Bab 7-- Naluri perempuan

10.1K 67 2
                                    




"Shhhh... Mas....Ohhh... Mas Benny..." cuma itu yang keluar lirih sementara lidah Benny mempermainkan puting Amina yang semakin tegang.

Benni membuka daster batik lusuh Amina. Kini bestie istrinya hanya memakai celana dalam saja. Benny membimbing Amina ke kursi dan memangku istri tetangganya. Di kursi kayu yang sempit itu tubuh kekar Benny mengunci tubuh singset nan langsing Amina.

Perlahan Benny melepas celana dalam Amina. Tidak ada penolakan. Amina lemas bersandar di tubuh Benny. Bahkan dia tidak protes ketika kedua kainya dilipat dan diletakkan di paha lelaki itu.

Melihat Amina tidak melakukan penolakan, Benny merenggangkan kaki itu lebar-lebar, sehingga gua garba Amina merekah.

Sambil melakukan hal itu, mulut Benny menciumi leher, bahu dan rambut Amina.

Benny mulai mengeluarkan keahliannya. Kali ini tanpa minyak aromaterapi. Dia mengusap tubuh Amina yang sudah melekat di badannya lemas. Mula-mula payudara, perut dan pahanya. Tubuh Amina mengejang begitu Benny mengusap bagian atas organ vitalnya. Mulutnya melenguh seksi.

Tubuh Amina itu sempurna. Tidak ada lemak bergelambir. Tidak ada bekas selulit. Payudaranya yang besar mengkal itu justru kencang. Sekian lama Benny melihat tubuh perempuan yang sudah setengah baya, dia terhibur dengan tubuh Hani yang masih muda dan kencang.

Namun tubuh Amina ini justru jauh di atas Hani dalam hal apa pun. Puting payudara Amina besar dan cocok menyusukan bayi besar seperti dirinya. Perutnya rata, dan ketiaknya pun wangi sehingga Benny bisa menciumi ketiak perempuan itu yang makin lengket bersandar di pangkuannya. Aroma deodoran murahan menguar dari ketiak yang memiliki rambut itu, namun Buat Benny, bestie istrinya ini cukup pintar menjaga tubuhnya.

Tangan Benny mengusap-usap bagian atas kemaluan Amina. Rambut kemaluannya jarang-jarang, namun menimbulkan birahi. Jemari Benny mencongkel-congkel klitoris Amina yang bersembunyi malu-malu.

"Geli Mas..." bisik Amina. "Mas Benny nakal."

Benny mengigit leher Amina gemas. Kini lembah berambut jarang itu mulai licin oleh lendir, dan perlahan Benny mengosok klitoris Amina yang segera mengeras. Dari bentuknya imut, kini sudah mengeras bak sebutir kacang tanah ukuran jumbo yang siap digoreng.

Amina melenguh tanpa sadar begitu jemari Benny makin lincah mengusap-usap kelentitnya.

"Jangan keras-keras Mina..."Bisik Benny melepaskan gigitan di leher Amina.

"Habis Mina ngga tahan. Mas Benny sih," ujar Amina manja.

"Nanti ketahuan suami kamu bagaimana?" kata Benny.

"Mas Rivaldi masih tidur Mas. Dia akan bangun nanti siang," kata Amina seolah-olah lebih membela aktivitas terlarangnya ketimbang ketakutan dipergoki suaminya.

Benny menyeringai. Dia tersanjung. Bayangannya langsung pada Rivaldi yang mungkin sedang terlelap setelah dini hari membawa mobil kalongnya bolak balik ke pasar. Kalau saja dia tahu istrinya sedang mengangkang telanjang di pangkuan lelaki lain? Pasti dia sangat marah.

Jari tengah Benny perlahan menyusup masuk ke lubang yang sudah kuyup itu.sedangkan jari lain masih mengusap-usap itil mungil milik Amina yang semakin keras dan panas.

"Ouhhhh..." Amina mengeliat mencoba melepaskan diri dari pelukan Benny.

Benny makin kuat mengunci tubuh Amina. Kini Amina mendesah-desah sebagai pelarian.Benny memasukkan jempol tangannya yang lain ke mulut Amina, dan perempuan itu menyedot jempol Benny dengan rakusnya.

LELAKI TANDUK BADAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang