Hari semakin berlalu, janji-janji itu mengental bagai darah yang mengalir dalam denyut nadi. Seiring waktu yang melaju, aku tak lelah-lelahnya menulis tentangmu meskipun langkah itu tak lagi menuju padaku. Bersama kesepian ini, apakah kamu masih mengingat manuskrip yang sempat kita rangkai dalam larik-larik yang penuh puitis itu?
Sudah seberapa jauhkah kamu meninggalkan garis yang sempat kita tuliskan? Kini, garis-garis itu seolah menggantung di kepalaku setiap malam. Bersama kenangan yang terhempas ke udara, apakah kamu masih tersenyum ketika mengenang sekelumit kesementaraan yang sempat kita rawat?
Ketahuilah, ada banyak hal yang kuhadapi semenjak aku berdiri sendiri. Satu-satunya yang masih kudekap saat itu adalah keinginanku untuk terus bersamamu. Aku ingin melanjutkan hal-hal yang sejatinya sempat terhenti. Sesuatu yang mestinya kita rawat sepanjang perasaan yang melilit kita dalam kehampaan.
Namun, di sisi lain, aku mengerti bahwa hidup ternyata tak selalu mengantarkanku dengan seseorang yang kumau. Kenyataannya, kini kamu melangkah semakin jauh. Sebaliknya, aku terus melaju ke arah yang tak lagi sama. Barangkali, apa-apa yang terjadi pada masa itu hanyalah bagian kecil dari perjalanan panjangku yang sempat-sempatnya kuanggap penuh arti.
YOU ARE READING
Candu
RomanceSebuah tulisan senandika yang runtuh dan rapuh dalam rindu dan kenangan.