Berdiam diri dikamar membuat Oline selalu mengingat kejadian keji itu, kini ia memutuskan untuk pergi ke taman. Salah satu tempat yang cukup memiliki kenangan yang menyenangkan untuk mereka berdua. Ia membuka lemari pakaian dan mengambil kaos yang lebih santai, Oline buka perlahan kancing demi kancing baju tidur yang dikenakannya. Ia tersenyum miris melihat pantulan dirinya di kaca, banyak sekali perban melilit wajah dan badannya. Karena kejadian itu, ternyata ia mendapat banyak luka serius dan memerlukan perawatan.
Sekarang sudah malam tapi Oline tetap berniat pergi ke taman, siapa tau di taman tiba-tiba ia mendapat ide untuk menemukan si pelaku yang kini menjadi buronan seluruh Indonesia.
Tanpa Oline sadari, liontin pemberian Erine yang ia kenakan mengeluarkan cahaya biru yang berkedip-kedip. Semakin mendekati taman, semakin intens liontin itu berkedip.
Oline duduk di tempat Erine dulu memberikan hadiah ulang tahun pertama dan terakhir padanya. Ia duduk persis di tempat dirinya duduk waktu itu. Diusapnya bangku kosong di sebelah kanan bekas Erine terduduk. Seketika air mata kembali menetes, ia tak menyangka moment bahagia itu akan menjadi moment terakhir bagi mereka.
"Liontin ini kenapa menyala?" Tanyanya saat ia sadar bahwa liontin yang dikenakannya menyala.
Tiba-tiba dari arah kegelapan yang ada didepannya, seseorang keluar dan berjalan menghampiri Oline. Ia sedikit menyipitkan kedua mata untuk melihat orang itu. Oline tersentak kaget saat melihat orang tersebut, ia seperti pernah melihatnya di suatu tempat, Ia berusaha mengingat-ingat dimana pernah bertemu dengan orang ini.
Orang yang menyeramkan itu berhenti tepat di hadapan Oline.
"Bapak yang beli rendang waktu itu ya?"
Pria itu berdehem sebagai jawaban, lalu melirik pada liontin Oline yang berkedip semakin kencang dan mengeluarkan cahaya semakin terang. Pria itu lalu tersenyum tipis, namun di mata Oline senyuman itu terlihat sangat menyeramkan.
"Manuel?"
DEG!
Bukannya Pria ini tidak bisa berbicara? Mengapa ia sekarang bisa berbicara? dan yang paling membuat Oline terkaget adalah, dari mana Pria misterius ini mengetahui nama panjangnya?
"Perkenalkan, saya Altazar." Ucap pria itu sambil menjulurkan tangannya.
Oline menerima juluran tangan itu walaupun ia masih tidak paham apa yang terjadi.
"O-Oline."
"Oline Manuel." Balasnya.
"Bolehkah saya duduk di sini?"
"Silahkan saja."
Altazar mendudukkan tubuhnya di samping Oline, pandangannya tak lepas dari liontin biru yang dikenakan Oline.
"Liontin yang indah." Ucapnya basa-basi.
Oline langsung memegang dan melirik liontinnya, "Iya, liontin ini pemberian mendiang adik saya."
"Mendiang adik? memang apa yang terjadi?"
Entah kenapa aura dari Altazar sangat membuat Oline nyaman, tanpa sadar ia menceritakan semua kejadian kelam itu padanya. Padahal mereka adalah orang asing, tapi entah menapa Oline merasa ia sudah mengenal Altazar cukup lama.
"Andai saat itu bukan Erine yang di culik tetapi aku, mungkin saat ini Erine masih hidup paman."
"Sepertinya kau sangat menyayangi adikmu yah."
Oline mengangguk sembari mengelap air matanya yang kembali menetes, "Kita tidak boleh menyalahkan keadaan dan berandai-andai, bagaimanapun hal itu sudah terjadi. Tak ada yang bisa mengubah takdir yang sudah di gariskan oleh sang pencipta."
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue - Orine (Oline & Erine)
Short StoryAkankah Oline bisa menyelamatkan Erine? Atau sebaliknya? Menceritakan seorang kakak yang berusaha menyelamatkan sang adik dari pembunuh berantai. Update setiap Selasa, Kamis dan Sabtu Thriller.