DUA

201 21 1
                                    

HARI sudah berganti menjadi pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HARI sudah berganti menjadi pagi. Waktu di mana semua orang akan melakukan aktivitas mereka.

Bunyi jam yang terus berdetak tanpa berhenti membuat seorang gadis hanya diam melihat jendela luar, di bawah matanya terlihat rona hitam karena jarang tidur. Insomnianya kambuh lagi yang membuatnya tidak bisa tidur walaupun sangat lelah dengan dunia, kasur yang empuk hanya tempat berbaring tanpa menutup kelopak dan terbawa mimpi.

(name) menggenggam selimut dengan erat. Dirinya melihat ke samping, Satoru yang tertidur pulas tanpa merasa beban sedikit pun. Wajah pria itu terlihat sangat tenang dan tampan jika dilihat ketika dia menutup matanya.

Rambut bergelombang gadis itu sedikit dia remas untuk menghilangkan rasa frustasi yang melanda. Banyak hal yang meluncur di pikirannya, bisnis, uang, bahagia, dan bagaimana caranya untuk menjadi penyihir tingkat spesial. Gadis itu benar benar memaksakan dirinya sampai tidak bisa beristirahat bak sebentar saja.

Surai putih itu terkena oleh sinar matahari yang masuk dari jendela. (name) benci melihat cahaya matahari masuk ke dalam ruangan, dia ingin ruangan tetap gelap dan tenang tanpa ada pergerakan dari sang Surai putih. Gadis itu mulai turun dari tempat tidurnya dengan perlahan lalu berjalan dekat gorden.

Dalam tenang, tangannya menarik gorden agar menutup jendela membuat akses cahaya tertutup. Bunyi geseran gorden terdengar. Melihat ruangan menjadi lebih gelap karena lampu yang mati, dia mengelus dadanya lalu terduduk di lantai sambil bersandar di dinding. "Lebih baik..." Lega (name).

"Lebih baik apanya?" Tanya Satoru sambil melihat ke arah (name), wajah gadis itu tidak terlalu terlihat karena gelap serta cahaya yang redup. (name) tersentak melihat Satoru terbangun. Mata biru lautannya menatap jelas ke mata (e/c) gadis itu. "Apakah kau memang suka ruangan yang gelap?" Tanya Satoru sekali lagi.

(name) lalu langsung berdiri sambil membuat kedua tangannya di belakang punggungnya. "Ya... Ini menenangkan."

Satoru tersenyum. "Tidak apa apa, lagipula ini hari libur, kita bisa lebih lama berada di kamar. Jadi apa yang kau tunggu? Ayo kemari." Tawar Satoru sambil merentangkan tangannya agar gadis itu peka dan langsung memeluknya. (name) bukan malu malu, dia malah segera pergi ke kamar mandi. "Tidak, aku harus melakukan banyak pekerjaan hari ini." Balas (name). Satoru mendengus tidak suka, dasar perempuan tidak berperasaan.

Apakah gadisnya akan selalu seperti itu? Mengingat kata 'gadis' dia jadi teringat mantan kekasihnya, Aki Watanabe. Seorang penyihir tingkat satu dengan rambut lurus serta iris mata yang indah bagaikan merahnya bunga mawar. Sikap yang lembut kepada semua orang, serta senyum cerah yang selalu dia tampilkan pada semua orang, tetapi itu semua berakhir ketika dia tahu kekasihnya berkhianat dan pergi sama Suguru Geto, sahabatnya.

'pikiran gila, kejam sekali aku, aku bahkan sudah punya istri tetapi malah memikirkan perempuan lain,' batinnya dalam hati.

***


Dengan baju santai, Satoru keluar dari kamarnya menggunakan kacamata hitam yang akan dia pakai ketika hari libur atau saat tidak kerja, untuk apa? Agar orang orang akan menatapnya seperti seorang bintang.

Suasana hatinya sangat baik, dia menatap sekitar lorong dan melihat banyak pelayan yang sedang bekerja pada hari Minggu yang cerah ini. Matanya melihat semua lukisan - lukisan yang dipajang sebagai hiasan dan beberapa menggambarkan foto keluarga clan Gojo. Sesaat ketika dia melihat satu lukisan, wajahnya langsung sendu. Dari balik kacamatanya mata indah itu terus melihat lukisan itu tanpa henti.

"sudahku duga, wanita itu lebih baik dari istrinya"

"Kenapa tuan muda ingin bersama wanita tak berperasaan seperti itu?"

"Jangan keras keras!"

"Lebih baik kalian bekerja daripada aku akan memotong gaji kalian," ucap (name) yang sudah berada di belakang para pelayan. Tatapan terkejut terlihat langsung, apa apaan, baru bicara sudah langsung ditangkap basah. "Ba- baiklah nyonya." Dengan takut mereka langsung pergi bak tikus yang tertangkap.

Bayangkan saja, dengan wajah datarnya (name) berbicara dengan nada yang tak kalah mengancam. Tentu saja seseorang yang mendengarnya akan takut.

Satoru menatap ke bekang, menolehkan pandangannya kepada sang gadis yang sudah rapi dengan balutan gaun panjang berwarna hitam serta topi lebar yang hampir menutupi setengah wajah gadis itu. "Kau ingin pergi kemana?" Tanya Satoru sambil tetap melihat ke arah (name).

"Ke pemakaman." Balas (name) singkat dan langsung segera pergi dari sana. Satoru hanya menghela nafas, tidak ada yang tau pemakaman mana yang dimaksud oleh gadis itu, jika masih bertanya mungkin pertengkaran akan langsung terjadi.

Apakah perginya gadis itu kepemakaman ada hubungannya kenapa dia suka tempat yang gelap? Maksudku, banyak orang yang membenci kegelapan, kan?

Lalu Satoru menolehkan kepalanya lagi ke lukisan, dengan cepat dia langsung memanggil pelayan. "Tolong kau bakar foto ini dan panggilkan seorang pelukis Minggu depan," perintah Satoru kepada pelayan itu.

Dengan patuh pelayan itu langsung menganggukkan kepalanya dan pergi. Walaupun zaman sudah canggih dan bisa mengambil foto menggunakan kamera yang jernih, tetapi sudah menjadi adat bagi klan Gojo untuk membuat lukisan keluarga dengan cara dilukis.

Lukisan mulai diangkat oleh para pelayan, lukisan gadis dengan iris merah itu sudah hilang sekarang, jadi sekarang dia bisa move on dan hidup tenang.

"ku mohon.."

AN ARRANGED MARRIAGE (GOJO SATORUXREADER)  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang