01: Sisi Lain

84 13 13
                                    

Bukan Jaka Tarub. Bukan Jaka Tingkir. Namun, ini Jaka Andrian. Sama-sama mempunyai kekuatan mumpuni. Tidak untuk mengalahkan musuh-musuh jahat, tetapi semata untuk keuntungannya sendiri dan membanggakan keluarganya.

Kepintaran. Semua orang pasti menginginkan itu. Beruntung dia memilikinya. Tentunya Jaka iringi dengan aktif di kelas dan mengulang materi di rumah secukupnya. Tak ayal, tiap guru yang mengajar selalu membandingkan murid-murid dengan Jaka. Misalnya saja:

"Bagaimana cara menghitung pendapatan nasional?" Saat itu, Bu Arini bertanya untuk menyegarkan kembali ingatan murid-murid tentang materi yang diberikan saat masih semester ganjil. Sangat awal dan lama sekali, mana ada yang mengingat.

Tak ada yang menjawab sampai seseorang mengacungkan tangannya.

"Dengan menggunakan tiga pendekatan," jawab seorang gadis dengan bando merah muda di atasnya.

"Ya, Donna. Bisa tolong sebutkan ketiga-tiganya?"

"Pendekatan produksi atau nilai tambah, pendekatan pengeluaran, pendekatan pemasukan."

"Ya ..." Bu Arini tersenyum dengan arti tersembunyi. "Sedikit lagi."

"Pendekatan penerimaan." Salah satu siswi berusaha membetulkan.

"Umm, betul!" Bu Arini menepuk tangannya pada gadis berponi yang berada di paling belakang.

"Tapi bisa tolong jelasin apa itu pendekatan penerimaan?"

Gadis berponi itu tampaknya gugup. Meski begitu, dia tetap menjawab, "Yakni metode penghitungan pendapatan nasional yang caranya itu, kita itung semua balas jasa yang diterima oleh pemilik faktor-faktor produksi; SDA, SDM, modal ..." Ah, gadis berponi itu mendadak lupa.

"Ada yang mau lengkapin?"

"Kewirausahaan." Tatapan Bu Arini langsung berbinar. Semua murid langsung menghela napas. Bukannya apa-apa, tetapi ini Jaka yang menjawab. Peraih juara satu dalam OSN cabang Ekonomi saat masih di kelas 10. Sosoknya yang dielu-elukan guru-guru dan kepala sekolah.

"Bagaimana—"

"Bagaimana pendekatan penerimaan dalam bentuk rumus, 'kan?" tebak Jaka yang mengundang bisikan tak percaya dari murid lainnya. Yang intinya mengatakan, "Kita mah gak ada apa-apanya sama buku berjalan kayak dia."

Bu Arini mengembuskan napasnya. "Ya, lalu coba kasih contoh soal dan hitung sendiri ya, Jaka."

Satu kelas makin riuh yang rata-rata menjuluki Bu Arini sebagai guru gila. Tetapi ada yang mengingatkan bahwa di sini yang paling gila itu Jaka.

Suara kursi kayu didorong membuat semuanya diam seketika. Jaka bangkit dari duduknya. "Bisa saya pinjam spidolnya?"

Bu Arini mengangguk sembari tersenyum menyilakan.

Jaka maju ke depan dan berdiri untuk ancang-ancang menjelaskan. "Jadi, rumusnya itu ..." Decitan antara spidol dan papan tulis membuat satu kelas fokus hanya kepadanya.

Y= w + r + i + P

Begitulah tulisan Jaka menyatakan jawaban yang sebenarnya baru permulaan.

"Y itu pendapatan nasional sama dengan w sebagai simbol wage atau upah, r sebagai rent atau sewa, i untuk interest atau bunga modalnya, dan p untuk profit laba. Nah, kita akumulasiin keempat dari semua ini."

My Hero(ine)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang