🍀

1K 52 23
                                    

Pagi hari.

Lavanya mengerjapkan matanya ketika merasakan silau, dia meregangkan tubuhnya yang terasa remuk di seluruh badannya.

Seketika dia teringat akan semalam, dengan begitu dia segera mengintip pada selimut yang tengah di kenakannya.

Oh my!

Mereka benar melakukannya semalam? Lalu bayangan semalam lewat begitu saja dan itu mampu membuat Lavanya bersemu merah.

Dia melihat sekitar, tidak ada jejak Kaivan disana. Dimana pria tersebut?

"Apa Kai udah pulang?" Gumamnya.

Lalu terdengar pintu kamarnya terbuka, menampilkan seorang yang baru saja dia pertanyakan.

"Lo udah bangun?" Kaivan berjalan sambil membawa makanan dikedua tangannya.

"Kai lo masih disini?" Bukan nya menjawab, Lavanya malah balik tanya. Dia segera bangun dari tidurannya dengan bersender di papan ranjang dan selimut yang masih menutup tubuh polosnya.

"Gue emang belum pulang." Ujarnya sambil menaruh makan di nakas, lalu dia berjalan ke arah jemuran yang ada di luar balkon.

Lavanya sendiri hanya diam sambil memperhatikan setiap pergerakan temannya.

"Mandi dulu, abis itu kita sarapan." Kaivan memberikan bathrobe pada Lavanya yang terdiam.

Lavanya melirik ke arah nakas, dimana makanan tersebut ada disana.

"Lo beli tadi?" Tanyanya.

"Gue masak sendiri, seadanya di kulkas aja." Kaivan mendekati Lavanya, lalu dia memakaikan bathrobe tersebut pada tubuh gadisnya. Karna Lavanya tidak mengambil bathrobenya, jadi langsung dia pakaikan saja.

Lavanya sendiri sedikit gugup ketika Kaivan melakukan hal tersebut, menurutnya itu terlalu berlebihan.

Lalu dia yang tidak mau berlama-lama disana mau langsung ke kamar mandi tapi ketika menggerakan kakinya dia merasakan nyeri dibagian intinya dan itu membuatnya meringis pelan.

"Sakit ya? I'm sorry Lav, biar gue bantu." Kaivan segera mengangkat tubuh Lavanya dengan menggendong nya ala bridal style.

"K-kai gue bisa sendiri." Lavanya dengan gugup berbicara ketika tubuhnya sudah melayang, dia sampai menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Kaivan.

Pria tersebut tersenyum kecil melihat reaksinya, "It's oke, ini juga salah gue." Jelasnya, Lavanya hanya bisa diam.

Sampai disana Kaivan mendudukan tubuh Lavanya di closet dan dia berjongkok didepannya.

"Sorry dah buat lo begini, and thank you for last night." Ujar Kaivan sambil tersenyum tanpa menatap lawan bicaranya, karna dia tengah sibuk membuka tali bathrobe sang empunya.

Lavanya sendiri memerah wajahnya, dia begitu gugup sekarang. Ntahlah situasinya tidak seperti biasanya dan itu sedikit membuatnya canggung.

"Kai gue bisa sendiri." Lavanya menahan tangan Kaivan yang berada di bathrobe nya, sang pria mengangkat kepalanya untuk menatap lawan bicaranya.

"Tapi lo masih sakit kan? Biar gue bantu lo." Jelasnya, Lavanya dengan cepat menggelengkan kepalanya.

"Gapapa Kai, gue bisa sendiri. Lagipun- gue malu." Ujarnya dengan nada pelan di akhir kalimatnya.

Kaivan menyerit awalnya tapi setelah itu dia tersenyum kecil.

"Malu? Gue dah liat lo telanjang hampir 3 tahun." Celetuk Kaivan dan itu mampu membuat Lavanya melotot tajam.

Teman?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang