Sejak awal, kamu seharusnya menyadari bahwa aku tak pernah benar-benar menginginkanmu hadir dalam hidupku. Sekalipun masih sendiri, aku tak pernah menganggap hari-hari yang kita lalui sebagai rangkaian dari jatuh hati. Aku tak menaruh apapun selain apa-apa yang mestinya kuberikan padamu.
Barangkali, seiring berjalannya waktu, aku sudah memasuki lingkaran yang kamu tetapkan sebagai rasa nyaman. Perhatian kecil dan percakapan ringan setiap hari itu ternyata menumbuhkan perasaan di hatimu. Setiap kali kutatap, hangatnya perasaan itu tersirat dari caramu menatap dan merespons sejumlah hal yang kulemparkan. Pada titik ini, aku telah mengerti mengenai harapan-harapan yang mulai bersemi di dadamu.
Hanya saja, aku belum benar-benar membereskan apa-apa yang berserakan dari kenangan. Sesungguhnya, aku tak menginginkan siapapun mengetuk hal yang kini masih berantakan. Bahkan, aku sempat merasa kehilangan alasan untuk memulai kembali sebuah hubungan.
Untuk itu, aku tak ingin mengecewakan hal-hal yang kamu tanam di binar matamu. Setidaknya, untuk beberapa hal yang terjadi sebelum adanya kamu, aku masih perlu waktu untuk memperbaikinya. Sebab aku mengerti, betapa merepotkannya menjalin hubungan dengan seseorang yang belum selesai dengan masa lalunya.
YOU ARE READING
Candu
RomanceSebuah tulisan senandika yang runtuh dan rapuh dalam rindu dan kenangan.