
"Kamu, masih pake alat kontrasepsi, kan? " tanya Abi, disaat cairannya masuk kedalam milik Zenna.
Pertanyaan Abi itu, hanya dibalas anggukan oleh Zenna. Karena masih lemas. Sisa-sisa pelepasan nya.
"Oke, sekali lagi, " ujar Abi, kembali menggempur Zenna, sampai puas.
MyS✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Zenna (21+)
Chick-LitMenjadi pengganti ayah nya, dalam memenuhi kebutuhan hidup. Zenna harus menyerahkan tubuh nya pada sang atasan, tempat dia berkerja. Permainan panas yang mereka lalui, membuat tumbuh benih-benih cinta dalam hatinya. Bagaimana Zenna menyingkapinya...