1

1K 43 2
                                    

Hujan lebat mengguyur kota Bandung malam ini. Rintikkannya beriringan dengan suara guntur yang menggelegar. Malam ini terasa mencekam, belum lagi hawa dingin yang menyeruak menusuk tulang membuatnya semakin terasa menyeramkan.

BBBZZZZZ......BBBZZZZZZ........

Suara itu berasal dari TV tabung yang layarnya hanya menampilkan siaran hitam putih.

TAK! TAK! TAK!

"Baiklah permirsa sekal-"

"Bbbzzzzzzz.... berita viral....Bbbbzzzzz"

TAKKK!!!!!!

"Kak! Pelan-pelan dong, nanti TV nya rusak!"

Aku kembali mendudukkan bokong ke sofa panjang tempat kami bertiga menonton.

"Iya Rin, maaf."

TV kami memang sudah sangat tua. Disaat yang lain sudah menggunakan TV LED super canggih, keluarga kami hanya menggunakan TV tabung yang fiturnya sudah sangat amat ketinggalan zaman. Sedikit-sedikit TV ini suka tiba-tiba runyam, jika ingin menonton dengan gambar yang lebih bagus kami harus memukul belakang TV tersebut agar kembali lancar.

Hal ini sangat membuatku jengkel. Kita menonton TV untuk mencari hiburan bukan mencari emosi. Kadang kala karena saking kesalnya, aku memukul belakang TV itu dengan sangat kencang. Seperti kejadian tadi, sudah beberapa kali aku memukulnya tapi tetap saja runyam. Alhasil aku memukulnya dengan kencang. Lihatlah! Itu berhasil, TV itu kembali jernih.

Jika kalian ingin menggunakan teknik ini, aku sarankan kalian melakukannya saat tidak ada orang. Kenapa begitu? Ya, karena jika di lakukan di depan orang terutama keluarga kalian. Aku pastikan kalian akan kena marah dan di omeli atau situasi terburuknya kalian akan di coret dari kartu keluarga jika sampai TV itu rusak.

"Lain kali pelan-pelan Lin, kita bukan konglomerat yang tiap TV rusak langsung ganti. Kita mau beli TV aja harus nabung berbulan-bulan baru ke beli. Kamu harusnya bersyukur." Omel Mamah.

Aku meringis mendengar omelannya lalu meminta maaf. Kami pun kembali menonton berita di TV. Tenang saja, sekarang layarnya sudah jernih.

"Berita ini sangat menggemparkan masyarakat kota Bandung, terlebih lagi di kalangan orang tua dan anak remaja." Ucap Presenter wanita yang membawakan acara.

Kami pun menyimak dengan khidmat.
"Dalam 2 tahun terakhir, sudah ada 30 lebih anak remaja yang menghilang secara misterius. Para polisi yang menangani kasus ini selalu buntu di tengah jalan di karenakan kurangnya barang bukti."

Adikku Erine bergidik ngeri. Memang akhir-akhir ini banyak sekali kasus menghilang secara misterius, menurut pihak kepolisian rata-rata anak remaja yang menghilang berumur sekitar 14-18 tahun. Oleh karena itu, banyak orang tua yang memiliki anak berumur sekian menjadi ketakukan dan memilih untuk mengurung anaknya dirumah karena sampai detik ini pelaku belum tertangkap.

Seperti halnya kami, Aku dan Erine hanya diperbolehkan keluar rumah saat sekolah saja. Jika sudah pulang sekolah, kami harus segera kembali kerumah. Tidak ada waktu main dengan teman-teman seperti dulu. Sejak saat itu, kami harus selalu berwaspada dengan orang asing.

"Kak, kenapa para anak yang hilang itu tidak dapat di temukan? Bahkan jika mereka mungkin sudah mati, kenapa jasad nya juga tidak ditemukan?" Tanya Erine.

Aku menoleh ke arahnya dengan tatapan serius, "Hanya ada 2 kemungkinan Rin."

"Apa itu kak?" ucapnya dengan raut wajah penasaran.

"Yang pertama, Si pelaku pandai menyembunyikan jejak kriminalnya. Yang kedua, pihak kepolisian kurang tanggap menangani kasusnya."

"Kalau seperti itu, menurut Kakak kemungkinan mana yang sekiranya benar?"

Blue - Orine (Oline & Erine)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang