🍀

967 52 11
                                    

"Kai lo bercanda kan?" Ucap Lavanyanya dengan membulatkan matanya.

"Gue serius."

Lavanya hanya bisa diam, tak tau lagi apa yang harus dia debatkan dengan temannya ini.

Ngajak bercinta, tapi orang yang ngajak itu ga suka cewek. Itu maksudnya gimana?

"Lo sendiri bilang ga suka cewek tapi ko ngajakin gue nganu."

"Urusan gue sama ga suka cewek apa? Orang gue pengen nganunya sama lo gimana?" Kaivan menjawab seperti membalikan perkatakan dari Lavanya dan itu mampu membuat sang empu memijat pelipisnya pelan.

"Ya gue ga ngerti Kai." Lavanya mendorong pelan tubuh besar Kaivan yang sedari tadi seperti mengurungnya, dia berjalan pelan ke arah ranjang.

Kaivan sendiri hanya diam ditempat sambil melihat Lavanya yang sudah duduk di pinggir ranjang.

"Apa yang buat lo ga ngerti?"

Lavanya menatap Kaivan yang masih disana, dengan membuang nafasnya pelan dia berujar "Lo ga suka cewek sedangkan tadi lo udah cium gue dan ngajakin bercinta sama gue, gue sendiri cewek Kai. Apa lo ngejadiin gue cowok mangkanya gitu? Itu yang buat gue ga ngerti." Lavanya mengeluarkan isi hatinya yang tidak mengerti akan temannya ini.

Kaivan mengusak rambut depannya kebelakang, dia berjalan menghampiri perempuan tersebut.

Dia berjongkok di depan Lavanya yang sedari tadi cemberut, tangannya terulur mengusap wajah Lavanya dengan lembut.

"Lo ga paham arti gue ga suka cewek Lav." Ujarnya, Lavanya menatap Kaivan yang sedari tadi menatapnya.
"Gue ga suka cewek bukan berarti gue ga normal, i'm a man Lav." Lanjutnya.

Lavanya yang mendengarnya terdiam kaku, jadi Kaivan normal? What the hell!

"Ada yang gue belum ceritain ke lo emang, kalo gue sebenernya di vonis impoten dari dulu." Ucapan Kaivan mampu membuat Lavanya melotot.

Jadi? Mangkanya Kaivan bilang ga suka cewek karna sakit itu?

Oh Kaivan yang malang.

"Kai, lo serius?" Lavanya berujar dengan lirih, merasa kalau itu adalah sebuah kekurangan dari seorang pria.

"Gue serius." Kaivan menjawab dengan cepat, "Tapi yang harus lo tau, kalo Dokter yang memvonis gue itu bohong." Lanjutnya.

Lavanya menyerit tak paham, "Maksud lo Dokter itu bohong?" Ujarnya.

Kaivan membuang nafasnya pelan, "Awalnya gue percaya kalo gue emang sakit itu, tapi akhir-akhir ini gue ngerasain kalo 'barang' gue ini berfungsi." Jelasnya.

Lavanya hanya diam menyimak karna dia merasa kalau pria tersebut masih akan terus berbicara.

"Dan lo tau, gue ngerasa nya waktu sama lo doang Lav." Lanjutnya sambil menatap Lavanya dengan dalam.

Bagaimana dengan keadaan perempuan tersebut? Jelas dia begitu terkejut mendengarnya, dan seketika dia merasakan gugup karna di tatap seperti itu oleh Kaivan.

"K-kai l-lo bercanda kan."

"Gue serius Lav, mangkanya gue mau buktin sama lo." Kaivan benar-benar serius akan ucapannya.

"B-buktiin gimana?" Lavanya dibuat gelagapan oleh Kaivan yang terus menatapnya.

"Kalo gue cuman bereaksi sama lo doang."

Lavanya benar-benar di buat diam, dia bingung apa yang harus dia lakukan sekarang. Dan juga kenapa jadi seperti ini!

"Kai gue belum pernah sama sekali." Ujar Lavanya dengan gugup, ntah kenapa dia menjawab seperti itu. Jangan bilang ga bisa nolak?!

Teman?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang