Akhirnya hari libur tiba, Oline saat ini memutuskan untuk sarapan di rumah makan tempat ia membeli rendang beberapa waktu yang lalu. Pagi ini pengunjungnya lumayan sepi, jadi ia tidak perlu mengantri lama-lama.
"Mas nasi rendangnya 1 yah, dimakan di sini." Ucap Oline.
"Siap Mbak, minumnya apa?"
"Es teh manis angetnya 1 mas."
"Baik Mbak, saya ulangi lagi pesanannya ya. Nasi rendangnya 1 porsi dan es teh manis ang-" Ucapannya terpotong
"EH! Es teh manis mana ada yang anget Mbak? ini jadinya mau yang dingin apa yang panas?"
"Masnya gak percaya, ada loh mas. Nanti saya buktikan." Jawab Oline cekikikkan.
Dengan muka kesal, pelayan itu memintanya untuk menunggu di meja makan. Tak lupa ia langsung membayarnya. Tak sampai 5 menit, pesanan Oline tiba.
"Ini Mbak pesanannya, silahkan." Ucap pelayan itu sambil menaruh nasi rendang milik Oline.
"Iya Mas, makasih."
"Dan ini ES TEH MANIS ANGETNYA." Ucap pelayan itu dengan menekankan kata 'ES TEH MANIS ANGET'
Oline tertawa terbahak-bahak, rupanya pelayan itu masih saja kesal padanya.
"Masih gak percaya mas kalo es teh manis ini memang anget?"
"Ya mana saya percaya toh Mbak, Mbak ini ada-ada aja deh."
"Sini saya buktiin."
Ia mengambil minumannya dan menyuruh pelayan itu memegang bagian bawah gelas dan atas gelas.
"Gimana Mas?"
"Gimana apanya toh?" Tanyanya bingung.
"Es teh manis angetnya?"
"Wajar dong saya bilangnya es teh manis anget, orang teh ini atasnya dingin bawahnya anget."
Pelayan itu kaget mendengar jawaban Oline. "Iya juga ya Mbak, kok saya gak kepikiran."
Pada akhirnya mereka berdua tertawa bersama karena pernyataan pintar Oline, sebenarnya ini pernyataan bodoh atau pintar sih? di satu sisi ini terlihat pintar di sisi lain juga terlihat bodoh karena sampai membuat orang berdebat hanya karena teh manis dingin atau anget.
Saat sedang asik memakan sarapannya, tiba-tiba mata Oline menangkap sosok yang tak asing baginya. Pria tampan dengan kaca matanya yang kini tengah berdiri didepan kasir terlihat sedikit kesusahan. Oline pun cepat-cepat menghabiskan makanannya dan menghampiri Pria itu.
"Pak Hasan?" Sapanya, Pak Hasan yang di sapa langsung menoleh.
"Eh, Oline."
Dibalik tubuhnya Pak Hasan, Oline melihat 4 bungkus plastik besar yang berisi nasi kotak.
"Ada acara yah pak? pesen nasi kotaknya sebanyak itu?"
"Iya, di rumah lagi ngadain syukuran Lin. Khitanan anak Bibi saya."
"Kelihatannya bapak kesusahan, mau saya bantu membawakannya?" Ucap Oline.
Dengan senang hati Pak Hasan menerima bantuannya, Ia memberikan dua kresek besar pada Oline dan dua sisanya akan ia bawa.
"Terima Kasih Nak, saya sangat terbantu."
"Iya Pak sama-sama, oh iya ini di bawa kemana?"
"Taruh saja di bagasi mobil hitam di parkiran, mobilnya tidak saya kunci. Kamu duluan saja, saya mau membayar nasi kotak ini dulu." Oline mengangguk dan pergi menuju mobil SUV hitam yang terparkir tepat di depan rumah makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue - Orine (Oline & Erine)
Short StoryAkankah Oline bisa menyelamatkan Erine? Atau sebaliknya? Menceritakan seorang kakak yang berusaha menyelamatkan sang adik dari pembunuh berantai. Update setiap Selasa, Kamis dan Sabtu Thriller.