"Mas, aku mau cuti untuk beberapa hari ke depan, " ujar Zenna saat mereka sedang berjalan menuju lift untuk mencari makan siang dan dirangkap dengan sarapan.
Ya, setelah kegiatan panas mereka tadi, yang cukup membuat Zenna kewalahan, mereka begitu terlambat, hingga tak punya kesempatan untuk sarapan.
Jadi, Zenna harus menunda mengisi perutnya, demi meeting yang cukup memberikan pengaruh besar bagi perusahaan.
Abi yang mendengar kalimat izin dari Zenna itu, tentu tak bisa untuk tidak menghadap kearah wanita yang selalu membuat dirinya tak bisa mengendalikan nafsunya.
"Berapa lama? " tanya Abi dengan singkat.
Pertanyaan yang diberikan, bersamaan dengan lift yang mereka tempati tertutup, dan hanya mereka saja penghuninya.
"Sekitar 5 atau 6 hari, " jawab Zenna, sembari menatap Abi.
"Lalu, kapan kamu pergi? " tanya Abi, kembali melemparkan pertanyaan pada Zenna.
Entah kenapa, dia tidak suka berjauhan dari perempuan itu, walau sebentar. Dia ingin Zenna selalu didekatnya. Memberikan rasa puas dari dalam dirinya, setelah kenikmatan yang mereka lakukan.
"Hmm, pulang dari Bali ini, aku langsung terbang ke Landon. " ujar Zenna.
"Dan kamu, baru bilang kepada saya sekarang Ze? Serius? " tanya Abi dengan nada tak percaya. "Kita di bali tinggal besok siang, berarti tidak sampai 3 x 24 jam kebersamaan kita, " lanjut Abi, menatap tajam pada Zenna, yang ternyata sekarang sedang gugup.
"Maaf mas, sebenarnya aku mau ngomong nya kemarin. Tapi, kita sudah lebih dulu melakukan itu, " ujar Zenna dengan wajah yang sudah memerah.
"Lalu, apa bedanya, kamu ngomong sekarang atau besok? Saat kamu tahu itu juga berdekatan dengan waktu kamu berangkat? " tanya Abi, sembari mengangkat alisnya, mempertanyakan sikap Zenna dalam memberitahu nya. "Dan gimana kalau saya tidak mengizinkan kamu untuk pergi? "lanjut Abi, membuat Zenna diserang rasa panik.
" Tapi, Mas, pihak kantor udah ngasih izin aku untuk mengambil cuti lebih cepat, "ujar Zenna dengan gugup.
" Kamu, bekerja dibawah saya Ze. Saya bisa saja meminta staf kantor untuk membatalkan pengajuan cuti kamu, "ujar Abi, terdengar tegas.
" Tap-"belum selesai dengan kalimat nya, pintu lift sudah terlebih dahulu terbuka.
Abi pun langsung melangkahkan kakinya keluar, dengan langkah lebar nya. Dan Zenna begitu kesulitan untuk mengikuti langkah kaki Abi itu.
Saat mereka sudah sampai disamping mobil perusahaan. Abi berbalik pada Zenna.
"Kami, naik taksi. Cari makan sendiri. Lalu pulang, beristirahat sampai saya kembali. Kamu harus puaskan saya, " ujar Abi, sembari melemparkan kartu miliknya pada Zenna. "Kamu tahu pinnya. Jadi, tidak usah bertanya, " Lanjut Abi, lalu tangan nya meraih handle pintu mobil, untuk masuk.
"Tapi pak. Kita akan melakukan meeting jam 2 nanti. Dan saya yang akan mempresentasikan nya, " ujar Zenna, mencegah Abi untuk masuk kedalam mobil dengan mengingatkan pria itu, pada pekerjaan yang seharusnya mereka lakukan setelah makan siang.
"Saya akan meng-handle semuanya, " ujar Abi, tanpa menolehkan kepala nya pada Zenna.
"Ta-" ucapan Zenna terhenti, ketika dia melihat tatapan tajam Abi kepada nya.
"Bisa kamu dengar kan saya? Kalau kamu tetap bersikeras ingin ikut saya bekerja. Berarti kamu tidak akan bisa pergi ke mana pun, surat permintaan cuti mu, akan saya tarik lagi! 'ujar Abi dengan nada tegasnya.
Zenna yang mendengar ucapan Abi itu langsung terke siap, karena tidak mungkin bagi dirinya untuk tidak jadi berangkat ke acara wisuda kakaknya.
Apalagi tiket sudah ia beli, bukan hanya untuk dirinya, tapi juga untuk ibunya.
" Maaf, Mas, "Ujar Zenna, sembari menundukkan kepalanya.
" Sekarang pergi makan, pergi berbelanja dan lakukan perawatan pada tubuh mu, setelah itu sambut saya di kamar. Izin mu, tergantung bagaimana kamu membuat saya terkesan, " ujar Abi, dan tanpa menunggu balasan dari Zenna, dia segera masuk kedalam mobilnya. Langsung memerintah supir untuk pergi.
Sedangkan Zenna, hanya bisa melihat kepergian Abi itu, dengan perasaan yang tidak bisa ia definisikan. Ada rasa sakit karena merasa dirinya sebagai wanita yang tidak ada harga dirinya, walaupun itu kenyataan nya. Tapi, tetap saja, Zenna merasakan sakit.
Menarik nafasnya kasar, Zenna meraih ponsel nya, untuk mencari taksi yang akan mengantarkan nya mencari makan, serta melakukan perawatan, agar diizinkan pergi.
Seandainya tak ingin pergi menemani kakak, Zenna tak akan mungkin merendahkan harga dirinya yang sudah begitu rendah itu.
Tak lama menunggu, taksi pesanan Zenna pun datang, dan Zenna segera masuk, menyebutkan alamat, tempat dimana akan ia kunjungi.
***
Dengan kartu akses yang dimilikinya, Abi langsung masuk kedalam kamar hotel yang ia huni bersama Zenna.
Tubuhnya begitu lelah, karena menghadapi meeting seorang diri, tanpa kehadiran Zenna sebagai asisten nya.
Sebenarnya, Abi melakukan ini, untuk membiasakan diri tanpa Zenna beberapa hari kedepan. Dan ia merasakan kesulitan, tanpa wanita muda itu.
Lalu, saat pintu terbuka, Abi mengernyitkan dahinya saat melihat ruangan di sinari bukan oleh listrik, tapi oleh lilin yang dibentuk dengan begitu menarik.
Dan sebelum Abi, menyebutkan nama wanita yang melintas di kepala nya, tubuhnya sudah dipeluk dari belakang.
Lalu, dia dapat mencium parfum perempuan itu, yang menguar dengan menggoda.
"Apa, ini cara kamu agar saya izinkan pergi?" tanya Abi serak.
Karena, tangan Zenna sudah berkeliaran menggoda tubuhnya, bahkan tangan perempuan itu, sudah berada tepat diinti tubuhnya, meremas di sana.
"Aku bisa pergi, kalau aku bisa membuat kamu terkesan kan? Dan, aku akan melakukan itu. " Bersamaan dengan ucapan Zenna itu, tangan nya bergerak aktif dibawah sana. Bahkan sekarang, wanita itu sudah menurunkan resleting Abi, untuk melepaskan milik Abi yang sudah membesar itu. "Apa, sekarang kamu terkesan dengan hiasan kamar ini? Aku menghias nya sendiri, tanpa bantuan staf, *ujar Zenna, memberitahu bagaimana usaha nya membuat Abi terkesan.
" Lumayan menarik, "gumam Abi, dengan nafas memberat, saat telapak tangan Zenna sudah bersentuhan dengan miliknya.
" Ouhh, "lenguh Abi, saat tangan Zenna naik turun dari miliknya.
Tentu saja Abi tak akan membiarkan dia keluar hanya menggunakan tangan Zenna.
Lalu, dengan sekali sentakan, Abi membuat Zenna berdiri didepan nya, dan langsung menyambar bibir wanita itu, yang selalu menggoda.
Dan, sekarang. Terlihat lebih menggoda, karena diberikan pewarna merah menantang. Dan Abi, baru pertama kalinya melihat bibir itu dihiasi dengan warna merah, karena biasanya Zenna hanya menghiasi bibir nya lipstik yang sama dengan warna bibir nya, hingga membuat kesan natural pada perempuan itu.
Apa perempuan itu menggunakan uangnya untuk membeli lipstik merah ini? Membuat dirinya terkesan?
Tingkah Zenna itu cukup mampu membuat Abi terkesan dengan bibir merahnya. Dan Abi akan pastikan, wanita ini hanya menggunakan lipstik bewarna merah pada bibir nya, hanya bersamanya. Tidak akan Abi biarkan pria lain melihat nya. Sampai dirinya merasakan rasa puas.
Mys✨
![](https://img.wattpad.com/cover/365989599-288-k962316.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Zenna (21+)
ChickLitMenjadi pengganti ayah nya, dalam memenuhi kebutuhan hidup. Zenna harus menyerahkan tubuh nya pada sang atasan, tempat dia berkerja. Permainan panas yang mereka lalui, membuat tumbuh benih-benih cinta dalam hatinya. Bagaimana Zenna menyingkapinya...