Jati bisa menarik napas lega saat Nava menghubunginya kembali setelah beberapa hari tidak membalas pesan darinya.
Awal mula wanita itu tidak membalas pesannya yang diduga pasti marah, 3 hari yang lalu Nava mengungkapkan kalau dia sedang kesal seharian. Jati yang sedang sibuk mesti lembur bahkan harus datang bekerja ke kantor, lelaki itu tidak sengaja baru bisa membalas pesan Nava dengan agak lama. Jati sedang fokus dengan pekerjaan laporan bejubelnya.
Saat dia bisa membalas, perempuan itu tidak membalas apalagi mengangkat teleponnya. Sekalinya Nava menghubunginya untuk mengajak ke rumah Tante Sanna, ibu tirinya itu merayakan pesta ulang tahun. Jati tidak masalah, justru ada kesempatan. Dengan ajakan itu menandakan jika ternyata Nava tidak marah padanya.
Begitu bertemu kembali saat Jati menjemput Nava di rumahnya, cewek itu pulang ke kota mereka dan sudah tiba di rumahnya sejak pagi, katanya.
Nava terlihat sudah biasa saja tidak membahas mengapa tidak membalas pesan Jati beberapa hari lalu itu.
Jati mulai merasakan suasana hati Nava berubah setelah mereka tiba di rumah Tante Sanna. Nava menjadi diam dan terlihat malas bicara. Jati sampai mengajaknya untuk bicara berdua di taman depan rumah itu. Di taman rumah Tante Sanna banyak tanaman, ada pohon besar, dan beberapa pot tanaman bunga hias, salah satunya yang mencolok karena tampak megah adalah pohon bunga kertas yang sedang mekar cantik-cantik berwarna pink.
“Va, duluan mana biji atau serbuk bunga?”
Inginnya membuat suasana mencair dengan pertanyaan iseng. Mereka sedang berdiri di pojok taman, depan air terjun mini hiasan taman rumah Tante Sanna. Ikan-ikan kecil dan gemericik air dari pompa mesin menemani mereka.
Nava merespon dengan datar. Tidak ketus. Tapi juga tidak manis. “Biji kali. Dari bibit.”
Ini sudah beberapa kali upaya Jati untuk mencairkan suasana mendapat respon yang dingin.
“Kamu kenapa, Va? Sakit?” Sudah penasaran dan heran Jati segera menanyakan perihal penyebab kelakuan Nava. Mungkin masih kesal karena kejadian beberapa hari itu.
Nava menggeleng. “Nggak. Cuma lagi bad mood aja.”
Jadi bener cewek itu sedang lesu dan tidak bersemangat. Sedang sendu atau bisa jadi galau? Mungkin ada masalah lain?
“Kenapa? Ada masalah apa?”
Cewek itu mengangkat bahunya, nyebelin. Jati benci dengan cewek yang sulit ditanya apa maunya seperti ini.
“Karena masalah aku yang bales pesan kamu lama ya? Maaf yaa, hari itu aku sibuk ngurus kerjaan sampe nggak ngecek hape.” Jati memandangi Nava yang segera menoleh dan balas menatapnya.
“Bukan, Mas. Aku nggak apa-apa soal itu kok.”
“Kalo gitu jangan diem aja dong, Va. Kalo cemberut gitu jelek deh. Kamu cantik kalo senyum dan ceria.” Jati menatap Nava menyayangkan cewek ini bad mood dan kesal yang tidak tahu penyebab asalnya dari mana.
Dia berusaha menghibur Nava agar hari ini tidak berujung jadi kesal bersama. Siapa tahu jadi menular karena kelakuan Nava yang aneh dan dingin begitu.
Tiba-tiba cewek itu berubah jadi tersenyum ceria. Perubahan yang ekstrem tapi yang penting Jati tidak menghadapi Nava yang lagi bad mood dan menjadi cuek padanya.
“Nih, aku udah senyum. Cantik banget ya?” tanya Nava lalu terkekeh.
Jati jadi ikut tertawa. Saat itu juga dia mengalihkan pandangan ke arah teras dan melihat Kenari muncul menenteng tote bag. Jati berusaha memberikan gesture menyapa. Yang pastinya wanita itu tidak membalas keburu masuk rumah. Mungkin juga tidak melihat sapaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Romance
RomanceTentang Kenari dan lika-liku kisah percintaannya yang selalu berantakan. Sampai Kenari bertemu dengan Jati, sosok lelaki yang ingin dijodohkan pada Nava, adik angkatnya. Jati mendekatinya dengan alasan ingin mengenal sang calon kekasihnya lebih jauh...