Bab 06.

231 66 28
                                    

^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

^ ..... ^


🌷

Sepekan berlalu dan waktu terus berjalan seperti biasanya. Tidak pernah terpikirkan oleh mereka keluarga Mazayya akan kehilangan sosok yang sangat dicintai.

Rasanya Mazayya baru saja kemarin melihat senyum tulus saat sang kakak kesayangannya mengucapkan ijab kabul tepat didepan semua orang termasuk dirinya.

Senyuman kemenangan sekaligus lirihnya tergambar disana. Maza bisa melihat itu, dirinya juga ikut berdoa agar dilancarkan terlepas dari rasa sakitnya, ia harus mendukung niat baik sang kakak. Membiarkan dirinya sendiri yang sakit sendirian. Tak apa.

Jauh sebelum acara dimulai, beberapa jam lalu setelah ia selesai merias diri dengan gaun simple nya namun masih terlihat kesan mewahnya, sang adik menatap ruang rias pengantin di kejauhan melalui sela pintu ruangan Maza bisa melihat wajah Rafasya yang tengah dirias.

Bibirnya melengkung tersenyum hangat, ia tak menyangka sang kakak akan secepat ini untuk menikah dan mempunyai istri. Kehidupan setelah ini nantinya pasti akan berbeda mungkin sedikit yang dirugikan disini adalah Maza akan merasa kesepian.

Dan untuk Hazel mantan kekasihnya yang beberapa jam lagi akan menjadi istri sang kakak, ia coba ikhlaskan semuanya.

Ini sudah takdirnya, lagi pula apa yang diharapkan darinya dengan Hazel? Menikah sesama jenis? Itu tidak akan pernah terjadi.

Biarlah kali ini pikiran dan otaknya harus berperan menjadi nomor satu, jangan soal perasaan melulu. Perasaan selalu berperan sudah sejak lama, berilah ia sejenak untuk beristirahat tanpa memikirkan kegagalan akan cintanya.

Alih-alih memikirkan hal yang tak mungkin, bagaimana jika Rafasya tau bahwa dirinya menyukai Hazel? Tentu sang kakak akan merasa kecewa dan merasa sudah gagal menjadi sosok panutannya.

Jadi, apa boleh dibuat? Ikhlas selalu menjadi pemenang terbaik walau sulit untuk dilakukan.

Dikejauhan Maza melihat wajah Rafasya yang seperti kelelahan- atau mungkin memang belum sarapan. Tatapannya sendu menatap pada kaca rias, bibirnya pucat dan yang ia lihat memang belum sempat dipoles apapun bagian bibirnya. Namun, ini rasanya berbeda. Ada apa dengan Rafasya?

Maza menangkap gerakan tangan sang kakak, memasukkan sesuatu kedalam tas nya. Oh iya, Maza lupa tadi sebelum jasa make up itu datang ia sempat menyimpan tasnya didalam sana, tak sempat ia ambil. Namun, sang adik merasa curiga pada benda yang baru saja dimasukkan.

Dan diwaktu sekarang ia memegang secarik kertas berisi tulisan panjang yang ditemukannya didalam tas miliknya sepekan lalu.

Haloo Shafa... kamu baca surat ini saat kakak udah ga ada ya?

Kertasnya Maza tutup kembali, air matanya lolos begitu saja pipinya mengeras menahan agar tidak mengeluarkan tangisan yang lebih keras.

"Haii juga Kak Rafa-

Red Tulip¹ | BbangsazTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang