Chapter 6

88 17 0
                                    

︵

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

︵.‿.✿ ֹ ┈ ୨°୧ ┈ ֹ ✿.‿.︵ ֹ   ִ

"Hufttt." Machida menghela napasnya dan menatap langit yang menurunkan hujan rintik rintik namun decitan sepatu di lapangan voli masih terdengar.

"Duh, hujan hujan gini enaknya makan mie ngga sih sekalian tidur," batin Machida yang masih menyusun handuk dan botol minum tim Karasuno

Machida yang murung tidak seperti biasanya menyabet perhatian dari pemain voli terutama timnya sendiri. Padahal orangnya sendiri hanya merasa malas.

"Machi tidak bersemangat hari ini," bisik Hinata pada Kageyama yang menunduk sedikit karena tidak bisa mendengar suara bisikan Hinata

"Hooo sibuk ngelihatin apa, Kenma?" Tanya Kuroo

"Itu Machida kayak ngelamun terus," kata Kenma sambil menunjuk Machida

"Hoo bocah itu tidak seberisik biasanya ada apa yah?" sahut Kuroo

Lev dan Yaku menyimak diam diam dan tidak bisa menahan rasa penasarannya mengalihkan pandangannya ke Machida. Matanya Machida yang dari sananya sudah sayu seringkali menyebabkan salah paham ketika ia tidak tersenyum.

Ia terlihat sedih dan menyedihkan...

"Duh, kangen kampung halaman," bisik Machida sambil menatap langit

"Jangan jangan dia sering menatap ke atas karena menahan air mata keluar dari matanya," kata Lev dengan ngaconya seenak hati menentukan sendiri

"Bisa jadi," gumam Yaku yang bisa bisanya percaya

Sugawara dan Daichi di lapangan sebelah juga tidak sengaja mendengar percakapan tim Nekoma dan saling berpandangan kemudian balik menatap Machida.

"Jangan jangan ia sedang sedih beneran," batin Sugawara khawatir

"Kok rasanya ada yang tidak beres ya, bau bau salah paham," batin Machida yang merasakan api kobaran di punggungnya panas membara.

BANGGGG!!!! Suara dentuman bola yang di spike oleh Bokuto terdengar keras. "DUHHH MELESET LAGI."

Suara frustasi Bokuto sangat terdengar jelas sehingga beberapa mata terarah padanya.

"Tumben Bokuto san meleset terus," kata Akaashi

Rambut Bokuto sudah turun dan ia terlihat lemas tidak berdaya "Biasanya Machi menyemangatiku dari sana tapi kenapa hari ini ia tidak berteriak? Apakah ia sudah melupakanku?"

Akaashi hanya bisa menghela napas dan ekor matanya mencari sosok yang paling ia butuhkan saat ini untuk mengatasi kakak kelasnya. Karena Akaashi menoleh kesana kemari mencari Machida Bokuto ikut mencari Machida.

Sosok Machida tertangkap duluan oleh mata Akaashi dan saat itu keadaan Machida sangat parah dalam membuat orang salah paham. Machida sedang duduk di tangga menuju pintu sambil memandangi hujan dengan mata seperti itu.

⁺˖ The Second Sun of Karasuno ᶻ 𝗓 𐰁๋࣭ ⭑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang