Bab 05.

440 82 20
                                    

^ Bagaimana perasaanmu saat kehilangan orang yang tersayang? ^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

^ Bagaimana perasaanmu saat kehilangan orang yang tersayang? ^

🌷

Satu tangan kanan dari gadis yang mengendarai motor paling depan itu dinaikkan seperti bentuk high five, mengintruksi bagi teman-teman di belakang nya untuk berhenti.

Suara bising kendaraan motor dari mereka perlahan tak terdengar setelah mesin nya di matikan.

Pemilik tubuh tinggi 170 cm itu turun dari motor full black xsr 155 pembelian bunda nya saat berulang tahun di usia legalnya bulan lalu.

Senyum simpul terlihat jelas dari bibirnya saat melepas helm yang menutupi sebagian wajah manisnya.

Ia mulai berjalan mendekat pada gadis bermata kucing yang tengah fokus menatap layar ponsel sedari tadi dirinya genggam.

"Ayah kamu ga jemput lagi??" to the point Maza bertanya menatap gadis itu yang disambut dengan wajah Hesa langsung ikut menatapnya.

Hesa menggeleng pelan, bersamaan dengan menurunkan handphone yang jadi objek fokusnya ia sedari tadi.

"Ayah keluar kota tadi pagi, jadi dia gabisa jemput aku Maza" balasnya sedikit tersenyum.

Mata mereka seolah berbicara, saling tatap dari jarak yang terbilang dekat ini, "Biar Maza yang anterin ya?" tawar gadis yang lebih tinggi darinya lembut dengan penuh harap.

Hesa nampak berpikir sejenak, sebelum ia mengatakan "Emm- boleh" di iringi anggukan pelan begitu pula senyum lebar nan malu-malu nya terlihat jelas disana.

Jawaban nya mampu membuat Maza ikut tersenyum hangat, usahanya berhasil untuk bisa pulang bersama Hesa.

Karena sebelum-sebelumnya, gadis yang tengah ia dekati kembali itu nampak tak diberi kesempatan ayahnya Hesa untuk diantar dengan siapapun.

Dan kali ini Maza berhasil memecahkan telurnya.

"Apa??" tanya Hesa kebingungan, menatap tangan Maza yang disodorkan ke arah nya seperti meminta sesuatu.

Yang ditanya melirik sejenak. Tanpa ingin berbicara kembali, ia tautkan tangan nya dengan tangan lebih kecil darinya.

Jari jemari kedua nya menyatu, di genggam nya erat tangan itu seperti tak ingin kehilangan bila mana Hesa akan di ambil oleh orang lain, sedang Hesa yang masih bingung ia hanya menurut. Namun senyum tipisnya tak bisa lagi ia sembunyikan.

Sambil berjalan arah motor yang telah ditunggu teman-teman nya, Maza kembali membuka suara, "Tangan Maza lagi dingin Hesa, jadi Maza lagi nyari kehangatan. Gapapa kan??"

Tanya nya bersamaan kalimatnya selesai di ucap ia melirik wajah Hesa kembali. Hesa yang memang sedari tadi meliriknya, ia malah gugup dan kembali memalingkan wajahnya ke arah lain. Lalu menggeleng menatap tangan dibawah yang saling bertaut dan gerakan kaki yang berjalan pelan beraturan.

Red Tulip¹ | BbangsazTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang