BAB 1 - TERAPIS

15K 83 1
                                    


 Perempuan yang berbaring terlentang tanpa sehelai benang itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 Perempuan yang berbaring terlentang tanpa sehelai benang itu. Nafasnya sedikit memburu.  Buah dadanya berputing hitam itu mencuat keras menunjukkan perempuan itu sudah bernafsu. Sesekali dada yang mulai kendor itu bergerak-gerak mengikuti gerakan tubuhnya yang mengeliat ke sana kemari.

Sepasang tangan kekar mengurut betis dan paha perempuan itu dengan ahli. Sesekali menekan di bagian tertentu sehingga perempuan itu mendesah keenakan. 

Ada kalanya lelaki bertangan kekar itu menambahkan minyak zaitun ke tubuh mulus perempuan itu, yang sedikit bergelambir di bagian pinggangnya, namun tetap saja tubuh perempuan telanjang selalu menarik untuk lelaki mana pun.

"Enak sekali pijitanmu Bens," kata perempuan itu memuji.

Lelaki yang disapa Bens tersenyum.

"Saya suka kalau Mbak menikmatinya," kata Bens.

Panggilan "Mbak" lebih netral ketimbang "Bu". Padahal usia perempuan yang sedang dipijatnya itu sudah melewati kepala lima. Bens tahu perempuan sangat sensitif urusan usia, meskipun wajah dan kedewasaan itu tidak bisa bohong.

Dari betis, tangan Bens naik ke bagian paha dan kemudian bermain-main di permukaan organ intim perempuan itu yang tembem namun plontos. Bens mengusap minyak zaitun di sana dan mengurut-urut dari atas, ke bawah, hingga bagian anus si perempuan. Jemarinya bergerak lincah melewati pinggiran daging labia yang melindungi vagina perempuan itu.

Tanpa diminta perempuan itu menaikkan pantat nya, supaya pijatan bisa lebih menjangkau kawasan yang harusnya menjadi rahasia dan hanya boleh diperlihatkan pada pasangan sah saja.

Gerakan yang sama diulang beberapa kali. Bens sama sekali tidak menyentuh bagian inti perempuan itu melainkan hanya pinggirannya saja. Namun tubuh perempuan itu bergerak-gerak liar seolah kehausan sentuhan yang lebih intim.

Bens tersenyum senang begitu merasakan kawasan itu mulai licin. Bukan karena minyak, melainkan karena si perempuan terangsang.

Perlahan dia kembali mengurut-urut permukaan plontos itu dan jari tengahnya mengait ke arah klitoris si perempuan yang sudah mengeras.

"Dia tidak bersembunyi lagi, " goda Bens.

Perempuan itu tersenyum.

"Kamu bikin dia tidak malu Bens...Uhhhhh..."perempuan itu mendesah keras tanpa sempat menyelesaikan kalimatnya karena Bens sudah menekan klitorisnya dengan lembut.

"Bilang kalau pijatan saya terlalu keras ya Mbak," kata Bens seraya memain-mainkan benda segitiga lunak penuh syaraf itu berulang kali.

Perempuan itu tidak menjawab. Dia malah mengeliat-geliat, mendesah tidak karuan. Kakinya makin dilebarkan.

"Saya pindah ke dalam ya Mbak," kata Bens. Tanpa menunggu jawaban Bens menguak labia vagina dan dua jarinya menerobos masuk ke lubang yang sudah banjir itu. Mengocok perlahan dan si perempuan kelojotan.

LELAKI TANDUK BADAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang