HUBUNGAN PERTUNANGAN

17 0 0
                                    

-ꦱꦼꦭꦩꦠ꧀ꦩꦼꦩ꧀ꦧꦕ-
(Selamat Membaca)
.

Lenguhan kecil terdengar, seorang gadis kini tengah mengerjapkan matanya menatap sekelilingnya yang terasa asing.

Ia mencoba memproses semua ini.

Sial.

Ia masih berada di rumah Antasena.

Rumah tunangannya!

Ia terduduk sambil memijat dahinya, kepalanya terasa sedikit sakit. Mungkin karena kurang istirahat membuatnya menjadi pusing.

Ia menghela nafas sejenak, ini adalah kedua kalinya ia menginap di rumah Antasena. Semalam ia dan anggota teater lainnya berlatih dengan keras hingga larut malam, ia tidak diijinkan pulang oleh kedua orangtuanya dan mereka memaksa Zeja untuk menginap dirumah Antasena. Yang benar saja?

Mulai beranjak dari ranjang berjalan ke kamar yang berada di sebelahnya, ia tadi tidur di kamar Antasena dan Antasena memilih tidur di kamar kedua orangtuanya. Kamar tamu tidak bisa ditempati karena sudah ditempati Aron dan Satya juga beberapa teman mereka yang menginap karena tidak berani pulang larut malam sendirian.

"Sena..." panggil Zeja lirih sambil membuka pintu kamar kedua orang tua Antasena. Zeja tidak dapat melihat Antasena di ranjang, ranjang terlihat rapi dan bersih. Fokus Zeja langsung teralih saat melihat Antasena yang berada di sisi ranjang tengah melakukan push up tanpa menggunakan baju, hanya menggunakan celana training putih.

Zeja meneguk ludahnya kasar. Disana terlihat Antasena yang sangat sexy! otot yang berada di tangannya terlihat sangat panas! ditambah dengan bahu kekar dan punggung yang penuh akan keringat. Rambutnya juga terlihat lepek, mungkin karena keringat yang keluar.

Kenapa Antasena harus setampan itu?

Sialan!

"Puas ngeliatin gua?" ucap Antasena tiba-tiba tanpa menghentikan aktivitasnya.

Zeja sedikit gelapan, lalu kembali menormalkan mimik wajahnya. Berusaha terlihat biasa saja walau jantungnya berdebar dengan kencang.

"Siapa juga yang ngeliatin!" ketus Zeja lalu mendekat pada Antasena, berjongkok tepat di depan Antasena.

Antasena melirik sekilas ke arah Zeja, Zeja terlihat menggunakan kemeja hitam besar miliknya dipadukan training hitam milik ibunya.

"Kenapa?" tanya Antasena dan melakukan olahraga plank. Menatap ke arah Zeja yang tengah menatapnya dengan pandangan yang sulit dijabarkan.

Zeja menggeleng sebagai jawaban dan tetap berjongkok di depan Antasena dengan polos bak anak kecil yang menunggu ayahnya.

"Daripada lo gabut begitu mending duduk di punggung gua, sekarang." perintah Antasena pada Zeja dengan nada tegas.

"Nggak mau!" tolak Zeja, yang benar saja? bisa-bisa tulang punggung Antasena patah jika ia mendudukinya, dia cukup sadar diri bahwa dirinya ini berat.

"Cepet!" tegas Antasena dengan nafas yang ngos-ngosan, keringat kembali mengucuri tubuhnya membuat dirinya terasa frustasi tapi juga merasa candu akan hal ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ꦄꦩꦺꦂꦡ (AMERTA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang