Rivaldi memarkir mobil pickup-nya di halaman rumah kontrakan. Dia menutup pintu mobil keras kemudian mematut wajahnya di jendela mobil yang berkaca gelap itu. Berharap bisa melihat wajahnya yang kelelahan.
Mau mandi dulu, ngopi, sarapan dan tidur sampai siang, tekad lelaki yang berprofesi sebagai supir kalong itu. Dia melangkah masuk ke kontrakannya.
Hari masih lumayan pagi. Bahkan anak-anak belum berangkat ke sekolah. Dari dalam kontrakan sederhana itu Rivaldi mencium aroma telur dadar, sayur tumis kangkung dan sambal terasi. Senyumnya terkembang. Dia memang sedang lapar berat.
Istrinya ditemukan sedang menghadap kompor. Amina sepertinya sudah mandi. Rambutnya yang basah terurai dan dia menggoreng kerupuk udang.
"Masak apa Mina?" tanya Rivaldi. "Aku lapar sekali."
"Sebentar lagi masak Mas, aku terlambat bangun," kata Mina tanpa membalikkan tubuhnya.
Rivaldi tersenyum.
"Tidak apa-apa, aku mandi dulu," kata Rivaldi.
Dia masuk ke kamar dan keluar kembali dengan kolornya. Langsung ke kamar mandi. Amina menghela nafas. Ada perasaan berdosa membohongi suaminya. Yang benar dia tidak terlambat bangun. Baru satu jam yang lalu dia melepaskan diri dari pelukan Benny dengan tubuh penuh cairan kental yang mengalir keluar dari kelaminnya.
Permainan kenikmatan yang sesat itu berlangsung kembali satu ronde setelah mereka sempat tidur karena lelah. Tidur yang nyenyak sekali akibat diterpa kenikmatan duniawi. Bahkan mulut Benny masih mengisap puting payudara besar Mina bak bayi yang tidak pernah dimiliki perempuan itu.
Amina langsung mandi.
Dia takut bau khas lelaki milik Benny membuat Rivaldi curiga. Lebih takut lagi kalau Rivaldi tiba-tiba muncul sementara dia masih di ranjang tetangganya. Padahal hari masih sangat pagi dan hujan gerimis jelang subuh membuat air dingin.
Amina bersyukur Benny tidak meninggalkan bekas cupangan atau gigitan di tubuhnya. Sebagai terapis spa plus-plus, Benny terbiasa menjaga tubuh perempuan dari hal-hal seperti itu. Dia tahu para perempuan yang ke Spa Jaka Tarub memang diam-diam.
Benny lebih fokus mengemaskan diri pada saat melakukan oral di kelamin para perempuan.
Termasuk Amina.
Rivaldi makan dengan lahap. Dia merogoh sakunya mengeluarkan uang jatah belanja hari itu untuk Amina dan pesan ingin makan pepes ikan mas. Amina mengangguk tanpa suara. Sesungguhnya dia terlalu lelah begadang di ranjang Benny.
Rencananya bila nanti Rivaldi tidur, Amina akan ikutan tidur. Soal pepes ikan mas itu nanti saja dimasak. Amina tidak sanggup ke warung sayur.
Selain itu di kulkas Amina masih punya stok ayam ungkep. Rivaldi tidak akan keberatan makan siang dengan penyet ayam dan sambal yang tadi pagi dia buat.
Amina super capek. Bukan itu saja, vaginanya masih nyut-nyutan karena dihajar dildo dan penis bengkok Benny.
Perih tapi nikmat yang nagih. Ya, Amina tidak keberatan disetubuhi Benny lagi, bahkan dalam kondisi nyut-nyutan begitu.
Aku sudah gila, mendambakan kontol lelaki, di depan suamiku.
Setelah makan, Rivaldi nongkrong diluar sambil merokok. Amina menyuguhkan kopi, dan menemani suaminya di teras. Mata suami istri itu ke pintu tetangga yang masih tertutup rapat.
"Kosong ya?" tanya Rivaldi.
Amina mengangkat bahu. Wajahnya langsung berubah ketika pintu terbuka. Benny menyapu rumahnya. Dia juga sudah mandi. Rambutnya juga basah dan pandangan mata keduanya bertemu.
Rivaldi tersenyum.
"Kirain ngga ada orang," katanya menegur.
"Gue lagi cuti," kata Benny menyampirkan sapu di dinding. "Istri yang pulang ke rumah ibunya."
"Ngga nyusul ke sana?" tanya Rivaldi.
Benny tersenyum.
"Nanti siang. Lebih baik tidur di tempat sendiri. Malas sama mertua," selorohnya.
"Bikinin kopi untuk Mas Benny dong Mina. Kasihan dia ngga ada istri yang ngurus," Rivaldi menoleh ke Amina.
Tanpa suara Amina bangkit menuju dapur. Bibirnya ingin tertawa.
Ngga ada yang ngurus apanya? Semalem aku yang ngurus dia di tempat tidur.
Amina menyuguhkan kopi di depan Benny. Dia sendiri langsung masuk ke dalam rumah. Bertigaan dengan suami dan lelaki yang semalam menggoyang dirinya di ranjang itu bukan hal yang menyenangkan. Tapi Amina bisa merasakan vaginanya basah lagi.
Sensasinya itu loh.
Amina ke dapur. Dia mengeluarkan ayam dari kulkas dan menyibukkan diri dengan menu makan siang. Tangannya menyiangi cabe dan bawang. Mina ingin menambah sambal untuk ayam penyetnya.
Tiba-tiba saja ada yang memeluknya dari belakang.
Nafas Amina berhenti ketika tahu bahwa yang memeluknya adalah Benny.
"Mas... apa-apaan ini. Nanti Mas Rivaldi tahu," kata Amina panik.
Benny menyeringai.
"Aku memang bilang mau ke dalam minta minum. Air isi ulang di rumah habis," kata Benny.
Amina cemberut. Dia mengambil teko kecil dan mengisinya dengan air dispenser. Benny memperhatikannya sambil senyum-senyum.
"Mau dong..." bisiknya.
Amina mengangkat alisnya.
"Mau apa?" balas Amina.
Mata Benny ke bagian bawah daster Amina.
Wajah Amina langsung merah padam.
"Apa-apaan Mas," dia makin cemberut.
Benny kembali menyeringai penuh arti.
Amina menghela nafas. Dia bisa melihat suaminya masih merokok sambil ngopi dengan santai. Belum sempat dia menyatakan persetujuan, Benny sudah mengangkat daster Amina. Tangannya yang kekar itu masuk ke dalam celana dalam Amina, dan... ouchhhh.... jari tengah Benny menyeruak ke dalam vaginanya yang basah.
Amina menahan desahannya ketika jari tengah Benny mengocok vaginanya beberapa detik. Amina mengigit bibirnya menahan desahan. Begitu Benny menarik jarinya dari dalam kelamin Amina, lelaki itu makin menyeringai.
Jarinya basah kuyup dengan lendir perempuan.
Dengan mata masih menatap Amina menggoda, Benny memasukkan jari tengahnya ke mulut. Mengisapnya. Setelah itu dia membawa teko kecil itu keluar dan kembali duduk dengan Rivaldi di teras.
Saat Rivaldi memanggil Amina minta tambah kopi, Benny masih disana. Bahkan dengan sengaja lelaki itu menjilat kembali jari tengahnya, dan wajah Amina langsung merah padam.
Amina tidak marah. Justru nafsunya naik ke ubun-ubun.
== Folower 150, diupdate lagi
KAMU SEDANG MEMBACA
LELAKI TANDUK BADAK
RomanceDikejar utang pinjol istrinya, Benny akhirnya terpaksa menjadi terapis di sebuah panti pijat plus-plus. Uang hasil ngojek tidak cukup untuk membayar utang, sementara istri dan anak membutuhkan biaya, apalagi istrinya hamil lagi. Bermodalkan tubuh a...