Sebagai orang yang pernah bekerja di divisi Finance. Keyna merasa bisnisnya mulai goyah, mungkin tidak akan bisa bertahan lama lagi. Uang untuk modal bisnis tentu ada, tapi tidak akan lama kalau kafe tidak ramai pengunjung. Balik modal pun belum. Mesti kerja keras lagi demi memiliki omset yang bisa ditabung menggendut di rekening.
Apa dia tidak bisa bisnis? Apa mending kerja kantoran lagi jadi anak buah? Masa iya dia mesti pakai tabungan untuk biaya operasional dan bayar pekerja? Dia memiliki bisnis itu bahkan baru 3 bulan.
Pertanyaan itu menenuhi lamunannya.
Keyna tersentak kaget saat bahunya ditepuk pelan oleh Ines. Setelah menetralisir wajahnya yang sempat terkejut seperti disapa hantu, Keyna menatap bingung pada Ines yang berkaus polo hitam itu sedang terkekeh geli.
“Ngantuk, Teh? Tidurnya melek gitu.” Ledek Ines iseng.
Keyna mendengus. “Melamun.”
Ines tertawa-tawa.
“Ada apa ya?” tanya Keyna menoleh ke arah kasir, ada Via sedang melayani pembeli dua orang cewek-cowok. Ada juga si Azam, karyawan termuda, baru lulus SMA yang mesti nyari duit, lagi membereskan piring kotor di meja yang sudah ditinggalkan pengunjung.
“Kalo ada preman akamsi minta duit, kita kasih lagi? Pasti bakal muncul lagi tiap 2 minggu sekali.”
“Maunya nggak dikasih, tapi kalo ni tempat diamuk masa. Gimana? Lagian mereka memang sekumpulan orang nganggur yang ngandelin otot. Kalo dateng maksa minta duit banyak bilang aja belom laku banyak. Kalo makin maksa suruh Danil muncul dan gebukin pake wajan.”
Cowok tukang masak alias bertenaga kuda namanya Danil.
“Danil juga takut. Dia nggak mau mati muda. Masih pengen nikah katanya.”
Keyna mendecih. Kayak tidak ada tujuan lain saja. Ines ingin membuka mulut tapi ponsel Keyna mendadak berdering dengan nama pemanggil ‘Bapak’. Cewek itu juga segera meminta kode harus angkat telepon dulu.
“Assalam’mu alaikum, Pak.”
“Keyna!! Wa alaikum salam, apa kabarnya? Lagi sibuk ya?” Suara besar lelaki menjawab di ujung telepon.
“Enggak, Pak.”
Keyna segera bangkit dari duduk untuk menuju area depan kafe. Dia mengedipkan mata pada Ines memberi kode pamit pergi atau bicara penting yang tadi nanti disambung lagi. Ines tersenyum kecil menggoda. Keyna mendadak emosional dihubungi oleh bapaknya. Kangen dan pengen cerita banyak. Tapi dia memilih untuk memendamnya.
“Hari Sabtu kamu bisa pulang? Udah lama nggak ke sini?”
Keyna mengernyit. Karena setahunya, Pak Darso tinggal bersama Bu Sanna, istri barunya.
“Ke rumah kita.” Jelas Pak Darso. “Nava juga bakal dateng karena kangen rumah. Kita ramein rumah lagi, Na. Udah lama nggak diramein takut rumahnya berhantu.”
Ucapan pria itu mengundang Keyna menjadi terkekeh juga.
“Keyna harus dateng ya?” oceh Bapak lagi.
“Nanti kalo nggak ada halangan ya. Terima kasih, Pak.” Perasaan Keyna mendadak jadi aneh. Asing.
Pak Darso malah tertawa. “Lah, jadi kaku amat kamu, kayak sama siapa aja. Aku ini bapakmu loh, Na.”
Mungkin hanya gue yang jadi asing, sedangkan orang-orang lainnya masih sama seperti dulu.
♥
Keyna izin 2 hari tidak stay di kafe karena menerima undangan untuk pulang ke rumah bapak angkatnya. Sepertinya mau ada acara serius di sana. Dia sama sekali tidak memiliki dugaan. Sampai Via menggodanya dari depan meja kasir saat kafe mau tutup, beberapa pekerja sedang bertugas merapikan kursi ke atas meja. Sementara Danil bertugas membersihkan dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Romance
RomanceTentang Kenari dan lika-liku kisah percintaannya yang selalu berantakan. Sampai Kenari bertemu dengan Jati, sosok lelaki yang ingin dijodohkan pada Nava, adik angkatnya. Jati mendekatinya dengan alasan ingin mengenal sang calon kekasihnya lebih jauh...